Promises 2

35 3 0
                                    

Angel menundukkan kepalanya. Keluarga Lingga dan dirinya sudah ada dibandara untuk mengantar keberangkatan Lingga. Berat, kata itulah yang mewakili perasaan Angel saat ini. Sebentar lagi ia akan jauh dari Lingga, cinta mereka akan terpisah oleh jarak. Mereka hanya akan berkomunikasi lewat handphone. Tidak seperti kemarin kemarin, yang bisa bertatap langsung.

"Angel..."lirih Lingga sambil menggenggam tangan Angel

Angel menegakkan wajahnya. Matanya berkaca kaca saat menatap mata Lingga. Hatinya benar benar tidak rela Lingga pergi.

"Jangan nangis, aku gak akan lama"Lingga menghapus airmata Angel yang berhasil lolos dari matanya

Angel segera memeluk tubuh Lingga. Pelukan Angel begitu erat, seraya memberi kode agar Lingga tetap bersamanya. Tangis Angel pecah, ia terisak dibalik dada bidang Lingga. Tangannya mencengkram tubuh Lingga kuat kuat.

"Angel... Lingga bakal pulang sayang"ucap Mawar sambil mengusap punggung Angel

Tidak ada respon dari wanita itu. Ia terus menangis didalam pelukan Lingga. Sebenarnya, Lingga juga berat meninggalkan Angel, namun seperti ucapannya kemarin, ia tidak mau disuapi oleh orangtuanya terus menerus, ia juga harus mencari modal sendiri untuk menikahi Angel. Ini demi mereka, demi masa depan mereka berdua.

Lingga mendorong tubuh Angel perlahan. Ia menangkup pipi Angel yang sudah basah karena airmatanya.

"Aku janji. Pulang nanti langsung bawa cincin buat ngelamar kamu, cincin asli dari LA"ucap Lingga menenangkan Angel

Angel menggeleng. Ia bukan anak kecil yang mudah diiming imingi. Namun Angel juga sudah dewasa, ia harus bisa merelakan kepergian Lingga, karena ini juga demi kebaikan mereka berdua.

"Kamu harus janji bakal pulang secepatnya"ucap Angel manja

Lingga mengangguk patuh. Lalu mencium kening Angel dengan lama.

"Aku pergi ya"ucap Lingga yang diangguki Angel

Lingga berjalan menghampiri orangtuanya dan orangtua Angel. Ia berpamitan kepada mereka karena sebentar lagi pesawat menuju LA akan segera berangkat.

"Mah, Pah. Lingga berangkat"ucap Lingga seraya menciumi punggung tangan orangtuanya

"Hati hati. Jadi orang yang sukses disana"ingat Ronald sambil menepuk bahu Lingga

Mawar segera memeluk tubuh Lingga. Seperti Angel, tangisnya pecah. Ia juga berat merelakan kepergian anak semata wayangnya itu.

"Hati hati sayang. Kabari kalau udah sampe"ucap Mawar dengan parau

Lingga mengangguk. Lalu berjalan menghampiri kedua orangtua Angel.

"Om, tante. Lingga pamit. Lingga titip Angel"ucap Lingga penuh harap

"Pasti nak. Kami pasti jaga Angel. Semoga kamu menjadi orang yang kami harapkan"ucap Milan sambil menepuk bahu Lingga

"Semoga kamu berhasil"tambah Bama sambil tersenyum

Lingga mengamini semua doa yang telah mereka panjatkan untuknya. Lalu langkahnya berhenti didepan Angel lagi. Senyumnya terukir, sementara Angel, ia berusaha untuk tegar dan berusaha untuk bisa tersenyum didepan Lingga. Lingga melanjutkan langkahnya meninggalkan kerumunan orang orang yang ia sayangi. Perlahan tapi pasti, kini langkah Lingga sudah semakin menjauh memasuki pesawat yang akan ia tumpangi. Lambaian demi lambaian mereka sanjungi mengantarkan kepergian Lingga. Tapi tidak termasuk Angel. Ia memilih untuk menghamburkan tubuhnya kedalam pelukan Milan untuk menyembunyikan tangisannya.

[...]

"Woi ngelamun aja. Masih pagi juga"teriak Regina sambil memukul lengan Angel

"Ck! Apaan sih lo"geram Angel

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROMISESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang