Memang sepele, tapi sekecil apapun sebuah perhatian, kalo hal itu rutin dilakukan, akan berubah menjadi candu bagi orang yang mendapatkannya.
-------_-------Kau terlalu terang dengan harapan
Ku coba memahami artinya kerinduan
Yang tak mampu kusampaikan
Ku faham ku tak bisa menggenggam
Ku tak bisa bersinar
Layaknya bintang yang kau harapkan.Setelah Arsen ditemukan dan langsung dibawa ke rumah sakit, Untuk diperiksa karena keadaan Arsen yang belum begitu membaik.
Sekarang Arsen berada dirumahnya. Ayah-nya begitu sangat Khawatir."Kamu kok bisa sampai jatuh ke- jurang sih? Kenapa kamu nggak hati-hati? Harus nya kamu nggak pergi sendirian." Arsen menghela nafasnya. Udah tau anak-nya lagi sakit, tapi malah diberi hujan pertanyaan.
"Emang Ayah perduli?" Memang hubungan Agler dan Arsen sedang tidak baik-baik.
"Kamu kok ngomong gitu, Jelas Ayah perduli dan khawatir. Ayah udah cari kamu selama tiga hari, tapi apa balasan kamu? Kamu tetep jadi anak keras kepala" Arsen menghela nafas kasar lalu beranjak dari ruang keluarga ke kamar-nya. Ayahnya pun hanya bisa menggelengkan kepala, menghadapi anak nya itu yang sangat keras kepala dan egois.
Sekarang Arsen sudah berada dikamar-nya. Dia sedang merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, dan menatap langit-langit kamar-nya. Hingga dia teringat dengan seorang gadis yang telah menolong-nya. Apakah Dia sudah tidur? Apakah dia sudah makan? Bagaimana keadaan dia sekarang? Batin Arsen.
"Gue janji bakal balas Budi sama dia. Dengan merubah dia seperti gadis yang lain-nya, bahkan lebih dan membuat dia lebih bersinar dari yang lain-nya. Itu janji dari gue Adelard Arsenio Agler" ucap Arsen lirih.
Sosok Arsen merupakan cowok yang sangat menepati janji nya. Banyak yang ingin mendekati-nya, namun semua ia tolak.
"Gue rindu Lo Mei" batin Arsen.
Siapakah Mei itu??Setelah mengingat gadis yang menolong nya dihutan. Dia kembali lagi ingat dengan sosok gadis yang sudah lama dia cari sosok yang tidak akan pernah terganti. Siapakah dia? Apakah dia sangat penting dikehidupan Arsen?
Mengingat gadis itu membuat luka nya yang lama terbuka kembali. Daripada Arsen mengingat gadis yang lama pergi meninggalkannya, Arsen mencari telvon-nya disaku celananya ternyata tidak ada.
"Kemana telvon gue, apa dibawa bokap ya? Em..Apa ketinggalan dihutan?" Gerutu Arsen sambil mengusap kepalanya frustasi.
****
Malam kelabu dengan segala rindu yang terpancar di wajah gadis itu. Cahya Bulantera, nama yang sangat cantik untuk didengar maupun diucapkan.
Wajahnya yang memancarkan sengitan kesedihan namun, mampu bertahan dengan lukisan senyum diwajahnya.Gadis itu, kini sedang menikmati malam yang seperti biasanya yaitu melihat bintang dan menikmati setiap pancaran bulan yang sangat indah.
Memang setiap malam gadis itu menikmati malamnya, dirumah pohon buatan-nya itu. Apakah dia sendiri? Oh tidak... Dia bersama teman-temannya, Seperti kunang-kunang dan binatang lainnya.Dia selalu berdoa kepada Tuhan, untuk dipertemukan dengan keluarga-nya. Setiap hari hidup sendiri tanpa ada orang lain dan hanya dibantu oleh lentera kesayangannya, yang mampu meneranginya.
Kini gadis itu sedang menikmati alunan lagu yang terdengar sangat merdu menurutnya. Lagu yang sudah makanan-nya setiap hari, Suara binatang yang menghiasi telinganya agar tidak terlalu sunyi dan sepi.
Menikmati semilir angin yang menerbangkan helain rambutnya, dan melihat deretan rumah orang-orang dari atas pohon yang sangat tinggi. Dia juga bermimpi bisa seperti orang-orang biasa, tapi itu hanya mimpi untuk-nya.Dia mulai menatap bulan diatas sana, lalu dia mengatakan "Mungkin sekarang aku tak bisa bersinar diantara kalian. Suatu saat nanti, aku akan menjadi bulan yang menyinari kalian semua setiap malam yang gelap." Dengan lirih dan senyum tipisnya namun memancarkan kesedihan.
Memang dia sekarang sudah tidak mengingat nenek yang sudah mengasuhnya. Namun dia masih ingat pesannya "Jadilah seperti lentera. Meskipun cahayanya redup, namun mampu menembus kegelapan"
Hingga dia seketika mengingat seseorang yang dia bantu. Laki-laki yang tanpa sengaja dipertemukan dengan-nya, gadis itu sangat terpesona dengan ketampanan-nya. Mata-nya memancarkan cahaya meskipun redup, bisa dibilang dia jatuh cinta pandangan pertamanya, tapi dia tidak mengetahui yang namanya jatuh cinta.
Namun dia sangat takut, jika laki-laki itu memberitahukan keberadaan dirinya kepada orang lain. Dirinya pun tau bahwa dirinya awan yang mendung, bukan bintang bersinar yang diharapkan-nya.Gadis itu turun dari rumah pohon buatannya dengan hati-hati. Dia mulai berjalan kerumah gubuk kecilnya itu, dengan ditemani lentera kesayangannya itu.
Hingga ditengah perjalanan dia melihat sesuatu yang memancarkan cahaya, "Apakah itu bintang jatuh" dalam hatinya.Lalu dia mendekat untuk melihat lebih jelas sesuatu itu. Akhirnya dia sudah sampai dan mengambil sesuatu itu, ternyata... "Ternyata bukan bintang jatuh, tapi apa benda ini??" Dia mulai berfikir, dia melihat benda berbentuk pipih persegi panjang dan memancarkan cahaya.
Hingga Gadis itu sudah sampai dirumah gubuknya. Dia meletakkan barang itu diatas meja kecilnya, lalu dilangsung duduk dan memakan makanan yang ditemukannya dalam perjalan pulang tadi.
******
Burung-burung berkicau riuh, matahari sudah mulai muncul. Awan yg petang pun kini kembali bersinar. Semua orang mulai baraktifitas. ada yang bekerja, belajar, pergi kepasar dan lain-lain.
Pria yang memejamkan matanya dan terkena sayup-sayup sinar matahari, kini mulai membuka matanya. Lalu pria itu mengusap matanya dengan perlahan, dan langsung bangkit untuk ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit dikamar mandi, lalu pria itu siap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Seperti biasa rumah yang ditempatinya sepi, lalu pria itu menuju keruang makan untuk sarapan.
"Pagi budhe.." ucap Arsen dan menoel pipi budhenya itu. Dia sangat menyayangi budhenya itu, karena hanya budhenya yang sangat perhatian dan sayang padanya.
"Pagi juga, pangeran sayang" sambil tersenyum manis. Ningsih biasanya memanggil Arsen dengan embel-embel pangeran. Budhenya bernama Ningsih dia kakak dari almarhumah ibunya Arsen. Ningsih sudah tinggal dikediaman agler sejak ibunya Arsen menikah dengan agler.
"Ayo makannya Dihabiskan! ya sayang"
"Siap 88" lalu dihadiahi kekehan Ningsih.
Setelah selesai sarapan Arsen langsung berangkat ke sekolah, dan tak lupa mencium tangan dan dahi Ningsih. Ningsih pun sangat bersyukur mempunyai keponakan seperti Arsen, meskipun dia sangat keras kepala.
Lalu ia mulai melajukan montor-nya menuju ke sekolahan tetapi.....arah jalan yang dituju Arsen bukan kesekolahnya. Dia melajukan montor-nya dengan kecepatan cepat. Hingga sampailah tujuannya yang berada di........
What....Hutan!?
Kenapa Arsen pergi kehutan?
Apakah ada barang-nya yang ketinggalan?
Ada barang yang hilang?
Atau....???Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Bantu koreksi juga ya...Mau Next nggak?? Spam coment yaa..
Follow IG aku @dedek.aini.1504
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHYA LENTERA
Teen Fiction"Meskipun cahayanya redup namun, mampu menembus kegelapan" Gadis ini beda dari gadis yang lainnya Hidupnya penuh teka-teki Hidupnya penuh kegelapan Hidupnya hanya ditemani lentera Semua menjauhinya hanya karena rupanya Wajahnya penuh keredupan Bukan...