❄TWO❄

179 12 0
                                    

"Apakah aku sudah cantik?" tanyanya sambil menatap cermin.

"Tentu saja, Nona Thalia  selalu cantik." pelayan disampingnya tersenyum bangga melihat tampilan nona mudanya yang cantik.

"Tapi secantik apapun diriku, apakah dia akan menerimaku?" gumamnya lirih.






Julian tersenyum sembari merapikan helain rambut milik Hera yang berantakan. Mengusap bibir bengkak dan basahnya.

"Lian, masih ada waktu sebelum kau pulang." Julian menyeringai menyadari maksud perkataan Hera.

Julian segera membawa Hera menuju sofa di pojok ruangannya setelah memastikan pintu terkunci.

"Hera, kuharap ini yang terakhir, sebentar lagi aku akan bertunangan." mengabaikan ucapan Julian, Hera melepas dress miliknya, hingga menyisakan dalamannya saja.

"Tapi aku tidak berharap ini yang terakhir, Julian Lin." bisik Hera lalu mengulum telingan Julian.

Julian menahan napasnya sekejap, saat Hera menyerang titik sensitifnya. Tanpa menunggu lama segera menyerang bibir sexy Hera.

Sementara itu, seorang wanita cantik bersandar pada pintu ruangan Julian disekitar kakinya berserak lembaran kertas sementara kaki jenjangnya gemetaran.

"Sialan, rasanya aku ingin berada diposisi wanita galak itu. Aku juga ingin merasakannya dengan Julian." dengan susah payah diambilnya kertas-kertas yang berserakan lalu segera berlalu dengan pipi yang memerah dan napas tersengal.




Sesampainya di rumah, Julian segera bergegas ke ruang makan. Beruntung tadi Hera membantunya memilih baju dadakan di butiknya. Suara ramai terdengar, Julian menatap arlojinya dan menyadari terlambat lima menit.

"Selamat malam semua, maaf saya terlambat." sapa Julian dengan senyumannya, lalu duduk di kursi kosong yang memang sudah tersedia untuknya.

"Jeremy, aku tidak tahu jika putramu setampan ini." untuk sesaat Julian menghela napas saat mendengar ucapan seorang pria paruh baya yang Julian yakini calon mertuanya.

"Tentu saja, putraku pasti tampan hahaha." Jeremy tertawa yang bagi Julian terdengar sangat memuakkan.

"Bicaranya nanti lagi, sekarang ayo kita mulai makannya." Anne Lin, ibu Julian tersenyum lalu mulai mengambilkan makanan untuk suaminya.

Julian hendak mengambil potongan daging, namun seseorang melakukannya lebih dulu.

"Duduklah biar aku yang mengambilkan untukmu." Julian baru menyadari ternyata dia sedari tadi duduk disebelahnya.

Julian hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Memandang sejenak seseorang yang diyakininya akan menjadi tunangannya.












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU, KAMU, dan DIA(GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang