1. Lowongan kerja

22 5 1
                                    

Langit senja itu indah, namun suasana hati Hera sedang buruk. Memikirkan bagaimana rasanya kehilangan sosok ayah yang selalu ada untuknya.

Nama Sheila Lee Hera, panggil saja Hera, dia gadis yang selalu ceria, hatinya tak pernah merasa murung dan hampa, seperti itulah bagaimana orang mendeskripsikan dirinya.

Namun, saat ini Hera menjadi gadis yang untuk pertama kalinya merasa sedih, karena dia diajarkan untuk selalu tersenyum dan membuat orang tertawa, sehingga dia tak pernah mendengar kata 'sedih' dalam hidupnya.So? Bukan berarti dia tak pernah menangis. Dulu, saat Hera masih berusia 8 tahun, dia pernah masuk rumah sakit karena terkena tipes, saat dia akan dirawat, ada jarum yang menusuk telapak tangannya. Sakit! Hera menangis keras, meminta ibu dan ayahnya agar dia tidak dirawat, belum lagi saat jarum itu akan dilepas dari tangannya.

See? Hera tetaplah manusia yang takut akan sesuatu, namun dia selalu diajarkan untuk tetap kuat, berusaha membuang rasa takut itu, dan akhirnya! Hera sudah tidak takut dengan jarum.

Saat ini usia Hera menginjak 20 tahun, saat dimana harusnya dia kuliah. Hera kuliah di Universitas Trisakti jurusan manajemen. Dari kecil, Hera merasa tertarik dengan dunia bisnis, karena impiannya adalah menjadi pemilik sebuah cafe yang dimana semua serba cokelat dan keju, dia mencintai cokelat dan keju. Sangat!

Namun, saat ini Hera harus berhenti kuliah untuk sementara, sampai akhirnya dia mendapat uang dan melanjutkan kuliahnya, tidak mungkin kan dia menggunakan uang pensiun ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Hera harus bekerja, dia tidak ingin membebani ibunya setelah kematian ayahnya.

Drrrttt!!

Telepon dari ibunya, dia segera menghapus air matanya yang membasahi pipi mungilnya itu.

"Halo, bu, kenapa?"
"Halo, sayang, kamu dimana? Suara kamu kenapa serak? Kamu nangis?"

Hera berdehem sebentar agar ibunya tidak tau bahwa saat itu dia memang menangis. "Ah, nggak kok bu, ada apa?"

"Kamu pulang sekarang!"
"Bu.. tapi.."
"Sekarang! Ibu gak mau tau pokoknya kamu harus pulang sekarang juga!"

Hera langsung mengiyakan permintaan ibunya, daripada urusannya akan berlangsung panjang tak henti.

Lalu ibu Hera mematikan teleponnya dan dia langsung bergegas pulang sebelum dia tidur diluar karena dikunci.

Braakk!!

"Awww!"
"Ah, maaf, saya gak sengaja," ucap seorang pria, dia bertubuh tinggi dan langsing, wajahnya terlihat tampan, sepertinya usianya jauh lebih tua darinya.

"Ah, iya, gapapa kok, saya juga yang salah," ucap Hera.

"Sekali lagi saya minta maaf ya,"
"Iya,"

Lalu pria itu segera berlalu dari hadapan Hera. Aku belum sempat kenalan, pikirnya. Lalu dia segera pergi sebelum amukan sang ibu semakin menjadi.

***

Tidak ada suara, baik Hera maupun ibunya. Hera tak berani membuka suara karena takut jika ibunya marah besar padanya.

"Darimana kamu?" Tanya ibunya yang akhirnya membuka suara.

"Taman, bu,"
"Kok baru pulang jam segini?"
"Baru setengah tujuh juga bu,"
"Jangan ngebantah!!"

Hera sedikit tersentak mendengar nada sang ibu yang naik satu oktaf. Kepala Hera sedikit menunduk karena takut melihat wajah sang ibu.

"Heraa! Jangan nunduk!!" Perintah ibu.
"I.. iya.. ibu... aku minta maaf," ucap Hera sedikit gagap dan mulai mengangkat kepalanya perlahan, wajah gadis itu sangat polos.

RaherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang