Ketemu lagii, chapter ini sudah ditulis ulang, selamat membaca!!
...
"Ochaco-chan, kau tidak apa-apa??ribbit*."
Tanya Tsuyu Asui, teman dekat Uraraka, Uraraka yang mendengar namanya dipanggil tersadar dari lamunannya dan menatap Tsuyu dengan wajah linglung.*ada yang tahu suara kodoknya Tsuyu??? Kalo tau, komen ajaa, okayy??
"Oh, eh, kenapa???"
Uraraka bingung, Tsuyu yang melihat tingkah Uraraka hanya bisa memiringkan kepalanya dan menaruh tangannya di dahi Uraraka berniat untuk mengecek suhu Uraraka."Ochaco-chan, apa ada yang tidak beres? Apa kau sakit?ribbit."
Tanya Tsuyu. Uraraka langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya dengan cepat."Eh?! Aku tidak apa-apa,aku tidak demam kok!"
Balas Uraraka dengan cengiran. Tsuyu memiringkan kepalanya masih bingung."Ada ribut-ribut apa ini?"
Terdengar suara laki-laki bersurai hijau gelap dengan senyuman seperti musim semi berjalan ke arah mereka berdua, siapa lagi kalau bukan Midoriya Izuku."De- Deku-kun!?"
Ujar Uraraka tersentak melihat Deku. Deku menaikkan satu alisnya."Uraraka-san, kau baik-baik saja?"
"Oh,i- iya..."
Sepertinya... lanjut Uraraka dalam hati."Hm?"
Tsuyu dan Deku langsung menatap satu sama lain, lalu mengangkat pundak mereka bersamaan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Uraraka. Uraraka yang biasanya ceria, sekarang banyak melamun. Dan itu membuat kedua teman dekatnya khawatir."A- Aku ijin ke toilet sebentar, hehe..."
Ijin Uraraka sambil pergi terburu-buru. Bahkan dia mengabaikan sapaan dari Kyoka Jirou. Jirou mendekati Deku dan Tsuyu sambil menggaruk tengkuknya melihat ke arah pintu yang terbuka sekarang."Hei,apa kalian tau apa yang terjadi dengan Uraraka?"
Tanya Jirou bingung, dia juga merasakan perubahan sifat Uraraka. Dan sepertinya satu kelas ini tahu perubahannya (Uraraka)."Kami juga tidak tahu..."
Jawab keduanya dengan wajah sedih. Ada satu orang yang juga merasakan perubahan sifat Uraraka itu, berdecak kesal. 'Dia' segera keluar mengabaikan teman'nya' yang berbicara dengan'nya' dan sekarang menatap bingung diri'nya'."Tch, sial! Kenapa kau tak senyum seperti biasanya, bodoh?!"
Batin orang itu kesal, siapa lagi kalau bukan si Tsundere//plakk, maksudnya si bom mematikan, Bakugou Katsuki....
Di toilet, Uraraka berdiri di depan wastafel dengan keran yang menyala. Air mengalir memenuhi wastafel dan hampir tumpah ke lantai.
"Hah, ada apa sih denganku?"
Gumam Uraraka, dia menatap genangan air di depannya dan melihat bayangan dirinya sendiri. Wajahnya sedih."Mukaku benar-benar... hancur. Dan juga... aku suka melamun. Apa karena... kejadian itu?"
Uraraka terdiam saat memikirkan kata-katanya sendiri, tiba-tiba, dirinya mengingat dimana ia hampir terjatuh jika tidak ada Bakugou maka dia sudah pasti terluka.
"Bakugou..."
Gumam Uraraka, sambil membayangkan wajah Bakugou saat itu. Wajah Bakugou sangat dekat dengannya saat itu, dan tanpa sadar Uraraka membuat senyum tipis di wajahnya.
"Tampan..."
Ujarnya tanpa sadar. Dia memproses kata-kata yang baru keluar dari mulutnya. Matanya berkedap-kedip berulang kali.
"..."
"Eh?! A- Apa yang aku pikirkan?!"
Ujar Uraraka tersentak dengan kata-katanya sendiri. Wajah Uraraka memerah dengan cepat, dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan tangan."Kukira kemarin karena jatuhh... ternyata, beneran. Ahhh, apa yang harus aku lakukan dengan Deku-kun nanti!?"
Pekik Uraraka sambil menarik rambutnya sendiri dan menceburkan wajahnya ke wastafel penuh air.
"Bakugou... pasti sangat sulit membuat dia jatuh cinta..."
Gumamnya sedih. Di sisi lain, Deku bersin membuat Tsuyu dan Jirou tersentak dari kursinya."Midoriya! Gak apa?!"
"Ah, maaf, maaf, tidak apa-apa, Jirou-san."
"Mengagetkan saja."
"Betul, betul, ribbit."
...
"Hah, leganya... Sepertinya aku harus melupakan apa yang terjadi tadi..."
Ujar Uraraka sambil menepuk-nepuk tangannya, Uraraka mengingat-ingat momen di kamar mandi dan merasa malu sendiri dengan tingkahnya. Uraraka berjalan ke kelas dengan sangat santai, namun juga tidak. Dia menghela napasnya kasar dan menundukan kepalanya. Dia merasa ada seseorang di depannya dan mengangkat kepalanya. Matanya melebar ketika melihat sosok di depannya. Bakugou muncul di depannya, dan langsung menghentikan langkah kakinya.
"Se- set–"
Uraraka langsung menutup mulutnya yang hampir kecolongan, jantungnya berdegup sangat kencang, seperti dia hampir melihat hantu di depannya.
"Oi! Apa yang kau lakukan di tengah jalan!? Minggir! Atau kutabrak!"
Ujar Bakugou kesal, Uraraka langsung menepi dalam diam. Bakugou pun lewat dengan tampang wajah acuh tak acuhnya. Mulutnya bergerak seperti mengatakan sesuatu namun suaranya sangat pelan, pelan sehingga Uraraka hampir tidak mendengar kata-katanya.
"...Eh?"
Uraraka terkejut saat menyadari bentuk bibir yang Bakugou buat untuk berbicara, dan dia melihat punggung Bakugou yang mulai menghilang.
"A- apa yang... dia maksud?"
Gumam Uraraka melanjutkan perjalanannya dengan hati yang berdegup kencang.
"Bersikaplah seperti biasa, bodoh."
Kata-kata Bakugou berhasil menembus dinding pertahanan Uraraka, wajah Uraraka terlihat membuat senyum, senyum kesenangan. Dia pun masuk seperti biasa, merahasiakan semua hal dari teman-temannya, termasuk Deku.
Bersambung
Jangan lupa vote dan komen ya biar rame kolomnyaa, kasih dukungan terus yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacchako Love Story
RomanceSuatu peristiwa yang menimpa Uraraka dan Bakugou, membuat hati Uraraka berubah seratus persen.