#1 Fire

30 4 0
                                    

Nafas itu menderu keras hingga menghasilkan sebuah suara yang dipenuhi dengan rasa marah. Gerakan tubuhnya bahkan seakan mencari-cari sumber amarahnya dengan wajah yang sangat amat bringas.

Asa benar-benar tak bisa menahan lagi begitu mendapati bagaimana sikap gadis itu yang semakin lama semakin dibiarkan. Keterlaluan.

Ia memasuki kelas Rasya yang notabene sumber amarahnya itu dengan cara brandal, membuat semua mata memperhatikannya. Drama apa lagi hari ini?. Asa mendorong siapapun yang tak sengaja menghambat jalannya menemui gadis bernama Rasya Dihan tersebut dengan brutal.

Sampai akhirnya ia bertatapan langsung dengan mata yang sama sekali tak menunjukan rasa bersalah padanya itu, Asa makin mengamuk.

"Mau lo apa? Lo kira lucu ngeganti alarm gue sesuka hati? Nyari mati lo?". Gadis dihadapannya, Rasya tak memberikan tanggapan apapun dan justru bersikap masa bodo.

"Ray!". Asa meneriakinnya lagi menantikan tanggapan dari orang di depan matanya tersebut dengan bener-bener emosi. Kali ini dia berjanji tak akan memaafkannya.

Raysa bereaksi, ia terbangun dari duduknya masih sambil menatap mata Asa yang menatapnya kesal. Laki-laki dihadapannya seakan menantikan apa yang akan terjadi? Apa yang gadis itu akan lakukan?.

Gadis itu mendekat, berjarak begitu dekat dengan wajahnya. Asa menebak dia pasti akan teriak di telinganya karena bibir Ray berada tepat di depan telinga. Asa cepat-cepat menutup telinga sebelum cewek tersebut beraksi tapi gadis itu dengan cepat menangkapnya.

Cup

"Masih marah?". Tanya Raysa pada Asa yang mematung karena syok dengan kecupan tiba-tiba itu.

Entah cowok itu harus melanjutkan amarahnya atau menanggapi kecupan yang dia terima di pipinya itu. Asa bener-bener gak tau, dia malah ngingkar janjinya sendiri karena udah gak berdaya buat ngeladenin Raysa lagi. Pikirannya blank dan bahkan pipinya dibuat merona oleh kelakuan gadis itu.

Mulut Asa mengap-mengap, gak tau mau ngucapin kata apa buat gadis dihadapannya tersebut. Dia cuman bisa ngegenggam erat tangan Raysa yang tadi ngehalang tangannya.

Disisi lain, semua orang menatap mereka sambil nyengir-nyengir ga jelas ngeliat kelakuan Asa dan Ray yang semakin hari semakin vulgar. Gak ada yang bisa nahan dua anak itu. Karena mereka semua kenal Ray dan Asa. Dua anak SMA semester 5 yang tinggal serumah, bukan pacaran ataupun udah tunangan, mereka hanya sekedar temenan namun penuh drama.

=_=

"Mau makan apa nanti siang?". Raysa bersandar di bahu Asa sambil mengunyah cemilan. Mereka berdua lagi duduk-duduk di kursi penonton lapangan basket yang waktu itu lagi ada yang main.

"Nyari sate aja gaboleh?". Pikiran Asa mulai melayang jika pertanyaan Raysa terkait tentang makanan dirumah. Dia bener-bener gak mau ngebiarin gadis yang kini bersandar di bahunya tersebut membuat masakan di rumah.

"Kenapa? Gak mau aku masakin ya?". Badan Raysa segera bangun dari sandarannya dan menatap Asa, menunggu jawaban. Dia udah sadar jauh sebelum dia mau nanya itu. Karena pernah suatu hari Asa dateng kekelasnya buat marah dan gak sadar nyeplosin kata-kata kalau makanannya itu jelek.

"Bosen Ray, masakan lo kan itu-itu aja". Raysa mendengus mendengar jawabannya.

"Bilang aja rasanya jelek! Huh! Dasar!".

"Tau aja!". Asa mencubit gemas pipinya. "Makanya belajar masak yang bener dulu baru tunjukin ke gue, kan ga bakalan gue kata-katain". Tambahnya dan lagi-lagi membuat Raysa mendengus.

Laki-laki tersebut terus memainkan pipi Raysa sampai-sampai gadis di hadapannya cuman bisa matung sambil senyum-senyum ga jelas. Tapi gak lama Raysa ketawa begitu ngeliat Asa yang terus gemas padanya.

"Pacaran yuk Sa?". Asa langsung terdiam mendapati ucapan Raysa yang tiba-tiba itu. Tangannya langsung menjauh dari pipi Raysa. Dia gak tau mau bilang apa buat nolak gadis dihadapannya ini untuk ke sekian kalinya. Dia bahkan jadi dejavu sama kata berulang itu.

"Hah?". Asa memilih untuk pura-pura gak denger. Dia menatap mata Raysa dengan canggung, membuat gadis tersebut gemas melihatnya.

Raysa tak mengulang pertanyaannya dan justru tertawa geli melihat raut wajah Asa yang seakan ketakutan. Dia udah sadar sama apa yang terjadi. Raysa tau kalau Asa pasti akan selalu menolaknya, walau bagaimana pun dia menggunakan taktik pada cowok tersebut.

Asa menjadi tak enak pada Raysa, dia tau ucapan Raysa hanya candaan tapi Asa bisa ngerasain rasa patah hati yang gadis itu tunjukin suatu waktu. Contohnya saat dia dekat dengan seorang adik kelas dan Raysa makin menjadi mengerjainya, bahkan saat itu Raysa berubah drastis dan tanpa sadar sifatnya merujuk ke kata 'cemburu'.

"Muka lo kok gak sans gitu sih? Sumpah! Gemes banget pingin gue tabok rasanya!".

"Tabok aja gak apa kok". Asa menanggapi ucapan Raysa dengan serius, membuat gadis tersebut langsung terdiam dan berubah datar.

"Nanti di rumah! Gue balik ya!". Gadis itu bangun dari duduknya dan pergi ninggalin Asa yang terdiam dan merasa bersalah gitu aja. Dia gak tau kenapa hatinya tiba-tiba baper gini, padahal udah satu tahun gadis tersebut ngucapin kata itu ke Asa.

"Asa, gue suka lo. Pacaran yuk?"
"Maaf Ray kita baru kenal"

-1 tahun yang lalu

=_=

Langkah kaki Asa bergerak melambat begitu makin dekat dengan posisi teman-temannya. Dia menaikkan tangan kanannya mengisyaratkan mereka kalau dia akan menghampiri.

"Dateng juga ketua kita!". Gerry menghampiri Asa lalu merangkul penuh pundaknya dengan tangan kiri. Asa yang mendapati itu hanya tertawa kecil.

"Gimana? Udah ada balesan dari GF ?". Jian ikut merangkulnya sambil melontarkan pertanyaan itu. Dia menatap Asa penuh harapan.

Laki-laki yang mendapat dua beban itu tak tau harus mengatakan apa dan bagaimana, agar teman-temanya tak patah semangat. Dia justru memberi jawaban dengan nunjukin perubahan ekspresi wajahnya.

"Belum? Gue tau kok, santai aja bilangnya". Jian menepuk-nepuk pundaknya lalu kembali duduk di posisi semula dengan lemah. Detik itu juga Asa mulai ngerasa bersalah pada rekan-rekannya. Dia berusaha memikirkan cara lain buat ngeubah suasana.

"Memang belum, tapi gak berarti kita di tolak sama GF, ya kan?". Jian, Gerry dan temannya yang lain ikut tersenyum begitu Asa mengatakan itu dengan penuh semangat.

"Positive thingking aja!". Gerry ikut menambahkan. Mereka mulai menepuk pundak satu sama lain.

"Gue udah ngeyakinin bokap gue buat ini, jadi kita harus berusaha biar semua ini gak sia-sia".

"Gue juga udah mati-matian begadang buat bikin ini semua, jadi apapun hasilnya kita gak boleh nyerah".

Asa tersenyum penuh arti melihat pengorbanan teman-temannya. Dia merasa senang, juga merasa takut. Karena ada satu hal yang buat dia makin merasa terbebani. Mereka berkorban buat Asa maka dari itu dia harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk itu semua.

"Sa, inget janji lo". Ucapan Jian sepontan ngebuat Asa menoleh kearahnya dengan perasaan campur aduk. Asa pikir Jian akan menagih balas budi dari pengorbanannya itu.

"Kalau kita berhasil, lo janji bakal nikahin Raysa!". Semua temannya langsung bersyorak mengiyakan ucapan Jian.

Asa sedikit lega karena hal itu bukan tentang proyek ini. Tapi kini dia malah bingung dan salting dengan ucapan Jian.

Bersambung...

Cuitt

Mohon supportnya ya readers, aku nulis ini dengan perasaan<3

Aku bakal jarang naruh foto di cerita ini biar hemat amarah, karna aku anak indihome.

Team RayXAsa married? Atau nunggu dubu dateng

Dream Boy | DahyunXRenjunXJisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang