AKU DAN DIA

14 3 0
                                    

Its  about ARA

===========================

"Ndrii.. Andrii.. Bangun kamu gapapa kan?" tanyaku sembari memegang tangan-nya.

"Apa sih Ra.. Gw Cuma merem ga mat*" jawab Andri kesal terhadapku.

Perkenalkan dia Andri sahabat kecil aku. Kami tinggal berdekatan, orang tua kami saling mengenal semenjak kami pindah dari Surabaya kemari. Saat itu kami masih duduk dikelas 2 SD. Mengenai aku, perkenalkan namaku Arania, biasanya aku dipanggil Ara. Kini aku sedang duduk dikelas 2 SMA.

Semalam Andri menelepon, suaranya sangat pelan dan seperti tidak bertenaga. Seperti biasa ketika aku bertanya mengapa atau apa yang terjadi padanya, selalu saja ia mengelak dan bersikap seolah tak terjadi apapun.

[Halo Ra.. maaf ya gw ga bisa temenin lu ke toko buku...] dengan nada menyesal.

[Halo Ndrii, ga bisa yah.. yaudah gapapa entar Ara pergi sendiri aja] Jawab ku biasa.

[Ehhh enggak, minggu depan aja sama gw, gamau ambil resiko gw .. elu kan teledor entar malah ada apa-apa gw yang disalahin sama mama lu] nada keras namun tetap terdengar lemas.

[Haloo Ndri? Lu sakit? Gw kesana ya?] Menawarkan diri.

[Nggak Ra.. Capek aja kali gw] jawab Andri

[Yaudah telponnya aku tutup kamu istirahat, aku mau ngerjakan tugas Pak Budi buat besok kamis, jangan lupa kecilin AC kamu.] dengan halus.

[Iyaa.. dasar bawel.. Good Night Ara..] nada mengejek.

[Tut...tut..tut...] Aku segera mematikan telepon Andri. Tugas Pak Budi cukup sulit kali ini dan aku harus menyeleaikannya hari ini. Sebab aku takut besok ada kegiatan lain yang mungkin akan sangat penting.

Mengenai aku dan Andri, banyak orang mengira kami sepasang kekasih saat kami sedang bersama. Padahal tidak mungkin seorang Andri suka sama sahabatnya yang bawel, tengil manja seperti aku. Lagian banyak cewek yang mengejar dia disekolah.(HP berdering) jelas nama kontak tersebut tidak asing, Tante Farah mama Andri. Entah ada apa malam-malam begini dia meneleponku. Mungkin kepencet, biarin dulu aja lah. Tuhkan mati jelas kepencet ini mah. Tak berapa lama kembali Tante Farah meneleponku, untuk kali ini aku menjawabnya.

[Halo.. malam tante..] sapa ku dengan mana. Karena sejak kecil orang tua ku sibuk bekerja maka aku sering dititipkan kepada tante Farah.

[Halo sayang.. Ra tante mau ngasih tau kalo Andri demam. Besok pagi kamu kesini ya jaga Andri tante harus keluar kota selama tiga hari] runtut jelas dan padat.

[Oh iya tante, tenang aja besok Ara bakal jaga anak manja tante hehehe..] sambung aku.

[Oke.. itu aja sekali lagi makasih ya Ara..] sambung tante Farah.

[Tentu tante ...] sambungku degan ramah..

Skip, new day

"Ndrii.. Andrii.. Bangun kamu gapapa kan?" tanyaku sembari memegang tangan-nya.

"Apa sih Ra.. Gw Cuma merem ga mat*" jawab Andri kesal terhadapku.

"Katanya gapapa semalam, nyatanya lu sakit dasar beol emang" Cerocosku..

"Eh buset, dasar jelangkung... ngomel mulu lu, pala gw pusing dengernya.." jawab Andri meledekku.

"Ndrii.. lu pucet banget lo, badan lu panas. Tunggu bentar aku ambil sesuatu buat ngompre lu" kataku.

Aku berjalan menuruni anak tangga rumah Andri yang sangat megah. Andri tergolong anak orang kaya, sebab ayahnya salah satu pengusaha yang sukses di kota ini. Sementara mamanya, mempunyai restoran yang besar dan terkenal yang sudah meiliki banyak cabang di kota-kota di Indonesia. Hmmm, kebayang kan. Aku mengambil baskom berisi air dan handuk kecil untuk mengompres Andri.

"Andrii... Diem ya biar gw kompres, biar otak lu gapanas haha" ledekku

"Dasar Bapuk (Kecil) , lu kira gw gila.." dengan kesal.

"Bapuk, hidung mu.." lebih kesal.

"Cemberut dong, makin ilang tuh hidung Ra.." meledekku.

"Hmmm mau sarapan apa? Biar Ara buatin atau beliin" tawarku dengan senyum andalanku hehe.

"Serah kamu aja deh Ra... Aku suka apa pun yang kamu masak hehe" jawabnya dengan lirih

"Yaudah Ara masakin bentar jangan kemana-mana" kataku sambil berjalan menjauh dari Andri.

Seperti biasa saat sakit Andri selalu menginginkan bubur atau sup ayam. Masak sup ayam? Boro-boro aku bisa, aku membantu bi Inah (pengasuh Andri sejak kami kecil) membuat bubur ayam. Bi Inah sangat menyayangi kami, bahkan kami sudah dianggapnya anak. Setelah bubur ayam jadi, aku langsung membawanya ke kamar Andri dan menyuapinya.

"Makan yang banyak biar enakan, biar bisa temenin Ara lagi" kataku membujuk.

"Ara.. Gw bisa makan sendiri Ra.." Berusaha menolak

"Udah ayo makan, jarang-jarang kan disuapin cewe... hehe" ledekku

"Cewe? Mana emang ada cewe disini hehe" balasnya

"Lu kira gw apa bencong perempatan? Bikin kesel sumpah" cemberut

"Hahahaha becanda bego, Udah ah kenyang gw. Btw makasih ya Ra, oh iya mama kok ga kelihatan ya Ra?" tanya nya.

"Tante Farah ke Yogja. Katanya ada masalah sama resto yang disana" jawab ku santai. Aku melihat raut wajah Andri berubah seketika. Tanpa bertanya aku sudah mengerti apa yang ia rasakan saat ini. Mengapa, sebab kami sama. Orang tua kami selalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka. "Ndrii.. hey ngelamun dong" ujarku memecah keheningan.

"Bahkan saat gw sakit mama papa ga ada disamping gw, malah elu yang rawat gw." Katanya sambil memuram.

"Udah.. Tante Farah yang suruh gw kesini, udah ini terahir abis in kamu istirahat. Aku di luar kalo kamu butuh sesuatu" jelasku.

Aku membereskan piring dan membawanya keluar. Beberapa lama kemudian aku kembali, untuk mengecek keadaan Andri. Dia masih duduk dan melamun, aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Jelas yang pasti sekarang dia harus istirahat.

"Hey... udah tidur.." kataku

"Iyaa, tapi lu ga kemana-mana kan?" tanya nya

"Gw mau beli cemilan di supermarket, kamu mau apa biar aku beliin sekalian?" tanyaku

"Ngga Ra.. Ati ati ya" pesannya

Aku tersenyum dan berlalu meninggalkan Andri. Seperti yang aku bilang, kami seperti sepasang kekasih. Bercanda, marahan, baikan sudah menjadi rutinitas kami. Bicara mengenai perasaan, tidak mungkin aku tidak memiliki perasaan terhadapnya. Aku menyukainya semenjak kami bertemu lagi di SMP, benar kami pernah terpisah selama 6 tahun lamanya. Aku mengikuti keluargaku ke Singapore karena Papa dipindah tugaskan kesana.

Banyak perubahan yang terjadi pada seorang Andri, anak ingusan perlahan bermetamorfosis merubah diri menjadi sosok yang sangat rupawan layaknya pangeran. Saat itulah tumbuh perasaan lain yang aku tak mengerti apa artinya. Jelas ini lebih dari perasaan seorang sahabat. Dan aku bingun antara mempertahankan persahabatan atau memperjuangkan perasaan.


LARUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang