chapter 11

27 8 0
                                    

What should I do?
If this feeling is really going to be present for you....

author pov.

Pagi ini harusnya rachell ada janji dengan bryan. Janji untuk menghabiskan weekend bersama. Merefresh otak yang selama ini berjuang untuk berfikir keras tentang bagaimana masa depan itu.

Seharusnya rachell sudah bersiap² dan berdandan dengan cantik.tapi nyatanya? Dia masih terlelap dibalik selimut putihnya itu. Masih berjalan menyusuri mimpinya. Damn. Shit. Apalagi ini? Bukannya kemarin rachell benar² senang bryan mengajaknya jalan² dihari weekendnya. Ini hari yang ia tunggu bukan? Sebenarnya mimpi apa sih dia? Terlalu bagus kah?

Rachell menggeliat kan tubuhnya. Menggeserkan selimutnya. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya. Berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang masih berserakan kemana mana. Lalu ia melihat jam beker yang semalam ia letakkan diatas meja riasnya itu.

Ia sontak kaget melihat sekarang sudah pukul 07.30 pagi. Menatap kembali jam beker yang ia pegang. Seakan tidak percaya dengan waktu yang ada sekarang. Ia pun menoleh ke jendela beberapa kali. Mencubit pipinya. Hanya untuk memastikan bahwa ia sudah pergi dari dunia mimpinya. Dan ternyata memang benar.

Shit. Kenapa gue bangun telat. Argh. Bego banget si lu rachell. Gimana coba kalo bryan uda nungguin elu. Dasar payah!

Tak membutuhkan waktu lama untuk rachell mengumpulkan nyawanya kembali. Ia segera berlari ke arah kamar mandi. Menarik handuk dan membersihkan dirinya.

Hanya sekitar 15 menit untuk rachell membersihkan badannya. Ia keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk putih di badannya yang putih itu juga. Berjalan ke arah lemari. Memilih baju apa yang akan ia gunakan untuk pergi bersama calon penggantinya azka itu.

Calon penggantinya? Tidak salahkan bila berkata seperti itu? Ah tentu saja tidak. Karna itu sudah bagian dari keputusannya dihari kemarin. Fokus menata hatinya dan membuka hatinya untuk seorang bryan. Terlalu percaya diri mungkin. Bahkan ia sendiri tak tahu. Apa bryan memiliki perasaan yang lebih padanya. Apa ini hanya sekedar harapan belaka?

Badan rachell berdiri didepan cermin. Melihat mana baju yang cocok untuk ia kenakan. Saat ia sedang bingung memilih baju apa. Suara rafisya terdengar ditelinganya. Setengah berteriak mungkin. "Kak.buruan bangun itu loh uda ditunggu ka bryan. Dasar gadis pemimpi" Celetuknya sambil mengetukkan jari tangannya dipintu kamar rachell.

Lama. Tidak ada sahutan dari kakaknya itu. Rafisya benar² geregetan.

Ampun punya kaka gitu bentuknya. Untung cantik pinter. Coba kalo engga. Sumpah gakan ada cowo yang suka sama elu kak.

Batinnya mendengus kesal. Tak habis pikir dengan kakak perempuan satu² nya itu. "Woiiii.cepetan bangun princess. Itu ditunggu ka bryan. Kasian bego uda nunggu lama" Umpat rafisya setengah berteriak. Padahal ia masih didepan pintu kamar rachell.

"Iya kampret bentar. Bingung gue mau pake baju yang mana" Sahut rachell dari dalam kamar yang juga setengah berteriak. Padahal jarak mereka tidak jauh. Entahlah.

"Pake aja bra ama cd. Ato lingerie. Selese kan" Rafisya yang sudah geregetan sedari tadi pun membalas ucapan kakanya dengan seadanya yang ada diotaknya. Bukan jawaban yang serius. Hanya jawaban yang memperlihatkan saking kesalnya rafisya

💕i choose to love you💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang