1

1.1K 108 9
                                    

Kunai dan suriken berserakan di mana mana. Lubang lubang besar di tanah dan pohon yang rubuh menjadi pemandangan buruk di sekitarnya. Beberapa mayat shinobi bergelimpangan. Hanya tersisa dua orang di sana.

"Ja-jangan menangis.. Ini sudah takdirku uhuk! Kau su-sudah menarik cakra Kyuubi da-dariku.. Di-dia sudah berada di tanganmu sekarang. Tapi kenapa kau tidak bahagia hm?"

Obito meremat tangan pemuda Kitsune itu erat. Mata sharingan itu terlihat sakit dan kesedihan yang luar biasa. Naruto mencoba tersenyum walau darah terus mengalir dari mulutnya. Beberapa kali pemuda itu terbatuk.

"Beraninya kau.. Beraninya kau menjadi seperti ini!!" Murka Obito. Air mata yang tidak sanggup lagi dibendungnya mengalir deras jatuh ke wajah Naruto. Awan gelap mulai menurunkan rintikan air mengiringi detik detik kematian pemuda yang merupakan pahlawan konoha itu.

"Ak-aku mencintaimu. Aku mencintaimu.. Tidak perduli hh.. Aku tidak perduli jika harus mengucapkannya ribuan kali.." Naruto merasa waktunya sudah dekat. Tangan tan itu menarik wajah Obito yang mengerat menahan sesak. Naruto menyatukan bibir keduanya.

"Hehe.. Akhirnya aku bisa menciummu Obito..Aku uugh menantikan ini sudah lama.."

Untuk terakhir kalinya, dia tersenyum.

"Aku.. Mencintaimu..." Tangan Naruto terkulai namun dengan cepat di tangkap Obito.

Obito menangis meraung memeluk jasad Naruto yang kaku. Hujan yang turun itu semakin deras saja seakan ikut menyesali kematian pemuda itu.

"Maaf Naru.. Maaf.. karena keegoisanku, ka-kau pergi. ARRRRGGGHHHHHH!!!!!!!"
"Katakan.. Katakan lagi. Katakan kau mencintaiku. Bangun pengecut!! Katakan.. Hiks.. Kalau kau mencintaiku.. Bangun.. BANGUN!!!"





"BANGUN!!!!"

Mata saphire itu membelalak.

"Uwaah!!"

Bruk kriet duk

"Aw.. Ssshhh" Pemuda berambut pirang itu mengusap telinganya yang berdenging sangat kuat. Dia berupaya mengumpulkan kesadarannya dengan susah payah. Matanya menangkap seseorang yang tengah tertawa bahagia di depannya.

"Kau bangsat.. KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG JUGA DEIDARA NII"

Teriakan super cempreng terdengar hingga ke lantai bawah. Disusul suara tawa riang yang membahana.

"Hahahahaha.. Rasakan itu dasar rubah kuning!! Itu pembalasanku karena kau mengancurkan bom rakitan milikku." Tawa Deidara terhenti saat sempak kuning terbang ke arahnya.

"GYAAAA... ADIK DURHAKA!"

Bruk prang bak buk





Sasori menyesap kopi hitamnya dengan nikmat sembari memilih milih action figur favoritnya di tab milik Deidara. Mengabaikan kedua adiknya yang berkelahi di pagi hari buta.

Tuk

"Ah Kisame nii, tolong siapkan sarapan untuk mereka" Seru Sasori pada pria yang lewat di depannya.

"Tch. Adik macam apa kau ini?! Tidak pernah sopan pada kakakmu ini." Omel pria pecinta akut warna biru itu. Sasori meletakkan tab ditangannya. Mata merah marunnya mulai berkaca kaca membentuk sparkle indah.

"Kisame nii~~"

Perempatan tercetak jelas di dahi Kisame. Dia benci saat harga dirinya jatuh hanya karena puppy eyes adik adiknya.

"Fine!! Youre win. Im lose" Ujar Kisame sedikit tidak rela.

"Bagus." Dan Sasori bertingkah seolah olah tidak ada yang terjadi. Kisame pundung. Tangannya mengorek ngorek lantai di sudut ruangan. Aura seram memancar tapi tidak ada yang peduli.

"SASORI NII. LIHAT ADIKMU INI!! DIA MENENDANG BOKONG KU" Adu Deidara dengan air mata yang menggantung di pelupuk matanya. Kenapa Deidara mengadu pada Sasori bukannya Kisame? Karena hanya Sasori lah yang sanggup menahan tingkah buaya si bungsu.

"Siapa suruh kau mengganggu acara tidurku!" Balasnya tidak terima.

"Ma.. Ma.. Sudahlah. Kalian pergilah mandi. Hari ini adalah hari pertama si bungsu masuk Konoha High School. Jangan mempersulit segalanya." Sela Sasori kalem.
"Kisame nii~~"

"Ha'i ha'i.." Kisame bangkit dari acara pundungnya untuk membuat sarapan. Keduanya masih saja saling memancarkan aura listrik.

"Huh/Humph!"

Dan rumah itu kembali tenang.

Zraaashhh....

Hujan. Pemuda itu sangat menyukai hujan. Rambut pirangnya berayun lembut mengikuti arah angin. Bibir cherrynya membentuk senyuman manis. Terdapat tiga tanda lahir seperti kumis kucing di pipi tirusnya. Kulitnya putih bersih. Pupil matanya yang besar berwarna biru laut terlihat berkilap indah. Apalagi saat kelopak matanya yang di tumbuhi bulu mata panjang dan lentik itu berkedip.

Naruto. Pemuda yang baru beranjak dewasa itu telah kehilangan kedua orangtuanya sejak ia di lahirkan. Dia besar di panti asuhan. Namun, karena kebaikan Kami Sama lah dia di pertemukan oleh orang orang baik seperti kakak kakak angkatnya.

Naruto atau biasa dipanggil Naru chan itu teringat saat dia melarikan diri dari panti sampah itu. Saat itu hari telah malam dan sedang terjadi badai. Beberapa kali Naru keci hampir tertabrak kendaraan yang berlalu lalang. Hingga akhirnya tubuh kecilnya jatuh telungkup di depan mansion besar. Saat bangun, dia menemukan wajah ramah Sasori, wajah menahan gemas milik Kisame, dan wajah jutek Deidara.

Naruto heran. Harusnya dia membenci hujan kan? Karena menjadi pengingat kenangan buruknya. Tapi entah kenapa. Dia sangat mencintai hujan. Dia tidak akan pernah bosan memandangi langit yang gelap dan rintik air yang berjatuhan.

"Naru chan. Naiklah ke mobil. Aku akan mengantarmu ke sekolah sebelum berangkat kerja."

Naruto menoleh. Sejak Sekolah Dasar, mereka selalu meluangkan waktu untuk mengantarnya. Walaupun biasanya mereka bergantian karena harus mengejar waktu. Naruto heran dengan pekerjaan ketiga kakaknya. Mereka selalu memakai jas saat keluar. Mau di bilang pengusaha, bukan. Bodyguard bukan. Entahlah.. Dia tidak ingin memikir kannya.

Dengan senyum lebarnya dia berlari ke arah Kisame dan memeluknya erat. Tentu saja Kisame sangat senang. Kapan lagi Narutonya yang menggemaskan mau memeluknya seperti ini.

"Hei.. Hei.. Tumben kau manja padaku. Biasanya hanya pasa Sasori. Hmppht.."

"Hehe.. Kisame nii.. Gendong~~" Puppy eyes yang terimut sepanjang hidup Kisame bersinar. Kisame tersenyum menahan nosebleednya.

"Ahh.. Adikku ini imut sekali sih.. Ayo naik sini.." Teriak Kisame gemas.

Naruto menjerit tertahan dan melompat ke punggung Kisame dengan riang. Naruto sangatlah ringan bagi Kisame. Tentu saja perbedaan tinggi dan besar yang terlampau jauh. Naruto di umurnya yang menginjak 16 tahun ini hanya memiliki tinggi 166 cm dengan bb 45. Sedangkan kakak kakak angkatnya seperti titan. Kisame (31) 190 cm, Sasori (29) 187,dan Deidara (24) 180. Bagi mereka, mengangkat tubuh mungil Naruto seperti mengangkat kapas di ujung jari.

Naruto mengeratkan pelukannya. Kisame melewati Sasori dan Deidara yang terlihat kesal.

"Huh. Dasar pencari perhatian!!" kesal Deidara. Sasori juga cemburu melihat adik nya yang kiyowo itu bermanja manja pada Kisame seorang.

"Bilang saja kalau kalian iri Naruto menempel padaku.. Bweehh.." Ejek Kisame. Dahi keduanya berkedut. Deidara bahkan mengacungkan jari tengahnya untuk Kisame. Naruto hanya tertawa melihat mereka.

"Bye Sasori nii, Deidara nii.. Sampai jumpa" Teriak Naruto. Sasori melakukan flying kiss. Sedangkan wajah Deidara bersemu merah.

"Dasar idiot!!" cercanya.

Ckckck Deidara tsundere akut

Tbc

Cerita ini di buat untuk FirdaNamikaze
Selamat menikmati (♥ω♥ ) ~♪
Pairing ObitoxNaruto
❤❤
~♥~

Kekasih Sehidup SematiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang