||Dua||
Ana memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan. Halte bus,tempat ia berdiri kini sudah sangat sepi.
Langit yang gelap,angin kencang,dan sambaran kilat menemani Ana yang berharap sebuah angkutan umum akan lewat di depannya. Ana terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa akan ada angkutan umum yang lewat. Meski sisi lain dirinya ragu akan hal itu.
Mata Ana menyipit saat sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depannya. Kaca mobil itu terbuka dan menampilkan sosok Adrian di dalamnya.
"Ayo gue anter!!" Teriak Adrian agar Ana mendengarnya.
Namun Ana menggeleng. Dan itu justru membuat Adrian diam sejenak.
"Jangan buat gue di hajar Antreas! Dia nyuruh gue nganter lo!"
Mendengar nama Antreas,Ana menggigit bibirnya dan berjalan ke sisi lain mobil Adrian,membuka pintu lalu duduk di bangku sebrang Adrian.
Mobil Adrian melaju membelah derasnya hujan.
Diam-diam dari sudut matanya Adrian menatap sosok Ana yang terus memandang ke luar jendela mobil dengan mata memerah.
"Kalo lo gak ngelupain dia,sama aja lo nyiksa diri lo sendiri."
Ana menoleh pada Adrian.
"Lo tau apa tentang gue? Lo gak tau apa-apa." Ucap Ana datar.
Adrian terdiam sebentar. "Gue emang gak tau apa-apa tentang lo. Tapi setidaknya gue tau kalo Antreas masih peduli sama lo."
"Gue gak percaya."
"Dan gue gak minta lo percaya sama gue." Jawab Adrian. "Tapi,lo harus tau kalo Antreas selalu tidur dengan photo lo dan syal yang lo kasih ke dia. Terserah mau percaya apa enggak."
Ana menghembuskan napas lelah. Ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Apa Antreas memang masih menyayanginya atau itu hanya bualan Adrian saja.
"Jangan bahas lagi. Gue capek. Gue berharap banget kalo gue gak nangis lagi. Gue harap lo paham."
Tak ada jawaban. Hanya suara derasnya hujan yang terdengar di langit-langit mobil.
Tak butuh waktu lama,mereka sampai di rumah Ana. Segera cewek itu mengucapkan terima kasih dan masuk kedalam rumahnya.
Hanya saja yang membuat Ana bingung kenapa banyak sekali sepatu-sepatu kasual sebesar sepatu kakaknya ada di depan pintu.
Ana pun bergegas masuk.
"Tega banget lo gak jemput adeknya padahal di rumahh!!!" Sentak Ana sambil menjambak rambut Langit yang kebetulan kakaknya itu berjalan kearah sofa ruang tv.
"Duh duh dek sakit!! Copot kulit pala gue woi!!" Erang Langit.
"Rasain lo!!"
"Lo gak malu di liat temen-temen gue?"
Ana menyipitkan matanya. "Temen?"
Langit menunjuk ke sofa ruang tv dengan dagunya. Ana pun mengikuti arah itu dan membeku saat melihat segerombolan laki-laki menatapnya geli.
"Ihhhh!!!" Ana menggeram sambil menarik lebih kuat rambut Langit membuat kakaknya itu meringis. Ia kemudian berjalan menaiki anak tangga.
"Kenapa sih lo dek?!" Tanya Langit agak berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatreas
Teen Fiction"Kalau cinta tak harus memiliki,maka benci tak harus pergi." Ana "Bila benci tak harus pergi,maka menyayangi tak perlu bersuara" ____________ Di cover typo😭 Harusnya ANATREAS. ....................... KARYA INI MURNI IMAJINASI PENULIS. BILA ADA KESA...