Prolog

12 3 0
                                    

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, kosong. Tadinya aku melihat dia di sana, di depan papan tulis. Berdiri sambil memegang pisau. Namun, ternyata itu hanya halusinasiku.

Mengapa di sini sepi, kemana perginya orang-orang? Bagaimana bisa aku disini sendiri. Tunggu, mengapa badanku tiba-tiba menjadi panas?

"Rey, kamu tidak apa-apa?" tanya guruku. Aku mengernyitkan dahi, bingung. Apa maksudnya?

"Ini dimana? Maksud bapak apa ya?" tanyaku bingung. Setahuku tadi aku sedang berada dalam kelas. Apa mungkin tadi aku berhalusinasi?

"Kamu tadi pingsan, Nak. Sekarang katakan apa yang kamu rasakan," ucapnya, seraya membantuku untuk duduk.

"Kepala saya pusing, mengapa di sini ramai sekali?" Kepalaku benar benar pusing. Di tempat ini ramai sekali. Sebenarnya ada apa ini?

Pak Hendri terlihat ketakutan. Apa aku salah berbicara?

"Bapak kenapa? Apa ada yang salah dengan saya?" tanyaku heran.

Ia hanya menggeleng, lalu senyum mengerikan mulai muncul. "Mau kuberikan petunjuk?"

Aku terkejut darimana ia tahu? Selama ini tak ada yang mengetahui apa yang aku dan teman-temanku lakukan.

"Tak perlu kau tahu, aku sudah mengetahuinya, jadi?" Pikiranku kembali dikejutkan. Tak menyangka dia akan mengetahuinya.

Aku mengangguk, menyetujui ucapannya. Meski aku tahu ini adalah jalan yang salah. Tapi, mungkin akan lebih baik seperti ini. Memilih jalan yang sesat.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa untuk tekan tombol bintang, Terimaa kasihh see youu next part

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang