chapter 1

1.2K 73 3
                                    

Hai semua 👋
Salam kenal, aku member baru Wattpad, walaupun gatau diakui atau engga 😁
Ngomong², ini ff pertamaku, aku harap kalian suka.
Khususnya para BangTwice Shipper 💣🍭
Maaf jika menemukan kesalahan atau keanehan dalam cerita ini, maklum masih amatiran.
Selamat membaca 📖📱💻

***







"Kau masih ingat dengan pertemuan pertama kita waktu itu?"
Segurat cahaya langit sore menerpa wajah Jimin, matanya yang sipit semakin tak terlihat dibalik topi baret hitam yang terpasang dikepalanya.

Wanita bermarga Yoo itu mendengus kesal begitu mendengar ucapannya.
"Kalau kau terus mengulang cerita lama itu, aku lebih memilih pulang dan bermain dengan Bami"
Jeongyeon memalingkan wajah sembari menekuk bibirnya kebawah, hal yang justru terlihat lucu bagi Jimin.

"Silahkan! Lagipula aku tahu kemana arah menuju rumah Bami" Jimin menghadapkan badannya pada Jeongyeon lalu melipat kedua tangannya didada
"hey, Yoo Jeongyeon, kau ini apa tidak malu masih menumpang tidur pada seekor kucing ?! Ck, carilah rumah sendiri" Jimin menyentil dahi Jeongyeon, seolah memarahi dan mengusir dia dari rumahnya.

Hhh,, entahlah, siapa sih yang sedang mabuk disini ?!

Jimin selalu saja mengolok-olok Jeongyeon, berpikir bahwa Bami-lah yang mengambil Jeongyeon dari jalanan.
Wanita dengan tinggi 169cm, berkepala mungil, tanpa aegyo (si nojam), namun selalu bisa membuat Jimin tertawa dengan tingkahnya.

Jimin masih memusatkan perhatiannya pada gadis bermanik hazel itu, menunggu reaksi selanjutnya yg akan ia dapatkan.
Pria itu tahu, Jeongyeon memang paling benci jika terus diingatkan dengan kejadian saat pertama kali mereka bertemu, masa beberapa tahun yang lalu.

Yaaa,,, meski sebenarnya Jeongyeon tak membenci kenangan itu sepenuhnya.
Sebab ia justru mendapat keuntungan yang masih membuatnya heran sekaligus bangga hingga sekarang.
Siapa lagi kalau bukan karena pria disampingnya ini, Park Jimin.

"Ya! Park Jimin, hentikan lelucon garingmu itu dan berhentilah menatapku! Kau tahu ?! Kau terlihat jelek dengan mata kecilmu yang menggemaskan saat terseny-- ups" Jeongyeon menutup mulutnya sendiri, memukul-mukul pelan bibir tipis itu.
Untuk kesekian kalinya ia merutuki dirinya yang kadang sulit menyembunyikan ketertarikan terhadap pria yang tingginya tak beda jauh dengannya ini.

Mendengar hal itu, terang saja membuat Jimin tersenyum bangga. Lantas iapun lebih menegakkan duduknya.

"Baiklah, mari kita hitung! Berapa kali seorang Yoo Jeongyeon hendak memuji Park Jimin dibalik ejekannya" Jimin tampak menghitung dengan jarinya.

"Park Jimin si pendek yang lucu, Park Jimin si Pipi mochi yang manis, Park Jimin si mata kecil yang menggemaskan, daann ah! Park Jimin si suara aneh yang--"

"Kau benar-benar aneh, Park Jimin" Jeongyeon memotong perkataan Jimin yang sebenarnya membuat dia semakin malu tapi tetap berusaha menyembunyikan jati dirinya.
Dasar Jeongyeon si fangirl tsundere !

Jiminpun semakin melebarkan senyumnya tatkala melihat wajah Jeongyeon yang merah seperti buah strawberry, ia lalu mendekatkan wajahnya pada Yoo Jeongyeon yang semakin salah tingkah.
Perlahan Jimin memeluk Jeongyeon, didekapnya erat sambil membelai rambutnya yang mulai memanjang meski baru sampai diatas bahu.

Jimin mengakui, dia selalu takjub dengan Jeongyeon yang memiliki pesona berbeda disetiap gaya rambutnya, ia bisa terlihat boyish hingga feminim namun tetap menarik dalam waktu yang bersamaan.

Angin sore yang berhembus membuat cuaca disekitar mereka sedikit hangat.
Musim gugur segera menyambut begitu dedaunan kering di taman itu terlihat berjatuhan. Matahari oranye yang mengintip dibalik awan, selaras dengan warna dedaunan disekitar tempat duduk mereka yang mulai berserakan.

Rambut Jeongyeon ikut menari-nari kecil dibawah langit senja, membuat Jimin semakin terpesona saat melihatnya.

"Kau tidak berniat memotong rambutmu lagi ?" Tanya Jimin setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Kenapa ? Apa aku terlihat jelek dengan rambutku sekarang ?" Jeongyeon mengelus rambutnya sendiri

"Memang kapan kau terlihat cantik ?!"
Lagi-lagi si Jimin ini yah, selaluuu saja

"Ayolah, aku serius, Park Jimin! Apakah aku tidak cocok dengan rambut ini ?"

Jimin tertawa sejenak melihat Jeongyeon yang cemberut karena ejekannya.
"Tidak! Kau cantik, bahkan semakin cantik. Aku hanya belum terbiasa saja melihat penampilan rambutmu sekarang"

"Ah kau ini. Bagaimana mungkin kau tidak terbiasa melihat perubahan rambutku, sedangkan hampir setiap waktu aku ada disampingmu dan mengatur semua jadwal acaramu" kilah Jeongyeon

"Justru karena hampir setiap hari bertemu, makanya aku tidak menyadari perubahan rambutmu ini, Yoo Jeongyeon" Jimin sedikit mengacak poni Jeongyeon sambil tersenyum manis

Sungguh, senyumnya itu maniiiss sekali. Hey, jiwa fangirl! Tenangkan hati dan jantungmu. Batin Jeongyeon

"Hei, Yoo Jeongyeon! Kau dengar aku tidak ?" Jimin membuyarkan lamunannya

"T-tentu saja. Minggu depan kau mulai rekaman untuk album barumu, kan ? Yaaa kuharap, penjualannya jauh lebih banyak dari album yang kemarin" jawab Jeongyeon yang tiba-tiba saja bicara tidak jelas

Jimin sebenarnya bingung kenapa Jeongyeon bicara begitu, tapi ia tak mau mempermalukannya, jadi ia berusaha mengikuti dulu topik pembicaraan tersebut.

"Tapi itu bukan tujuan utamaku" Jimin memandang lurus ke depan, "asal banyak yang menyukai laguku, itu jauh lebih menyenangkan. Menurutku, penjualan album yang meningkat itu hanya bonus.
Kau sendiri, memangnya kau pernah gitu membeli albumku ?" Lanjut Jimin sembari melayangkan pertanyaan pada Jeongyeon

"Mana mungkin aku tidak membeli album-mu. Aku ini penggemarmu digaris terdepan" Jeongyeon dengan percaya diri memukul-mukul pelan dadanya

"Benarkah itu ?" Jimin berbinar begitu mendengar ucapan Jeongyeon.

Jeongyeon yang baru menyadari kalimat cerobohnya barusan, terang saja membuatnya gelagapan.

"Eeuu maksudku, sebagai manager, masa aku tidak mendukung karir idolku ini sih !? haha" Jeongyeon tertawa hambar, berusaha menghilangkan rasa gugupnya

"Terimakasih. Padahal jika yang tadi itu benar, aku bahagia sekali" Jimin menundukan wajahnya, sedikit kecewa dengan penjelasan gadis itu, namun dia segera kembali ke topik pembicaraan mereka diawal tadi

"Tapi disini aku bukan membahas albumku, Yoo Jeongyeon"

"Lalu apa ?" Jeongyeon menatap polos ke arah Jimin

"Aku hanya ingin dengar kau menceritakan ulang pertemuan pertama kita, apa itu terjadi tiga tahun yang lalu ? Ah aku tak begitu ingat, bisa kau ceritakan kembali ?"

Tanpa Jimin sadari, Jeongyeon sudah beranjak dari kursi panjang tersebut.
Ia berjalan cukup cepat meninggalkan Jimin yang tertawa kecil melihat kelakuan gadis berkepala mungil itu.

"Hey rambut kelapa! Kau melupakan seseorang disini" Jimin segera berlari menyusul Jeongyeon yang mulai menghilang dari pandangannya karena terlalu cepat berjalan.

***

YOO are my idolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang