Ramadhan was End! - Mikaela Hyakuya

289 25 6
                                    

"Dek, ayo ke pemakaman".

"Ga aku belom mau dikubur".

"Gagitu pekok. Kita jenguk ayah ibu".

"Oh bilang dong. ayo!"

Itu percakapan 20 menit lalu. Sekarang mereka ada di pemakaman umum deket komplek.

Bunga dandelion kesukaan ayah dipegang erat oleh Yuu. Sedangkan bunga tulip kesukaan ibu dipegang lembut oleh Mikaela.

"Ayah ibu, kita mampir nih". Mikaela jongkok disamping makam ayah dan ibunya.

Yuu sudah memalingkan wajah daritadi, menahan tangis.

"Yuu, kasih bunganya ke ayah".

Dengan perlahan kakinya turun, tangan terulur untuk memberikan bunga favorit ayahnya. Wajahnya mengukir senyum dengan sedikit aliran sungai di sekitar mata.
Yuu tak kuat, Ramadhan kali ini harus mulai dan berakhir tanpa pahlawannya.
Dia menangis, walaupun sekuat tenaga dia tahan agar tak menghasilkan suara.

Diam bukan berarti tak peduli. Karena umurnya lebih tinggi dari Yuu, Mika tak berani menangis didepan adiknya. Dia hanya tak mau Yuu melihat kakaknya yang rapuh.

"Udahan ah nangisnya, ayo doa". Sambar Mika.
Ayolah, dia ingin cepat cepat kembali ke rumah. Banyak air mata yang ingin dia keluarkan.

Segala doa dihanturkan kepada Tuhan, agar memberi tempat yang layak kepada kedua orang tua mereka.
Tak lupa terdengar sedikit isakan tangis dari pemimpin doa.

Puk, puk. Kepala Mika dan Yuu ditepuk lembut.
Sontak mereka menoleh, dan melihat pelaku penepuk kepala mereka, ustadz Levi.

"Kalian yang kuat ya. Memang Ramadhan tanpa kedua orang tua itu berat". Ustadz Levi melirik makam ayah dan ibu Hyakuya bersaudara. Beliau menarik napas, melanjutkan kalimatnya.

"Jangan menganggap kalau kalian sendiri sekarang. Ingat, kita satu komplek adalah keluarga. Ada anak saya yang sengklek, Sei. Lalu ada keluarga baik hati, yaitu Okumura. Lalu santri Pemburu Pahala dan anak Masjid. Mereka semua keluargamu. Kalian ga akan pernah sendiri". Ustadz Levi turun, berjongkok di tengah tengah Mika dan Yuu.

Dirangkulnya kedua bersaudara tersebut. Dan, keluarlah seluruh air mata yang ditahan sedari tadi. Bahkan Mika pun terisak isak.

"Dah yuk kita pulang. Makan bareng di halaman masjid". Ustadz Levi berdiri, memberi tepukan pelan di bahu Hyakuya bersaudara, dan pergi.

Dua Hyakuya terdiam. Mencoba menenangkan diri sendiri.

Yu mengusap kasar matanya,
"Ayo pulang, Mika!".

Mika tersentak, lalu tersenyum
"Ayo!"

Masjid-

"WOY MIKA, YUU! SINI WOY KITA ABISIN SEMUA MAKANANNYA!" Teriak Nishinoya sambil bawa kabur satenya Zenitsu.

"Sini dek, mau diambilin apa?" Touka tersenyum manis, menawarkan makanan.

Mika dan Yuu sadar, walaupun tak sehangat keluarga utama. Keluarga ini tak kalah hangatnya!

"SATE AYAM, KAK! / Sate ayam, kak!"

Touka tersentak. Lalu tertawa.

Mika dan Yuu bertatap muka. Ikut tertawa.

"NOYA BALIKIN SATEKU!"


EEEEENNNDDD
Gila nulisnya pengen nangis padahal kalo aku yang nulis ga bisa bikin nangis orang lain:')
makasih banget ya buat kalian yang udah baca book ini, walaupun ampas ples updatenya kadang telat :'))))
makasih juga buat yang udah vote! aku doain thrnya lancar jaya aowkaowk

Selamat hari raya idul fitri, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin!!!

GOODBYE!
-nnda🍁

PUASA WOY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang