Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Rosé, setelah sekian lama banting tulang selama empat tahun akhirnya dia bisa pindah ke suatu rumah yang kecil. Rumahnya memang agak tua dan tidak dalam kondisi terbaik namun ini jauh lebih baik dari kamar sempit yang disewanya di kos-kosan lama.
Rosé baru saja selesai memindahkan perabotan dan barang-barang lainnya ke dalam rumah ini, belum sempat menata barang-barangnya. Sebenarnya kalau kelelahan dan sedikit jorok untuk sehari saja tidak akan terjadi apa-apa, namun maklum Rosé adalah orang yang sangat menjaga kebersihan secara berlebihan. Walau badan ini sudah mau remuk, mau tidak mau Rosé akhirnya menata perabotan dan membersihkan rumah barunya itu.
"Haah capek," ujar Rosé yang baru saja setengah jalan membersihkan rumah barunya. Tetapi, tiba-tiba disudut mata Rosé terlihat sesuatu yang asing. Rosé tidak pernah melihat lemari ini sebelumnya, sepertinya pemilik lama lupa mengangkut lemari ini ketika mereka pindahan? Lemarinya terlihat tua tetapi memiliki ukiran yang sangat detail dan memiliki bentuk aneh.
Rosé pun penasaran, terlebih lagi mungkin saja ada harta karun atau barang berharga di dalam lemari ini bukan? Lumayan tuh kalau dijual, hitung-hitung bisa menambah penghasilan pekerja yang selalu kerja lembur seperti kuda alias dirinya sendiri.
Yah biarkan Rosé bermimpi, kecil sekali kemungkinan barang-barang seperti itu dilupakan oleh pemiliknya.
Rosé pun dengan rasa penasaran yang memuncak membuka lemari tersebut.
"Uhuk, uhuk." Batuk Rosé yang menggema di ruangan tersebut ketika debu dari lemari tua itu langsung terhempas ke wajahnya. Sepertinya lemari ini sudah lama sekali tidak dibuka. Selesai batuk-batuk, Rosé pun kembali membuka matanya dan melihat lemari itu. Seperti yang diperkirakan tadi, tidak ada apa-apa di dalamnya. Rosé sedikit kecewa, tapi memangnya dia bisa berbuat apa?Rosé hendak menutup lemari itu tetapi belum sempat pintu lemari ditutup, kedua tangannya ditarik masuk oleh suatu cahaya.
"Woi lepas dong anjir!" Rosé berusaha melepaskan dirinya, but alas her strength didn't match the undeniable force of the white hole.
"AAAAAA!" teriak Rosé saat dia dihisap ke dalam cahaya putih. Cahayanya sangat silau. Daripada buta, mau tidak mau Rosé menutup mata saat terseret ke dalamnya.
Setelah diombang-ambing beberapa saat, Rosé merasakan tubuhnya mendarat. Entah di mana namun rasanya halus sekali, seperti mendarat di awan saja. Tapi tidak mungkin kan hal sekonyol itu terjadi?
Setelah tidak berani membuka mata selama beberapa menit, Rosé memberanikan diri untuk mengerjap pelan. Perlahan dia membuka matanya dan seketika pandangan didepannya membuat kedua matanya langsung membelalak.
"Halo, Adik manis."
Sapaan seseorang membuat mata Rosé membelalak tadi, tampangnya sedikit menyeramkan dan lagi pakaiannya sangat aneh.
Sosok itu berpakaian seolah-olah dia adalah penyihir? Benar-benar gaya pakaian yang sangat asing, jika manusia yang mengenakannya tentu orang itu akan langsung dicap sebagai orang aneh. Rosé lalu kembali mengucek kedua matanya, siapa tahu pandangannya salah dan semua ini hanya delusi? Tapi setelah digosok juga sosok itu masih berada didepannya dan malah sambil menyeringai lebar sekarang, seringaian itu sangat aneh dan menyeramkan."Ini semua nyata adik manis, kamu tidak delusi," sahut sosok itu lagi mengulurkan tangannya dan mengangkat Rosé berdiri.
Rosé yang diangkat dengan mudahnya merasa aneh, sejak kapan tubuhnya seringan ini? Lalu Rosé melihat sosok itu di sampingnya sangat menjulang tinggi, apakah sosok di sampingnya ini raksasa atau dia saja yang mengecil?? Lalu Rosé menengadah ke bawah dan seharusnya dia tidak melakukannya, sekarang dia lagi berteriak histeris kebingungan. "INI KITA BERJALAN DI AWAN?????"
Rosé merasa shock melihat kakinya yang menapak bahkan tadi terbaring di awan, sosok di sampingnya hanya tersenyum simpul dan terkekeh. "Tidak ada yang tidak mungkin di sini."
"K-kamu siapa??? Kamu ini makhluk apa???" tanya Rosé akhirnya memberanikan diri bertanya kepada sosok aneh di sampingnya ini.
"Sebut saja aku Grim, tentang aku ini makhluk apa secara mudah aku adalah orang yang dapat mengabulkan harapan," jawabnya.
"Seperti penyihir begitu? Dan kau bisa mengabulkan harapan apa? Kalau begitu bisakah kamu mengembalikan ku ke tempat asal?" cerocos Rosé yang sudah olahraga jantung sejak tadi saking takut, dan gugupnya.
"Ayo kita pergi berkumpul dengan yang lain." Alih-alih menjawab pertanyaan Rosé, Grim malah menyeret Rosé untuk mengikutinya.
"Jawab dulu pertanyaanku!" Namun pertanyaannya tidak digubris, Rosé merasa bertanya kepada Grim tidak akan membuahkan hasil dan hanya akan membuang tenaga. Lebih baik dia mengalihkan pikirannya ke arah yang lebih berguna nantinya.
'Yang lain? Maksudnya siapa?' batin Rosé di tengah jalan panjang mereka dan makin kebingungan.
Setelah berjalan sekian lama, dari kejauhan Rosé mulai melihat kerumunan anak-anak? Apakah ini adalah tempat penyekapan kecil? Bisa saja mereka sindikat penculikan anak-anak yang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini.
Rosé merasa nyalinya menjadi ciut kembali dan berusaha kabur. Apa daya genggaman Grim ke tangannya jauh lebih kuat, Rosé benar-benar merasa tidak berdaya seakan tubuhnya tidak memiliki kekuatan sama sekali. Lalu sampailah mereka ke kerumunan anak-anak itu.Tempatnya sedikit aneh dibanding tempat mereka berjalan selama ini. Hanya awan putih, tempat ini seperti hutan??
Dengan pohon menjulang dan rumah pohon yang megah serta danau di tengahnya, kalau dia anak kecil sudah pasti Rosé akan berkeliling mengeksplor tempat ini.
Saat sampai, Grim malah mendorong Rosé untuk berjalan ke tengah-tengah kerumunan itu. Selama berjalan Rosé merasakan pandangan anak-anak kerumunan itu kepada dirinya dengan mata mereka yang penasaran. Rosé jelas merasa sangat tidak nyaman, namun Grim tidak berhenti mendorong tubuh kecilnya ke depan untuk berjalan hingga ke tengah-tengah kerumunan itu, dekat danau di tengah hutan.
"Ayo perkenalkan dirimu nona manis." Tepuk Grim ke pundak Rosé. Rosé merasa awkward dan aneh ini seperti perkenalan antara anak kecil saja, dia kan wanita berumur 23 tahun yang sudah tumbuh dewasa. Rosé pun menoleh ke sana- kemari, menghindari tatapan para anak kecil itu.
Pandangan matanya kali ini salah berlabuh lagi, kedua mata Rosé mendarat pada sosoknya di pantulan danau.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!"
Ambruklah badan Rosé yang mungil itu saking terkaget dan shock dirinya. Bagaimana bisa badannya mengecil seperti anak berumur 5 tahun?! Apa yang terjadi disini?! Rosé pun berujung pingsan.
Tidak lama kemudian, sekitar beberapa menit setelah kejadian pingsannya. Rosé terbangun lagi di tempat yang tidak kenal, padahal dia berharap bahwa ini adalah mimpi dan kembali pada realita bersih-bersih di rumah barunya. Tempat ini sepertinya adalah bagian dalam rumah pohon megah yang dia lihat tadi.
Rosé kembali berpikir keras cara untuk kembali ke realita, ke dunia nyata. Dia belum selesai membersihkan rumah, mana pekerjaannya menumpuk lagi, aduh bagaimana ini? Tapi pikirannya langsung terhenti dengan seruan dari seorang anak yang tiba-tiba saja sudah di sampingnya.
"Hey, rupanya kamu sudah bangun!" serunya keras yang membuyarkan Rosé dari seluruh lamunannya. "Aku peterpan, singkatnya peter saja. Umurku sepuluh tahun, kalau kamu?!" cerocosnya panjang lebar, Rosé masih terkaget dan tidak membalasnya, malah memegangi tempat jantungnya yang berdegup kencang. "Aaah tampaknya kamu masih kaget ya, aku lupa kalau kamu baru bangun. Grim selalu mengatakan agar aku tidak terlalu bersemangat setiap saat, tapi aku selalu lupa! Ayo kita keluar, kamu belum mendapatkan sambutan dari kami, kan?" lanjutnya lagi dan menyeret Rosé seperti yang dilakukan Grim tadi.
Di bawah teras rumah pohon sudah berjejer barisan anak-anak yang seakan menunggunya untuk bangun dari tadi. Lalu Peter di sebelah Rosé langsung sigap memberi aba-aba 1,2,3 dengan jarinya, mereka pun serentak berteriak, "Welcome to Neverland, Rosie!" And the reality began to sink to Rose that she's really in another world right now.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Neverland
AbenteuerWelcome to Neverland and the reality began to sink that she's really in another world right now.