Suara ribut mulai terdengar sampai ke bangunan atas sekolahan tempat dimana kelas yang biasa digunakan anak-anak kelas 11 untuk belajar.
Seorang gadis yang tengah mendengarkan musik melalui handphonenya pun terpaksa melepas earphone yang ada ditelinganya karena mendapat tepukan keras dari salah satu temannya.
"Apaan?" tanya gadis cantik yang bernama Vidia itu pada temannya dengan muka kesal karena menggagunya mendengarkan musik kesukaannya.
"NOHH SI JEVAN NOH BERANTEM LAGI."jawab Retta dengan berteriak.
"Oh" respon Vidia cuek.
"Lo gak mau bantuin pisahin?" tanya Retta yang hanya di jawab oleh Vidia dengan gelengan."NYETTT YAALAH NYET LIAT TUH MUKANYA JEVAN UDAH GAK BERBENTUK." teriak teman Vidia sambil berlari masuk ke kelas menuju meja Vidia dan Retta.
Vidia dan Retta pun langsung melihat kearah Elsa dengan tatapan bingung.
"HAH TERUS GIMANA DONG" tanya Retta pada Elsa
"Mukanye bonyok tapi masi ganteng si. uhuyy pangeran memang tampan mau berantem juga." jawab Elsa dengan senyuman lebarnya.Tak lama setelah itu suara didepan kelas Vidia dan Retta yaitu 11 IPS 4 pun mulai terdengar ramai. Lalu masuklah orang yang sedang ramai dibicarakan orang saat ini.
Jevan langsung jalan kearah Vidia yang sedang fokus mengerjakan PR matematika yang diberi oleh gurunya pagi tadi sambil mendengar lagu lewat handphonenya.
Suasana kelas yang tadinya ramai berubah menjadi sepi. Vidia yang menyadari bahwa keadaan dikelasnya berubah pun mulai mengalihkan pandangannya dari soal yang sedang dikerjakan untuk melihat sekitar.
"Anjing. Kaget gue." itulah respon Vidia saat melihat Jevan yang sedang duduk didepannya dan memperhatikannya yang sedari tadi fokus mengerjakan soal matematika.
Jevan pun tersenyum saat Vidia menyadari keberadaannya. Walaupun luka robek diujung bibirnya terasa sakit saat ia tersenyum.
"Kenapa?"tanya Vidia sambil melepas kedua earphonenya.
"Bantuin gue obatin ini dong."
Tanpa menjawab Vidia langsung berdiri dan akan berjalan keluar kelas sebelum Jevan memegang tangannya.
"Mau kemana?"tanya Jevan sambil menggenggam pergelangan tangan Vidia.
"Katanya suruh ngobatin lo. Gimana sih. Jadi gak?"jawab Vidia cepat.
"Jadi lah. Kirain lo marah tadi."kata Jevan sambil berjalan berdua dengan Vidia ditengah ramainya murid di luar kelas 11 IPS 4.Sesampainya di uks Jevan langsung mendudukan diri dipinggir kasur sementara Vidia sibuk mencari obat-obatan di kotak p3k.
Setelah mendapat obat yang dicari Vidia langsung menghampiri Jevan dan mulai menuangkan alkohol ke kapas. Lalu mengusapkannya perlahan ke ujung bibir Jevan.
"Pelan-pelan. Sakit"kata Jevan sambil memegang tangan Vidia yang sedang membersihkan luka dibibirnya.
Bukannya melakukannya pelan-pelan Vidia malah semakin menekan kapasnya di luka itu.
Karena kaget sekaligus sakit Jevan langsung menarik tangan Vidia yang ada di bibirnya."Sakit banget tai. Sengaja kan lo."tanya Jevan dengan muka menahan sakit.
"Iya. Siapa suruh lo berantem lagi dan ngebuat gue ngobatin luka lo."jawab Vidia dengan emosi. Jevan yang mendengar itu pun diam saja.
"Inget ini udah ketiga kalinya lo berantem di bulan ini."
"Iya gue inget."jawab Jevan sambil menatap kebawah.Akhirnya Vidia mulai membersihkan luka itu kembali dengan pelan-pelan. Tidak ada satupun dari keduanya yang membuka percakapan kembali.
Saat Vidia sedang mengoleskan betadine ke luka dipelipis Jevan tiba-tiba Jevan memeluk tubuh kecil didepannya saat ini. Posisi Vidia yang berada ditengah-tengah kaki Jevan pun memudahkan Jevan untuk memeluknya. Vidia yang kaget pun langsung berusaha melepaskan pelukan Jevan namun kekuatan Jevan lebih besar dibanding kekuatan Vidia.
"Lepasin Jev."
"Gue ngantuk."jawab Jevan singkat.
"Kasur belakang lo noh lebar ngapain malah meluk gue dipikir gue kasur apa."respon Vidia sinis.
"Enak kan juga tidur meluk lo."jawab Jevan ngasal yang dijawab oleh Vidia dengan geplakan dikepalanya.
"Sakit banget loh ini."Jevan memegang kepalanya dengan salah satu tangannya sedangkan tangan satunya masih berada di pinggang vidia.Vidia pun yang mendapat kesempatan kabur dari pelukan Jevan pun berusaha kabur namun dengan cepat Jevan menarik Vidia dengan satu tangannya sehingga kini Vidia sudah berada dipangkuan Jevan.
"Apaan sih Jev"Vidia setengah berteriak karena kaget dengan apa yang telah dilakukan Jevan barusan.
"Tanggung jawab nih kepala gue sakit"jawab Jevan sambil menunjuk kepalanya yang di geplak oleh Vidia tadi.
"Apaan emang lo yang salah makannya gue geplak pala lo"respon Vidia sambil berusaha kabur dari pangkuan Jevan.
"Diem apa gue cium nih lo"kata Jevan dengan mengeluarkan smirknya. Kaget dengan apa yang di ucapkan Jevan, Vidia segera menatap Jevan ke belakang. Namun ia malah melihat wajah Jevan yang hanya beberapa centi didepannya ini.Lalu tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu uks. Vidia pun langsung terlonjak kaget dan langsung lari ketempat kotak p3k dan pura-pura membaca botol alkohol yang ada di dekatnya.
"Kaget gue sat"respon Jevan saat melihat siapa yang masuk.
"Lo napa dah baca botol alkohol?"tanya Gibran pada Vidia. "Baca komposisi di botol ini"jawab Vidia setenang mungkin karena saat ini jantungnya berdetak dengan cepat karena ia kaget."Ngapain lo kesini?"tanya Jevan cepat sebelum Gibran bertanya pada Vidia apa gunanya ia membaca komposisi di botol alkohol tersebut.
"Dicariin lo sama Bu Eko katanya suruh keruang BK udah ada nyokap lo juga disana."jawab Gibran sambil menyedot pasco yang ia beli di kantin sesaat sebelum ia disuruh mencari Jevan.
"Yaudah ntar gue kesana. Keluar gih lo."
"Mau ngapain dah lo pada nyuruh gue cepetan keluar."tanya Gibran dengan wajah menyelidik dan senyuman dibibirnya."Mau nyelesaiin inilah"jawab Jevan sambil menunjuk luka dipelipisnya.
"Yaudah deh gue keluar biar fokus dah lo pada mainnya."respon Gibran dengan cengiran lebarnya dan berjalan keluar.
Setelah Gibran keluar Vidia langsung menghampiri Jevan dan menyelesaikan kegiatan mengobati Jevan tersebut.
Vidia sedang membereskan obat-obat yang tadi di pakainya.
"Gue rumah lo ya Vid"kata Jevan sambil melihat punggung Vidia. Vidia yang mendengar itu langsung berbalik dan menatap lurus kearah Jevan."Lo gak pulang kerumah lo? Hari ini nyokap lo pulang kan?"tanya Vidia lembut.
"Gak. Capek gue setiap ketemu dia cuma adu mulut doang."jawab Jevan dengan datar.
"Yaudah cepetan sana keruang BK."perintah Vidia. "Gue langsungan aja kerumah lo sekarang. Males gue denger bacotan nya bu Eko sama nyokap gue."jawab Jevan sambil berjalan keluar.
Vidia pun diam saja mendengar apa yang barusan ia dengar. Jujur ia agak takut saat menanggapi masalah tentang hubungan Jevan dengan Maminya.
"Di dalem pot deket jendela kan?"tanya Jevan.
"Iya" Jadi Jevan sedang menanyakan keberadaan kunci rumah Vidia yang biasanya ia taruh di dalem pot yang diatasnya ditumbuhi tanaman kemangi milik mamanya.
Sebelum benar-benar menutup pintu Jevan menengok kebelakang kearah Vidia.
"Makasih ya udah ngobatin gue"kata Jevan dengan senyuman yang jarang menghiasi bibirnya. Lalu Jevan menutup pintu uks dan segera jalan kearah parkiran motor.
•••
ditunggu vote n komennya!
terima kritik dan sarannya ^_^
-jelluv
KAMU SEDANG MEMBACA
Dravidia
Fanfictioneveryone has their own problems, including high school kids who look fine on the outside. • • • 00 line nct dream 00 line the boyz 00 line stray kids •harsh words •non baku