"ngghh, shh"
Aku mendesah keenakan. Kutatap wajah pacar ku ini, sangat tampan. Namanya Rio. Ia merupakan salah satu laki laki yang paling diincar di SMA ini.
Aku makin mendesah hebat saat dorongan didalam diriku ingin keluar, nikmat tiada Tara. Aku makin maju mundur, mencari kenikmatan ku yang makin membesar. Meskipun hanya gesekan, namun mampu mengalihkan duniaku. Kurasakan ciuman Rio makin dalam, genggamannya dikedua bokongku makin erat.
"Ahhhhhh"
Aku keluar. Dengan cepat aku turun dari pangkuannya lalu memberi giliran kepada Rio untuk menuntaskan hasratnya. Aku melahapnya, mulutku penuh dengan kelamin Rio. Hingga aku merasakan batang itu makin membesar , aku pun melepaskan nya. Membuat air putih yang keluar itu terciprat ke lantai WC
Bayangan laki laki manis itu tiba tiba terlintas dipikiran Ku. Tidakkkk. Yang tadi hanya ilusi, dengan terburu buru aku membereskan seragam ku yang berantakan.
"Aku duluan ya sayang. "
Aku mengangguk kearah Rio. Dia membolos dijam ke 3 untuk membantuku. Sudah waktunya ia masuk.
Setelah merasa penampilan ku cukup rapi. Aku kembali ke dalam kelas. Aku meraih iPhone ku yang kuletakkan di sudut WC. Lalu mematikan kameranya. Ya, aku merekam kegiatan kami.
Sesampainya dikelas, aku tersenyum mengingat sahabatku tidak sedang mengibuliku. Aku berani untuk menuntaskan hasrat ku terlebih dahulu karena sahabatku mendapat info bahwa pelajaran bahasa Inggris yang seharusnya berlangsung, ibu guru tidak sempat hadir. Sehingga hanya menitipkan tugas. Dan aku telah menyerahkan tugasku ke mereka
"Ekhem. Udah tugas ku kan?"
Mereka mengangguk bersamaan. Sahabatku yang duduk tepat dibelakang bangkuku ini namanya Rara, dia pendiam, dan gamers. Mirip sekali hobiku. Sementara disampingnya, namanya Chelsea, dia tergila gila oleh Jepang. Hal ini mirip juga denganku, namun aku masih ditahap yang wajar. Anime hanya pengisi kosong ku
"Lo dari mana?"
Kudengar suara Rara, aku terdiam. Yang aku ketahui, Rara suka sama Rio . Tak sengaja kubaca di buku hariannya saat kami bertiga menginap bersama di rumah Rara. Namun hal ini tidak diketahui olehnya. Ia tau aku berpacaran dengan Rio. Dan ia sama sekali tidak keberatan.
"Kenapa? Lo nggak abis bully anak orangkan?"
"Enggaklah. Lgi males"
Jawab aku dengan cepat. Yang dikatakan Rara tidak salah. Aku orangnya aneh. Aku kadang bully orang. Namun itu kulakukan saat aku tak bisa mengontrol emosi ku. Semua murni diluar kesadaran ku. Akan tetapi, setelah aku membully, aku akan membayar mereka dengan jumlah yang sangat besar. Bisa untuk membeli sepeda motor
***
"
Gila"
Gumamku melihat kearah motor butut yang mengganggu acara parkirku tadi pagi. Ternyata motor itu milik Axel. Memang jika kuperhatikan Axel orang yang pas Pasan. Dengan sepatu yang lusuh, terlihat bahwa sepatu itu sudah sangat lama. Begitupula dengan tasnya yang warna nya mungkin sudah luntur. Sangat berbeda dengan Rio. Namun yang menjadi poin plus nya, yaitu wajah Axel. Tidak ada yang spesial, tetapi wajah itu sepertinya akan menjadi candu dan membuat ku tidak bosan
Badannya tinggi dari Axel, tentu otaknya jauh lebih pintar. Aku tersentak, berhenti menatap nya saat ia menoleh kearah ku. Aku hanya mengangguk tersenyum lalu berlari menuju mobil ku
Bayangan Axel tak bisa hilang. Aku dengan cepat, menyusul Axel yang tak jauh didepan. Aku dengan pelan mengikutinya. Sekitar 30 menit, akhirnya Axel berhenti. Motornya memasuki lorong kecil, dan mobilku pun tidak bisa mengikuti nya lagi
Aku memilih untuk keluar dari mobil. Jalanan becek, dengan lingkungan yang agak kumuh ini membuatku merinding. Dengan cepat aku menyusulnya. Ia berhentiiiii!!
Aku dengan cepat berlari kebelakang. Aku tidak boleh terlalu dekat. Takut ketahuan kalau aku mengikutinya. Rumah kecil, terbuat dari bambu. Axel masuk Dirumah itu.
Terlihat ibu ibu yang sedang sibuk mengeringkan ikan disamping rumah itu. Axel sempat mencium tangannya sebelum masuk. Aku pastikan, dia adalah ibunya. Ibunya terlihat muda.
Detak jantungku makin cepat saat melihat Axel mengenakan pakaian biasa lalu menuju motornya. Aku dengan cepat berlari ke arah mobil.
"Gila Gilak. Dah kayak penculik gue mata matain orang"
Aku meminum air yang aku bawa ditas. Sembari menunggu Axel keluar dari lorong. Axel menggunakan kaos lusuh, berwarna coklat. Dengan celana pendek. Entah kenapa sangat tampan dimataku
Lagi lagi axel berhenti ditempat yang kumuh. Namun tempatnya lumayan besar meskipun menggunakan bahan dari bambu dan kayu. Disana terlihat banyak sekali motor dan peralatan yang aku tebak tempat itu adalah bengkel.
Disana Axel tidak sendiri, ada dua orang lainnya. Axel terlihat menghormati mereka. Tentu hanya axel yang masih terlihat muda. Dua orang lainnya sudah lumayan berumur.
Aku menatap jamku. Sudah jam 4 sore. Sudah waktunya aku pulang. Aku sangat lelah, dan belum makan siang sama sekali. Kuperhatikan ponselku, chat Rio ada 5. Namun tidak aku buka. Aku sangat lelah, sehingga malas untuk memegang ponsel dulu.
***
Aku tersenyum senang mendengar bel rumah ku berbunyi. Aku menanda tangani sebuah kertas sebagai bukti aku telat menerima barangku. 5 buah packing besar aku terima. Lalu membawanya kedalam
"Ehh dasar Lo ya. Kerjanya belanja Mulu"
Terdengar suara jengkel kakakku. Aku melet lidah kedia
"Yaiyyalah banyak. Gue cewek, gak kayak kakak, cowok. Gak perlu banyak gaya. Pake kaos celana udah"
Ucap ku membela diri. Lalu membukanya perlahan. Takut merusak barangku yang sangat aku tunggui ini. Bayangin saja, aku menunggunya selama 6 bulan
"Woeee dek. Apa apaan. Gue juga mauuuuuu. "
"Ngggak nggakkkkk. Kakak beli sendiri"
Ucap ku teriak memblokir jalan kak Aldi .
"MAMAMAAAA HIKS"
"Cengeng amat sih lo dekkkk. Kan gue minta satu doang" ucap Aldi menjitak kepalaku
"Tapi satu aja ya? Gue yang pilihin" ucap ku cemberut lalu menuju kearah barang berharga ku. Sebuah figura kecil, karakter karakter di kimetsu no yaiba. Aku meraih tanjiro-kun lalu menyerahkannya ke kak Aldi
"Aku gk mau ngasih ini sebenarnya. Tapi yasudahlah, kakakkan kakak Ashlyn, jadi ngasih itu aja. Ashlyn jadi nezuko channnn"
Jelasku sembari terkikik . Kak Aldi memelukku berterima kasih.
"Huhhh emang kak Aldi baiknya kalau ada maunya"
"Kalian ada apasih. Mama pusing dengarnya. Berisik banget" mama muda keluar dari dapur. kami hanya tertawa menatap mama yang lagi kesal.
"Mahhh, itu muka ditepungin gak digoreng dulu mah?"
Ucap ku lalu berlari ke kamar ku yang berada dilantai dua. Tentu saja dengan barang berhargaku ditangan. Suara teriakan mama terdengar. Aku hanya tertawa mendengar nya. Lalu memilih untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ASHLYN"
Romance"Kamu sempurna bagiku. Nggak usah berpikir konyol bahwa kita tidak bisa bersama hanya karena masalah ekonomi , setelah aku lebih memilih memberimu lebih awal tubuhku daripada kepacarku sendiri" - Ashlyn (2015) "Setelah aku menjemputmu, dengan keadaa...