01 Sebuah Penderitaan

1K 114 2
                                    

Helaan nafas terdengar dari seorang remaja yang berjalan santai di atas trotoar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan nafas terdengar dari seorang remaja yang berjalan santai di atas trotoar. Menikmati udara hangat di siang hari sambil sesekali tersenyum kecil jika ada yang menyapanya. Sesekali berhenti dan mendongakkan kepala untuk menatap kumpulan awan yang berada di atas.

Sungguh konyol jika dulu ia sempat berfikir benda-benda langit, seperti awan, matahari ataupun bulan akan mengikutinya setiap ia pergi berjalan. Namun mau bagaimana lagi, sampai sekarang terkadang ia masih suka tertawa sendiri kalau merasa di ikuti oleh macam-macam benda langit itu.

Terlalu asik dengan pikirannya yang untungnya ia tidak menabrak apapun di jalan, remaja tadi akhirnya sampai di sebuah rumah. Bukan rumah besar, hanya saja rumah yang nyaman untuk di tempati.

Baru saja ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah tersebut, sapaan hangat terdengar dari pria yang terlihat beberapa bulan lebih tua darinya.

"Yo Mahen! Baby lion!"

Mahen hanya menghela nafas lalu menutup pintu. Direbahkan tubuhnya di atas sofa di samping remaja lain yang menyapanya tadi.

"Sudah berapa kali ku bilang, Kas. Berhenti memanggilku baby lion. Sekarang aku akan menjadi daddy lion," ucap Mahen dengan mata terpejam.

Sedangkan remaja tadi, Lukas berdecak malas, "Apanya yang daddy lion. Pacar saja tidak punya. Ah jangankan pacar, kau gebetan saja tidak ada. Lagi pula kau itu sangat baby face, Mahen. Tidak mungkin akan menjadi daddy lion."

Mahen terbahak, sepertinya perkataan Lukas tadi cukup untuk menunjukkan seberapa rendahnya humor seorang Mahendra.

"Yah... aku memang baby face. Bahkan tidak akan ada yang percaya jika sebenarnya kita itu berada pada tahun kelahiran yang sama. Apa kau ingat saat kita berjalan di taman?" ucap Mahen di akhiri dengan pertanyaan.

Lukas mengangguk, "Itu mengesalkan sekali dan aku ingin sekali melupakannya. Bagaimana bisa itu berkata bahwa aku adalah paman mu?! Padahal kita jelas-jelas seumuran, astaga!" ucap Lukas nyaris frustasi.

Mahen lagi-lagi terbahak, "Kau terlalu besar Kas untuk kelahiran di tahun 1999."

"Oh? Bukan kau yang terlalu kecil wahai baby lion?" sindir Lukas dan dihadiahi tatapan mematikan Mahen. Lihat! Seperti Alien. Haha bercanda.

"Diam lah sialan!" desis Mahen sambil berusaha fokus untuk menonton siaran tv yang tayang di depannya. Lukas pun melakukan hal demikian.

Hening melanda ketika dua remaja tadi hanya fokus menatap layar televisi. Waktu semakin berlalu dan tanpa sadar mereka berdua menghabiskan waktu mereka beberapa jam hanya untuk menonton televisi.

"Wah habis," seru Lukas saat melihat siaran tadi sudah berakhir sambil merenggangkan badannya yang sedikit kaku.

Mahen hanya mengangguk sambil beranjak bangun ingin pergi ke kamar. Matanya terlihat mengantuk, mungkin saja setelah ini ia akan langsung bergegas tidur sebelum suara Lukas menghentikannya.

LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang