19. Your Heart Turned Blue

20.8K 1.6K 1.5K
                                    

###

Hari ini adalah hari terburuk dalam sejarah hidup Lisa. Duka itu terlihat jelas, semua orang bahkan menyorotinya, menatapnya dengan tatapan yang beragam.

Ada apa dengannya?

Tak ada satu tetes air mata yang jatuh dari kedua mata indahnya, bibirnya bungkam seribu bahasa, hanya sorot matanya yang kosong—menatap sosok yang terbujur kaku di dalam peti kayu Mahoni berwarna putih.

Di sampingnya berdiri sosok wanita cantik yang tak hentinya memberikan dukungan moril untuknya. Kim Jisoo. Wanita itu kini merangkulnya, menggenggam tangan Lisa untuk menguatkannya di hari terpuruknya.

Sedangkan jauh di sudut ruangan, mata elang Victory tak bisa lepas mengintai setiap pergerakan Lisa. Dalam lubuk hatinya ia ingin mendekat, ada dorongan dalam dirinya untuk menggantikan posisi Jisoo. Tapi ia tidak bisa.

Mendekati gadis itu dalam kondisi seperti ini adalah keputusan yang salah. Bahkan Victory tak yakin jika Lisa masih mau menatap wajahnya setelah ia gagal memenuhi janjinya pada gadis itu.

Ya, Janji untuk menyembuhkan ibunya.

Hampir 5 bulan lamanya ibu Lisa mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit akibat kanker darah yang dideritanya. Sesuai dengan janji yang pernah Victory ucapkan, ia memberikan segala bentuk fasilitas terbaik selama ibu Lisa dirawat. Kabar baik bahkan berkali-kali Victory dapatkan dari pihak rumah sakit mengenai kondisi Sucharat, ibu Lisa.

Puncaknya adalah bulan lalu, saat Eric Nam memberitahunya bahwa kondisi Sucharat tiba-tiba memburuk. Code red atau kode merah merupakan status dimana pasien berada diambang batas dan hanya keajaiban yang mampu mengatasi hal ini.

Satu penyesalan yang Victory rasakan adalah ia tidak bisa mewujudkan keinginan Sucharat untuk bertemu denga putrinya. Ada air mata yang menetes di pipi wanita paruh baya itu saat memohon padanya. Tapi Victory mengabaikannya. Ia terlalu takut. Takut kalau Lisa semakin membenci dirinya. Menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada ibunya.

Ia memang pengecut.

"Demi Tuhan, aku pernah berada di posisinya. Kehilangan ibuku dengan cara yang mengenaskan. Tapi lihat gadis itu—aku salut padanya, dia tidak meneteskan sedikitpun air matanya. Padahal yang ku tahu, rasanya sungguh sangat menyakitkan. Seperti ingin mati detik itu juga." ucap Jim sembari memperhatikan Lisa yang masih betah menatap jasad ibunya.

Victory menoleh sekilas padanya, pikirannya mulai mencerna perkataan Jim. Seburuk itukah?

Melihat Lisa dalam keadaan diam seperti ini jauh membuat dadanya sesak tak karuan. Victory lebih senang melihat Lisa menangis daripada melihatnya diam menahan duka seperti sekarang ini.

Perasaan apa ini?

Victory bahkan tidak pernah menyangka bisa menaruh rasa simpati dan empatinya pada gadis itu. Sialnya, ia justru menyesali seluruh perbuatan buruknya pada Lisa. Sekarang. Setelah gadis itu menemui titik terpuruknya akibat kepergian ibunya.

"Help me!" Jisoo berteriak. Panik.

Kegaduhan terdengar saat itu juga. Lisa tiba-tiba saja jatuh tak sadarkan diri, beruntung Jisoo sempat menahannya hingga tubuh Lisa tak sampai membentur lantai keramik yang keras.

Victory terkesiap, dengan sigap ia berlari menghampiri gadis itu dan mengangkat tubuhnya. Jisoo, Jim, dan Jeka ikut mengekor di belakang Victory dengan ekspresi yang tak bisa jelaskan. Sedangkan sisanya bertugas untuk mengurus jalannya prosesi pemakaman sesuai dengan kepercayaan yang selama ini di anut oleh mendiang.

Ya, waktu mungkin terhenti begitu saja bagi Lisa. Tapi bagi Victory? Entahlah. Situasi telah sepenuhnya berubah.

Sejak saat itu, Victory tak pernah menyangka jika keadaan telah sepenuhnya berbalik. Tak ada lagi yang tersisa, hanya ada babak baru dalam hidupnya yang terasa lebih menyakitkan dan membuatnya menyesal dengan apa yang selama ini telah ia perbuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[M] Contract With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang