"lah mendung." Guman Gemintang ketika baru saja keluar dari kamar mandi, dengan cepat ia memakai seragam nya, lantas mengambil jaket dan juga tasnya."Buru sarapan, papa sama Mama masih belum pulang. Mungkin lusa baru pulang, hari ini lo berangkat sama gue, kita naik mobil. Bentar lagi mungkin ujan." Kata Rakael ketika melihat adiknya baru saja menuruni tangga dengan menenteng jaket dan tas nya. Mendengar itu Gemintang lantas memakan sarapannya.
"Habisin, gue mau ke kamar bentar."
"Iya."
Setelah ditinggal kakaknya Gemintang dengan cepat menghabiskan sarapannya lalu memakai jaket dan sepatunya.
"Udah?." Kata Rakael yang telah siap dengan seragam dibalut jaket biru muda dan jangan lupakan kacamata yang memperkuat kesan 'anak pandai' dalam dirinya.
"Udah, ayok bang buruan." Kata Gemintang lantas berjalan duluan ke bagasi di ikuti oleh Rakael.
Mobil hitam itu membelah padatnya kota, jam menunjukkan pukul 06.25 jadi Rakael tak terlalu cepat mengendarainya mobilnya.
"Bang turunin gue di halte deket sekolah aja." Kata Gemintang yang menimbulkan raut bingung pada sang kakak.
"Kenapa?"
"Males gue dengerin omongan anak-anak."
"Mereka emang pernah ngomong aneh-aneh soal lo? Bukanya lo baru sehari masuk sekolah."
"Iya emang sehari, tapi berita soal Gemintang anak IPS adeknya Rakael si anak jenius dari kelas IPA udah nyebar sesekolah."
"Lah emang kenapa kalo lo anak IPS?."
"Tau ah bang males gue ngomong sama lo, udah turunin gue di halte aja udah."
"Gak."
"Lah?."
"Biarin mereka mau ngomong apaan, lo kan emang adek gue gak ada salahnya masuk IPS,toh anak IPS bukan cuma anak-anak bandel doang."
Gemintang yang mendengar tutur kata dari kakaknya itu pun hanya menampakkan raut muka kaget nya, lantas ia mencubit pipi tirus kakaknya itu, hal yang sudah lama sekali tidak dia lakukan.
"Apaan sih tang." Kesal Rakael, sebenarnya ia juga menikmati momen-momen seperti ini dengan adeknya, ia sadar selama ini ia sudah terlalu jauh dengan sang adik.
"Gemes banget sih sama abangku yang satu ini." Kata Gemintang sementara tangannya terus saja usil mencubit pipi kakaknya itu, sementara Rakael sendiri hanya mengenduskan nafasnya berat, tanpa mau membantah perilaku sang adik.
Tak lama mobil yang mereka tumpangi sudah tiba diparkiran sekolah, suasana sedang hujan lebat sementara jarak parkiran ke gedung sekolah lumayan jauh, jadi mereka putuskan untuk tetap menunggu di mobil sembari hujat reda, toh sekolah masih sepi. Karena bingung apa yang harus dilakukan akhirnya Rakael mengeluarkan buku kimianya lalu mengerjakan soal-soal yang dirasa mudah, sementara Gemintang sendiri menatap kakaknya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Siapa sampah yang sebenarnya? Siapa yang tak pantas diberi harga? Atas dasar apa dapat disebut manusia? Jika bermimpi saja ia tak kuasa" Gemitang yang punya mimpi, bertentangan dengan yang semua harapkan.