4

14 1 0
                                    

Deg....

Lagi lagi Brian menerima kenyataan pahit yang menimpa adiknya. Baru saja adiknya berhadapan dengan sakit yang ada dikepalanya dan sekarang adiknya itu harus menerima kenyataan kalau ternyata kakinya lumpuh.

Brian tidak tau apa yang akan ia katakan kepada adiknya. Brian tidak siap jika melihat adiknya bersedih. Ini semua salahnya. Tapi kenapa harus Rasiana yang terkena imbasnya.

Berdiri didepan ruang perawatan sembari memandang adiknya dari balik kaca bening yang tembus pandang. Brian tidak tega melihatnya. Ia segera memberi kabar buruk itu kepada orang tuanya. Dan dia juga teringat akan Jamie. Tunangan adiknya. Apakah Jamie masih mau menerima kondisi adiknya yang seperti ini.

Diujung lorong rumah sakit seorang pria berjalan dengan menenteng plastik yang sepertinya berisi makanan. Dilihat dari pakaiannya dia seperti baru pulang dari tempat kerja.

"Ada apa kak? Kenapa berdiri disini? Rasiana udah tidur? Ayo makan bareng. Saya tadi beli makanan." Jamie menunjukkan plastik yang berisi makanan itu.

Dilihatnya raut wajah calon kakak iparnya itu nampak sedih dan tak bersemangat. Apakah terjadi sesuatu? Jamie bertanya tanya dibenaknya.

"Ada apa kak? Apakah terjadi sesuatu?" kali ini Jamie berhasil menyuarakan pertanyaan yang sempat ada dikepalanya.

Diam

Calon kakak iparnya itu hanya diam dan sepertinya berat untuk menjawab pertanyaan Jamie. Brian sendiri bingung apakah ia harus memberi tau kabar ini kepada Jamie atau sebaliknya. Ia takut menerima kenyataan kalau tiba tiba Jamie meninggalkan adiknya dan membuat adiknya terpuruk dengan kondisi yang dialaminya.

Brian tetap diam hingga beberapa saat kemudian orang tuanya datang dengan cemas dan sedih.

"Ada apa ini? Ma,kenapa mama nangis?" Jamie bertanya lagi.

Isak tangis mama Rasiana semakin kencang. Sang suami terus berusaha menenangkan istrinya.

Mereka masuk kedalam untuk melihat keadaan Rasiana dengan lebih jelas.

"Rasiana Lumpuh"

Dua kata itu berhasil membuat Jamie meneteskan air mata. Ia tidak tega Rasiana harus mengalami keadaan yang seperti ini. Jamie terus menggenggam tangan Rasiana yang tidur pulas karena efek suntikan yang diberi oleh dokter.

Mereka diam. Tidak ada yang bersuara. Mama Rasiana masih menangis dipelukan suaminya. Dalam hati Brian ketar ketir takut kalau Jamie meninggalkan Rasiana dalam kondisi seperti ini.

"Jamie.." Papa Rasiana membuka suara.

"Melihat kondisi putri saya yang seperti ini, saya.. Saya akan terima kalau nak Jamie ingin membatalkan pernikahan ini. " ujar Papa Rasiana lirih.

Brian dan mama Rasiana menegang mendengar perkataan Papa Rasiana. Brian semakin merasa bersalah. Sedangkan mama Rasiana menjadi sangat sangat sedih karna putrinya mendapat nasib yang sangat buruk.

Papa Rasiana sudah berpikir matang matang. Ia tidak ingin memaksakan kehendak jika Jamie ingin membatalkan pernikahan dengan putrinya. Semua pria diluaran sana tidak akan ada yang mau menikah dan hidup bersama istri yang tidak sempurna.

Jamie tidak habis pikir dengan ucapan calon mertuanya itu. Memangnya kenapa kalau Rasiana lumpuh. Hal itu tidak akan membuat perasaan Jamie terhadap Rasiana luntur.

"Maaf. Tapi saya tidak bisa. Tidak bisa meninggalkan Rasiana dalam keadaan seperti ini. Saya sangat mencintai Rasiana. Meskipun Rasiana tidak bisa berjalan saya akan tetap mencintai dan menyayangi Rasiana. Jadi saya mohon kepada Papa untuk tidak membahas pembatalan pernikahan saya dengan Rasiana. Apapun keadaannya saya akan tetap menerima Rasiana menjadi istri saya. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang