Chapter 1

7.6K 114 1
                                    

Terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruang persalinan. Keluarga dan teman dari tante resi terlihat lega mendengar tangisan bayi tersebut.

Hari ini tepat tanggal 26 oktober 1996 lahirlah seorang bayi laki-laki dari keluarga om syarief.

"Selamat pak, bu  anak nya laki-laki" ujar sang dokter. Tante resi tersenyum dan melihat anak laki-lakinya. Alis tebal serta bulu mata lentik persis seperti ayahnya. Yang sudah pasti keturunan arab.

"Anaknya mau dinamain siapa?" Tanya suster yang akan menuliskan nama pada ranjang bayi.

"Muhammad Ali Syarief" spontan nama itu keluar dari mulut om syarief. Nama yang sudah mereka rencanakan sejak kehamilannya.

Keluarga dan teman yang berada diluar ruangan diperbolehkan masuk.

"Selamat ya mba.. laki-laki ya?" Ucap tante ully.

"Namanya siapa?" Lanjutnya lagi.

"Muhammad Ali Syarief" jawab om syarief. "Wah.. berarti nanti kalau sudah besar bisa jadi temennya prilly dong ya" ujar tanye ully. Kebetulan 11 hari sebelum kelahiran Ali, mama ully terlebuh dahulu melahirkan anak perempuan bernama Prilly Latuconsina. °SKIP° seiring berjalannya waktu, prilly dan ali sudah tumbuh besar. Umur mereka sekarang 1 tahun, mereka sering bermain bersama karna kebetulan tante resi dan tante ully tetanggaan.

"Ali ali gak mau itu punya aku" ucap prilly dengan suara yang masih terdengar suara anak kecil.

"Ini punya aku, punya kamu yang itu" ali tak mau memberikan mainannya pada prilly.

"Gak suka yang itu, ini punya akuuu" teriak prilly. Prilly sepertinya saat besar nanti akan tumbuh menjadi wanita cerewet.

Mereka pun bertengkar dan ali yang memang anak pendiam akhirnya mengalah dan menangis.

Tante ully yang mendengar tangisan ali langsung keluar kamar dan melihat ali sedang menangis di tempat bermain prilly. Ali menangis, prilly bukannya menenangkan justru prilly malah asik bermain dengan mainan ali.

"Sayang... ali kenapa?" Tanya tante ully menghampiri ali. Ali tak menjawab, ia malah semakin menangis.

"Illy, ali nya kenapa?" Prilly hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Sayang itu kan mainan ali, jangan gitu dong. Kamu kan ada mainan sendiri tuh lebih bagus, cocok buat kamu" bujuk tante ully.

"Illy gamauuuu" prilly masih fokus dengan mainannya.

"Sayang, gaboleh gitu ah. Harus berbagi sama temen. Ayo kembaliin ke ali" "Gak" jawab prilly.

"Nanti mama beliin mainan yang persis kayak ali ya, sekarang balikin dulu" akhirnya dengan terpaksa prilly menuruti mamanya

Prilly mengembalikan mainan ali dengan wajah cemberut. "Ayo, bujuk ali supaya gak nangis lagi. Prilly kan anak pintar ya ayo" ujar tante ully.

"Ali, ini ainan ali ya, illy minta maaf... alinya jangan nangis" bujuk prilly sambil mencolek-colek pipi ali. Akhirnya ali luluh dan tersenyum. Mereka pun bermain bersama lagi.

Ditengah asiknya bermain, bel rumah prilly berbunyi, ternyata tante resi lah yang datang.

"Sayang, ali ganteng. Pulang yuk makan siang dulu, mainnya lanjutin nanti ya" ujar tante resi.

"Ali gak laper" jawab ali singkat. Kalau ia sudah fokus dengan mainannya, ia akan lupa dengan segalanya.

"Ayo sayang, nanti bisa dilanjut. Kamu nanti sakit" bujuk tante resi. Ali pun menuruti perintah mamanya dan pulang untuk makan siang.

Unbelievable (Aliando-Prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang