II. Debu di atas Jerami

17 2 3
                                    

"Hati-hati kalau bicara!"

"Berikan kelinci-kelinci itu!"

"Saya yang berhak menerima kelinci-kelinci ini!"

"Pembohong!"


Heather terbangun karena mendengar suara teriakan yang tak kunjung usai. Ia mengejap-ejapkan matanya dan memperbaikki rambutnya sebelum mencari tahu sumber teriakkan yang mengganggu tidurnya. 

Ia melihat ayahnya dikelilingi oleh tujuh lelaki bercelana pendek dan bertelanjang kaki yang memegang kayu runcing. Tentu saja Heather khawatir dan ingin menarik ayahnya untuk masuk ke dalam rumah, namun firasatnya berkata bahwa Heather harus diam di dalam rumah dan menyaksikan perdebatan antara ayahnya dan sekelompok lelaki tersebut. Tak lama kemudian, Heather melihat salah satu lelaki tersebut yang berdiri di belakang ayahnya mendekatkan kayu runcingnya ke arah tengkuk ayahnya. 

"Ayah! Awas di belakang!" Heather membanting pintu dan berteriak hingga beberapa warga keluar dari rumah mereka.

Sekelompok lelaki tersebut menoleh ke arah Heather dan salah satu dari mereka melontarkan kayu runcing mereka ke arah Heather yang untungnya meleset mengenai jendela rumah Heather. Suara pecahan jendela membangunkan ibu Heather yang kemudian berdiri di samping Heather dan melindungi anak perempuannya. Lelaki yang berusaha melukai tengkuk ayah Heather melanjutkan aktivitasnya dan meninggalkan luka parah di tengkuk ayah Heather, membuat ibu Heather menangis sejadi-jadinya. Lelaki yang memiliki badan paling kekar menangkat tubuh ayah Heather yang lemas dan menggendongnya. Lelaki-lelaki yang lain membentuk formasi guna melindungi lelaki yang menggendong ayah Heather. Mereka berlari sebelum warga menyerang mereka kembali.

Heather yang tidak terima berlari menyusul lelaki-lelaki tersebut, "apakah kalian tidak berniat membantu?! Ayahku bisa saja dimakan oleh bajingan-bajingan tersebut!"

Warga yang berada di warung langsung menyusul Heather. Diikuti oleh Atlas dan warga-warga lainnya. Ibu Heather kebingungan, namun beliau memutuskan untuk menyusul Heather dan 14 warga lain.

Kecepatan lari Heather bisa dibilang sangat cepat untuk seorang perempuan. Tapi tidak cukup cepat untuk mengimbangi tujuh pria dewasa yang mungkin lebih berpengalaman. Heather yang awalnya berlari sendiri di depan warga lain ditemani oleh Atlas dan Dean yang membawa senapan. Mereka diberhentikan oleh pembatas jalan dan sebuah area yang memiliki aura tidak meyakinkan.

"Sebaiknya kita tunggu sebentar di sini.." Atlas memegang bahu Heather, "kau gila, ya? Ayahku berniat untuk mencari bahan makanan yang mungkin dapat dibagikan kepada wargamu. Sekarang kau menyuruhku untuk menunggu?"

Sebuah dentuman membuat Heather dan warga lainnya terdiam. Heather mengisyaratkan supaya warga yang lain berjongkok supaya tidak ketahuan oleh siapapun. 

...

"Hey, sudah satu jam kita berdiam di sini. Apakah tidak lebih baik apabila kita pulang?" Dean menegur Atlas. Atlas menoleh ke arah Heather. Heather yang mendengar kata-kata Dean berdiri dan mencari ibunya. Ia menyaksikan ibunya yang sesenggukan. 

"Permisi. Apa aku boleh minta perhatian kalian semua?" Heather mengeraskan suaranya supaya 14 orang dapat mendengar apa yang akan Ia sampaikan dengan jelas. Warga pemukiman tersebut menoleh ke arah Heather, "aku akan pergi mencari ayahku. Ibuku akan tetap bersama kalian karena keadaannya tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan jauh. Aku harap kalian dapat menjaga ibuku lebih baik daripada aku menjaga beliau."

Atlas berdiri menghampiri Heather, "tidak, saya tidak bisa membiarkanmu pergi seorang diri. Besok pagi kita akan mencari ayahmu bersama-sama." Heather menolak, "kau tidak punya hak atas ayahku. Terimakasih atas rumahnya. Tolong jagalah ibuku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not A HitchhikerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang