Cast :
MIN YOONGI
-7/10 Talkactive
-Bapereu Detected
-Cute af
PARK JIMIN
-5/10 Talkactive
-Bucheen Detected
-Handsome af
And some characters below;)
***
"coba saja kau tanya sendiri, siapa yang bocah itu sukai"
"u-uh, aku tidak yakin"
"hah, terserahmu saja. Aku mau pulang."
"Baekhyunie tunggu! Oke. I'll ask him."
***
Min Yoongi. Namja manis di meja sudut café itu tampak gelisah. Tangan kanannya memang sibuk menggoyangkan cup Americano-nya. Tapi entahlah, pikirannya mengawang sampai mana.
Hingga sebuah tepukan kecil di bahu kanan menyentak lamunnya. Ia sedikit berjengit kaget, sebelum menyunggingkan senyum gusi. Sambut sosok yang tersenyum tampan dihadapannya.
" Whassap, Gi." Sapa pria tadi tadi usai memesan catu cup medium Creamy Latte.
*Yoongi POV
Ah,tentu saja favoritnya.
"yo, whassap." Balasku singkat, cemas jika gelisahku tertangkap inderanya.
Aku tak mengerti mengapa harus merasa gugup sekarang. Padahal kita juga sering bertemu. Yeah, semakin penuh kepalaku, semakin intens pertemuan kami untuk sharing-sharing.
You know, seolah-olah aku menuangkan isi kepalaku di kepalanya. Walaupun sampai sekarang aku tak mengerti mengapa kepalanya tak juga terasa penuh? Dibuang kemana? Uh,lupakan. Aku melamun lagi kan?
Kupikir saat ini aku gugup karena tujuanku menemuinya tidak seperti biasanya. Jika biasanya dia yang akan menanyaiku macam-macam sampai semuanya ku luapkan, kini giliranku.
"is there something wrong?" –nah ini kalimat pembukanya.
Uh. Rasanya aku tak bisa berucap. Sungguh. Sebelumnya aku tak pernah bertanya-tanya seputar hal privasi nya. Aku gemetaran. Haruskah?
"Gi,?"
Ah, ia memanggil dengan raut cemas. Mungkin dia pikir aku kerasukan. Oh ayolah! Jangan dramatis! Bersikap wajar Yoongi!
"ehm. Nope. I'm good." Spontan ia mengangkat sebelah alis, memandangku tak percaya.
Kubalas dengan menjengitkan kedua alisku.
What?
Imajinerku.
"kau tak punya bakat untuk berbohong dihadapanku, princess. Jadi katakan apa yang saat ini mengusik pikiranmu."
Ia berucap datar. Tapi aku tau, dia peduli. Buktinya hatiku menghangat mendengar kalimat kelewat datarnya plus panggilan itu. Itu menggelikan, tapi aku menyukainya. Huh, semoga tidak ada merah tomat yang berkumpul di pipiku. Jadi kuputuskan untuk mulai berbicara.
"well, you know. Uhm. Selama ini kau selalu baik padaku. Boleh ku tau alasannya?"
Kalimat lirihku mengundang tawanya. Apakah aku terlalu lirih mengucapkannya? Atau justru terlalu cepat?
Lihat,matanya hilang. Diganti kekeh kecih. Aku blank. Itu mempesona , by the way. Ah, mengapa aku jadi memperhatikannya?
Tiba-tiba dia beringsut mendekat. Mencondongkan tubuhnya kedepan, kearahku. Sempat kaget dan menutup mata, sedetik kemudian kurasakan punggung tangannya menyentuh dahiku. Hanya dua detik. Ia memperbaiki posisi duduknya. Lalu kembali terkekeh. Sial, dia tampan.
"kau waras kan Gi? Apa yang kau tanyakan? Kita teman,kan? Adakah alasan lain selain itu?"
Huh, mengapa jawabannya tidak memuaskan?
"yang lebih spesifik mungkin?" Aku masih mencoba bernegosiasi.
Kutunggu jawabnya. Biarlah jika ia menertawakanku lagi.
Tapi,hey! kini yang kudengar bukan lagi kekehan. Ia tampak menghela nafas berat sebelum menjawab,
"entahlah, Gi. Hanya saja-
Tatapannya yang semula jatuh pada meja kini mengarah padaku
-u're my priority."
Holy-shit! Jika cafe ini tidak berpencahayaan remang, kupastikan ia bisa melihat pipi pucatku merona. Apa-apaan itu? Mengapa aku merasa seperti gadis puber yang ditembak untuk pertama kali?
"ugh, tetap saja. Harusnya kau memprioritaskan kekasihmu, Jiminie."
Sejenak ia tersenyum. Karena panggilan itu, mungkin? Untuk kemudian terkekeh pelan. Aku menatapnya penuh selidik. Sedikit heran mengapa ia banyak terkekeh hari ini.
"tidak ada istilah semacam itu." Ucapnya kalem.
Hah? Maksudnya? Dia tidak punya pacar? Benarkah? Kupikir whatsapp status yang biasa dia buat selama ini tentang maupun untuk pacarnya. Benarkah kalau hm-
"really? Tidak ada seseorang yang kau sukai?"
Kini ganti ia yang menatapku heran,
"tidak punya kekasih bukan berarti tidak ada yang disukai,bodoh!"
oh! Benar juga.
"benarkah? Siapa? Siapa dia?" Aku tak punya alasan mengapa harus se-exited ini. Karena penasaran, mungkin? Ini pertama kalinya kita membahas tentang dirinya, ingat?
Ia tersenyum sekilas sambil menjawab,
"kau."
Aku tersedak, untung saja tidak sampai ada adegan sembur-menyembur atau baju yang terkena noda kopi. Setelah hampir ku terlonjak girang karena mendapat jawaban, aku terhenyak.
Mencerna satu kata jawabannya. "kau" . Itu artinya-
"a-aku?"
Aku menunjuk diri sendiri. Ia terkekeh. Apakah kini aku terlihat bodoh?
"yeah. Kau. Siapa lagi?" Apa-apaan jawaban itu?
Oh,fuck! Kurasa wajahku terbakar.
Just wanna share my story here, hope you like it! I laf ya