Shikiori no Hane

1K 68 22
                                    

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang tertutup salju. Di dalam sebuah rumah yang tidak terlalu bagus, hiduplah sepasang suami istri. Di hari yang bersalju, mereka berpelukan untuk saling menghangatkan satu sama lain.

"Pada saat kita pertama kali bertemu, hari itu juga bersalju seperti hari ini, ya," gumammu sambil tersenyum. Aku menyembunyikan wajahku yang memerah karena malu, ke dalam dekapan tanganmu yang besar.

Aku juga mengingat hari itu. Wajahmu yang terkejut saat aku mengetuk pintu rumahmu di hari bersalju. Kau mempersilakanku yang waktu itu hanya memakai kimono putih untuk masuk ke dalam rumahmu. Kemudian tidak lama aku tinggal denganmu, kita menikah.

Musim semi datang. Dengan senang aku menyanyikan lagu musim semi bersama dengan burung-burung. Kau duduk di teras sambil tersenyum mengamatiku.

"Suaramu indah sekali," katamu waktu itu. Hanya satu kalimat tersebut sudah membuatku sangat bahagia. Pada suatu hari, kau berbaring di teras rumah, di atas pangkuanku. Kuberanikan untuk bertanya padamu.

"Kalau suatu hari aku tidak memiliki suara yang indah, apakah kau akan tetap mencintaku?"

"Tentu saja aku akan mencintaimu," jawabmu sambil tersenyum. Tanganmu yang besar membelai pipiku lembut. Tak kuasa air mataku mengalir mendengar kalimat yang engkau katakan.

Saat musim panas, kau jatuh sakit. Kehidupan kita yang miskin tidak sanggup untuk membeli obat untuk menyembuhkanmu. Maka keesokan harinya, dan hari berikutnya, aku tidak melakukan apapun kecuali menenun. Aku tidak akan membiarkan hidupmu menjadi seperti daun di musim gugur yang berusia pendek.

Musim terus berlalu. Musim panas berakhir ditandai dengan tangisan para jangkrik. Aku bisa membeli obat untukmu dari hasil menenun. Suatu hari, saat aku memberimu obat, kau memandangi tanganku.

"Jarimu indah sekali," katamu sambil menggenggam tanganku yang terbalut perban dan luka. Meskipun begitu, tanganmu jauh lebih dingin. Suatu hari, aku memelukmu, dan kuberanikan diriku untuk bertanya.

"Kalau suatu hari aku tidak memiliki jari-jari yang indah, apakah kau akan tetap mencintaiku?" Tanyaku dengan air mata yang berlinang.

"Tentu saja aku akan tetap mencintaimu," jawabmu terbatuk. Tanganmu yang besar membelai jemariku yang terluka. Kau membuatku menangis lagi karena kalimatmu.

Siang dan malam terus berlalu dan tidak berhenti. Cepatlah, cepatlah, aku harus membeli obat. Sampai tanganku ini tidak bisa digerakkan lagi. Sampai bulu ini habis. Aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja.

Tiba-tiba aku teringat saat-saat bahagia kita. Masa-masa sebelum kau jatuh sakit. Lalu aku teringat kembali saat pertama kita bertemu. Bukan di malam bersalju saat aku mengetuk pintumu. Beberapa minggu sebelum itu, kita sudah bertemu. Ingatkah engkau, dengan burung bangau yang kau lepaskan dari jeratan tali pemburu pada waktu itu? Burung bangau yang terbang dengan bahagianya saat engkau melepaskannya? Sendirian, kuberanikan untuk bertanya, bersamaan dengan menetesnya darah dari jari yang terluka ini.

"Jika suatu hari nanti, aku bukan manusia lagi, apakah engkau akan tetap mencintaiku?" Kenyataan yang takut kukatakan tidak bisa dikatakan. Dengan lembut aku mencabut bulu terakhir...

"Tentu saja aku akan tetap mencintaimu," kataku sambil memelukmu. Aku berjanji akan memelukmu saat engkau kehilangan sayapmu. Tentu saja aku ingat hari itu, dan tidak pernah lupa hingga sekarang, bangau yang kulepaskan dan terbang dengan indahnya pada hari itu, lalu saat engkau muncul kembali di depan pintu rumahku, dengan sosok yang jauh berbeda. Aku tidak pernah lupa, dan masih ingat hingga sekarang. Dan sampai kapanpun juga...

Aku akan terus mencintaimu...

-Fin-

Yaaay!! Bagaimana songfic Takopa yang ke dua!!! Gatau kenapa Takopa suka sama lagu ini, dan lagi suka sama yang sedih sedihan. Meskipun sebenernya Takopa bikin ini karena pengen bikin adengan muntah darah... tapi gagal... teehee...

Yosh! Kritik saran tetap terbuka bagi kalian semua! Mau senpai ataupun kouhai! Kuterima semua!!! Demi kelangsungan hidup bangsa yang bermartabat!-Eh, maaf, mulai ngelantur...

Pokoknya kalau nggak ninggalin jejak nggak dapet makan malem ya!

[FANFIC] Seasonal FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang