||Anatreas||Butuh Alasan||

46 11 18
                                    


"Jika mencintai tak harus memiliki,maka membenci tak harus pergi"



||Satu||

"Kita putus!"

Ana terlonjak bangun dari tidutnya dan terduduk di atas ranjang.

Suasana kamar yang familiar menyambutnya.

Ia mengulurkan tangan mengusap jejak basah keringatnya padahal kamar ini ber Ac.

Mimpi itu datang lagi kepadanya sejak cowok itu memutuskannya seminggu yang lalu. Mimpi yang sama dan menyakitkan disetiap malam.

Bolehkah ia berkata bahwa ia lelah? Seharusnya ia tak jatuh teralu dalam seperti ini ketika cowok itu malah sedang tertawa ria diluar sana.

Ia lelah pada perasaanya sendiri. Ia juga lelah ketika kerongkongannya terasa sesak dan sakit karena cowok itu.

Ditinggal pas sayang-sayangnya?
Mungkin itu yang bisa mendefinisikannya sekarang. Ia ditinggal tanpa sebab dan alasan. Tak ada angin tak ada hujan dan ia harus mendapat kenyataan bahwa orang yang selama ini berada di sampingnya pergi tanpa kepastian.

"Dek."

Ana mengerjapkan matanya saat suara seorang pria menegurnya dibalik pintu yang memisahkan mereka.

"Iya bang?"

"Sekolah gak lo? Udah jam enam ini hari senin loh,lo kan mesti upacara."

Ana menghembuskan nafasnya keras. Jika boleh jujur,kejadian seminggu yang lalu membuatnya benar-benar malas kesekolah. Karena di sekolah ia harus bertemu dengan cowok itu. Ia bahkan tak fokus pada apapun di sekolah sejak kejadian itu.

"Iya ini mau mandi."

Ana bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi sambil mencepol rambut hitamnya.

🍁🍁🍁

"Ngapa gak makan nasi?"

"Males." Jawab Ana seenaknya sambil mengoleskan selai anggur kesukaanya ke atas roti yang sudah dipanggang.

Langit mendecak. "Dek. Lo tu gak harus kaya gini. Lo sadar gak sih dalam kurun waktu seminggu berat badan lo tuh udah turun tiga kilo? Habis badan lo di makan cinta dek."

Ana menggerakan bahunya cuek. "Ngapain lo peduli. Bonyok aja gak peduli kok."

Langit menghembuskan napasnya. "Lo baru di tinggal dua minggu doang udah gini sikap lo. Emang semua cewek bocah semua. Pantes pacar lo mutusin lo."

Langit terdiam saat Ana menatap sinis padanya. Ia sadar kalau ia telah salah bicara. Ia lupa kalau pokok permasalahan itu adalah penyebab adiknya kini terlihat tak punya gairah hidup.

"Lo cowok tapi bacot lo kek cewek bang. Ganteng-ganteng kok mulut kek mak-mak kosan." Ujar Ana sebal.

"Dah ah gue berangkat."

"Eh roti lo,bego!" Ucap Langit sambil menunjuk roti Ana yang tak jadi di makan dan malah diletakkan di atas piring lagi.

🍁🍁🍁

Meski langit terlihat agak gelap seperti akan menumpahkan air,beberapa anggota osis di sekolah Bimasakti tetap melaksanakan tugasnya untuk mempersiapkan perlengkapan upacara seperti benderan dan lainnya.

Padahal,di cuaca seperti ini adalah harapan murid-murid untuk tidak upacara dan tidak belajar. Biarlah jam kos sampsi pulang,yang penting mereka bisa tiduran dan bercanda ria tanpa belajar tapi tetap dapat uang jajan.

AnatreasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang