AKU DAN DIA

9 2 0
                                    

ANDRI FEELING

===============================

Hari ini gw nyesel dan kesel baget. Sebab gw sakit tiba-tiba, issh. Andai aja sakit ini dapat di tunda, pasti gw tunda. Btw kenalin, gw Andri masih kelas 2 SMA. Ndri lu punya pacar? Kalian pasti tau jawabannya, tentu enggak haha.

Gw bukan jelek hanya saja ada sesuatu. Gw membpunyai seorang sahabat kecil namanaya Arani, orangnya nyebelin, Cuma dia emang cantik. Kemarin aku berjanji untuk menemaninya hari ini untuk menemaninya ke toko buku. Tapi sayang gw tiba-tiba sakit. Akhirnya gw putusin buat ngabarin dia.

Walaupun badan gw terasa lemas banget, gw gamau ngecewain dia. Dan satu lagi gw gamau dia berangkat ke toko buku sendirian. Tapi aku bersikap biasa aja, supaya ia tak merasa kwatir terhadapku.

[Halo Ra.. maaf ya gw ga bisa temenin lu ke toko buku...] dengan menyesal.

[Halo Ndrii, ga bisa yah.. yaudah gapapa entar Ara pergi sendiri aja] Jawab Ara dengan nada halusnya

[Ehhh enggak, minggu depan aja sama gw, gamau ambil resiko gw .. elu kan teledor entar malah ada apa-apa gw yang disalahin sama mama lu] mencoba tegas, tapis yang badan gw lemas banget.

[Haloo Ndri? Lu sakit? Gw kesana ya?] kata Ara, Ya Tuhan dia gadis atau malaikat sih?

[Nggak Ra.. Capek aja kali gw] jawab ku menolaknya, iya kali gw suruh dia kemari. Udah jam berapa ini.

[Yaudah telponnya aku tutup kamu istirahat, aku mau ngerjakan tugas Pak Budi buat besok kamis, jangan lupa kecilin AC kamu.] dengan halus, bawelnya keluar dong.

[Iyaa.. dasar bawel.. Good Night Ara.] nada mengejek.[ I Lo..]

[Tut...tut..tut...] ara menutup telpon ku. Mengenai dia, aku mengenalnya sejak kami berusia sekolah dasar, aku lupa tepatnya kapan. Dia adalah gadis pertama yang mencuri hatiku, mengungkapkan perasaan? Rasanya jangan gw takut ia menjauh. Lagi pula gadis secantik dia mana mau sma seorang Gue.

Pagi ini tidur gw sedikit terganggu karena suara cempreng gadis gila yang gw kenal. Siapa lagi jika bukan Ara.

"Ndrii.. Andrii.. Bangun kamu gapapa kan?" tanyanya, sembari menggoyang-goyang tanganku, tepatnya menyakar dengan kuku panjangnya.

"Apa sih Ra.. Gw Cuma merem ga mat*" jawab ku seolah kesal terhadapnya, padahal asik ketika mwlihat wajahnya cemberut atau manyun.

"Katanya gapapa semalam, nyatanya lu sakit dasar beol emang" katanya tanpa mengambil nafas.

"Eh buset, dasar jelangkung... ngomel mulu lu, pala gw pusing dengernya.." jawabku dengan sengaja aku meledeknya.

"Ndrii.. lu pucet banget lo, badan lu panas. Tunggu bentar aku ambil sesuatu buat ngompres lu" dengan penuh kasih sayang.

Dasar Ara, ini demam biasa Ra. Jangan kamu lu terlalu panik, jangan buat gw semakin bingung harus bagaimana dengan rasa ini.

Beberapa saat kemudian ia datang, dengan anggun memasuki kamar gw. Terlihat wadah berisi air ditangannya. Ra semakin lu buat gw terhanyut dalam rasa yang gw takut untuk ungkapkan.

"Andrii... Lu diem ya biar gw kompres, biar otak lu gapanas haha" ia mencoba meledekku.

"Dasar Bapuk (Kecil) , lu kira gw gila.." seolah kesal.

"Bapuk hidung mu.." dengan kesal.

"Cemberut dong, makin ilang tuh hidung Ra.." kataku mencoba mengganggunya dengan candaan sebisaku.

"Hmmm mau sarapan apa? Biar Ara buatin atau beliin" tanya nya, dengan senyum manjanya yang membuat aku semakin terlena akannya.

"Serah kamu aja deh Ra... Aku suka apa pun yang kamu masak hehe" jawabku lirih.

"Yaudah Ara masakin bentar jangan kemana-mana" sambungnya, sembari berlalu menjauhi gw.

Rasa sakit gw berasa hilang ketika melihat senyumnya tadi. Sejak kapan? Gw gatau sejak kapan gw suka sama bocah itu. Tapi ada pertemanan diantara kami, yang aku takutkan ia mempunyai seseorang diluar sana yang sedang ia perjuangkan. Ahhh... sudahlah biarlah seperti ini.

Aroma sedap tercium dari sudut kamar, aku tahu pasti ini aroma bubur ayam buatan bibi. Mana mungkin Ara bisa masak sendiri. Benar saja Ara memasuki kamar ku dengan membawa bubur ayam kesukaanku.

"Makan yang banyak biar enakan, biar bisa temenin Ara lagi" membujukku.

"Ara.. Gw bisa makan sendiri Ra.." Berusaha menolak, padahal dalam hati bicara untuk segera lu suapin Ra.

"Udah ayo makan, jarang-jarang kan disuapin cewe... hehe" ledeknya.

"Cewe? Mana emang ada cewe disini hehe" balasku sembari nyengir.

"Lu kira gw apa bencong perempatan? Bikin kesel sumpah" cemberut

"Hahahaha becanda bego, Udah ah kenyang gw. Btw makasih ya Ra, oh iya mama kok ga kelihatan ya Ra?" tanyaku santai, sebab sedari pagi mama memang tak terlihat olehku.

"Tante Farah ke Yogja. Katanya ada masalah sama resto yang disana" jawabnya. Sontak aku merasa kesal dan sedih, bahkan saat aku sedang sakit ia tetap pergi.

"Ndrii.. hey ngelamun dong" Ara berteriak memecah lamunan gw.

"Bahkan saat gw sakit mama papa ga ada disamping gw, malah elu yang rawat gw." sambil memuram.

"Udah.. Tante Farah yang suruh gw kesini, udah ini terahir abis in kamu istirahat. Aku di luar kalo kamu butuh sesuatu" jelasnya dengan penuh rasa sabar, Ya Tuhan bolehkah aku mengungkap isi hatiku sekarang?

Makanku telah usai,ia menyuapiaku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Bukan hanya itu sikapnya yang keibuan membuat aku semakin hilang arah untuk mengungkapkan rasa padanya, hanya saja aku terlalu pengecut untuk menjemput tuan putriku sekarang.

"Hey... udah tidur.." katanya dengan halus.

"Iyaa, tapi lu ga kemana-mana kan?" tanyaku dengan penuh harap ia akan tetap disini.

"Gw mau beli cemilan di supermarket, kamu mau apa biar aku beliin sekalian?" tanyanya

"Ngga Ra.. Ati ati ya" dengan halus aku berkata, semoga ia merasakannya.

Perlahan ia berjalan menjauhiku dengan meninggalkan senyum manisnya. Rasanya tak rela melepasnya sendiri keluar tanpa gw. Namun, gw sadar Ara adalah seseorang yang tangguh walau kadang manja terhadapku. Mereka yang tak tahu akan menganggap kami sepasang kekasih atau yang lainnya, karena kami sebenarnya sangat cocok... hehe, bukan sombong gw cukup cakep kok.

Hanya saja, aku terlalu pengecut untuk mengungkapkannya. Mengungkapkan apa? Perasaan ini. Bukan takut tak terbalas, namun gw takut ia akan menjauh ketika mengetahui gw menyukainya. Bukan saja gw akan kehilangan dia, tapi persahabatan gw juga akan hancur karena perasaan bodoh ini.

Sebelum sedekat ini, kami pernah berpisah selama beberapa tahun. Ara pindah keluar negri karena ayahnya dipindah tugaskan kesana. Bayangkan berapa banyak perubahan yang terjadi terhadap gadis kecil yang cengeng yang berubah menjadi seorang gadis muda yang menawan.

Selain itu, Ara adalah gadis yang sedrhana walaupun kami berkeluarga kaya. Jika mau Ara bisa meminta mobil setiap bulan dan membeli baju serta tas branded seperti teman wanita nya yang lain. Membayangkannya saja sudah cukup bahagia, apalagi jika sahabatku ini menjadi cinta ku yang seutuhnya? Ahhh sudahlah halu gw ketinggian bisa meiliki gadis se perfect Ara. Sekarang gw mau tidur, daripada halu gw makin selangit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LARUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang