CHAPTER 1

7 4 0
                                    

Lampu-lampu dari ratusan gedung pencakar langit mampu mengalihkan pandangan manusia dari indahnya cahaya bulan. Bangunan-bangunan khas zaman victoria juga tidak kalah megahnya dibandingkan gedung pencakar langit tersebut. Pemandangan Sungai Thames yang membelah kota ini juga turut andil menambah keindahan salah satu kota metropolitan terbesar di dunia ini. Ya, inilah kota London, kota bersejarah dan menjadi Ibukota bagi kerajaan terbesar di dunia saat ini yaitu Britania Raya.

Di tengah-tengah hiruk pikuk kepadatan kota London, tidak ada yang menyadari keberadaan sosok misterius yang bersembunyi dalam kegelapan di atas salah satu gedung pencakar langit tersebut. Hoodie hitam pekatnya semakin menyamarkan keberadaan sosok tersebut.

"Hei, Panther. Coba tunjukkan kembali profil target kita," ucap sosok misterius itu sambil menekan alat komunikasi di telinganya.

"Pakai kacamatamu, Phantom!" perintah sosok yang disebut Panther itu. Tidak berapa lama dari kacamata itu muncul sebuah foto dari seorang pria paruh baya. "Namanya Douglas Baker, malam ini ia akan membawa tas yang berisi banyak berkas, tugasmu hanyalah mencuri berkas itu dan membawanya ke Trafalgar Square," tambahnya.

"Hah, aku kira aku salah orang. Lihat, berapa banyak yang mengawal pria itu," ucap Phantom sambil memandangi kearah Dougkas Baker yang sedang berjalan di antara gemerlapnya kehidupan malam kota London. Ia dikawal sangat ketat, tidak hanya dua orang yang berada di sisinya, namun juga terdapat pengawal lain di beberapa tempat yang terus mengawasinya.

"Apakah Phantom takut dengan hal seperti ini?" tanya Panther setelah semua pandangan Phantom terlihat di layar komputernya.

"Hey Panther, jangan meremehkanku. Aku Phantom," jawabnya sambil tersenyum. Tidak menunggu lama ia langsung melompat ke balkon gedung yang lebih rendah. Ia terus menuruni gedung itu dari satu balkon ke balkon yang lain, pergerakannya sangat halus, tanpa suara dan sangat efisien hingga akhirnya ia berhasil mencapai jalanan. Phantom menyentuh tombol dibagian samping kacamatanya dan kacamatanya langsung berubah menjadi hitam. Phantom melihat ke berbagai arah.

"Hei, Panther, ada beberapa kamera disini. Kamu tau apa yang diharus dilakukan," ucap Phantom

"Ok, lakukan saja pekerjaanmu," ucap Panther.

Phantom langsung berjalan perlahan. Berbaur dengan keramaian orang. Ia mencoba mendekati Douglas yang diapit dua bodyguard-nya. Saat hanya tinggal beberapa langkah lagi, Phantom langsung mengarahkan bogem mentahnya ke wajah salah satu bodyguard­ tersebut. Sontak hal ini memicu respon dari setiap tim pengamanannya. Namun tidak lama Phantom juga melumpuhkan bodyguard satu lagi yang juga berada disisi Douglas dengan menendang kakinya hingga terjatuh dan meluncurkan tinjuan ke wajahnya. Kemudian Phantom melayangkan tendangannya tepat ke Wajah Douglas yang langsung tumbang, Phantom mengambil berkas tersebut. Ia berlari menjauhi lokasi kejadian, aksi kejar-kejaran antara tim keamanan Douglas dan Phantom tidak dapat dihindarkan. Phantom terus mencoba menghindar dengan memasuki kerumunan.

Tidak berapa lama, tim keamanan Douglas menyergap pria berhoodie hitam dan langsung menariknya ke dalam kegelapan. Pria ini pun dihajar habis-habisan untuk membuka mulutnya dimana berkas yang sudah ia curi. Namun pria ini hanya menjawab, "aku tidak mencurinya. Bahkan aku juga tidak tau bagaimana aku bisa memakai hoodie ini." Tidak jauh dari lokasi tersebut, terlihat sesosok pria yang duduk dengan santainya di atas salah satu gedung.

"Hei Phantom, lagi-lagi kau mengorbankan orang lain."

"Yah, tidak apa-apa kan? Yang penting pekerjaanku selesai. Sekarang aku akan ke Trafalgar Square," ucap Phantom. Ia pun langsung bergerak di antara gedung-gedung pencakar langit tersebut.

Trafalgar Square yang biasanya ramai, kini terlihat sepi. Wajar saja, saat ini telah larut malam. Di alun-alun ini hanya terdengar gemerisik air mancur yang disinari lampu seakan-akan tetap memamerkan keindahannya padahal tempat ini sudah sepi.

"Phantom, berkasnya ditaruh di dekat Nelson's Column," ucap Phanter dari alat komunikasinya.

"Ya, aku tidak pikun. Tidak perlu diulang."

"Ah," jawab Phanter menandakan kekesalannya.

Phantom bergegas mendekati Nelson's Column, Ia menaruh tas yang berisi berkas tersebut di kaki Nelson's Column. Tugasnya kembali selesai. Ia berhenti sejenak, menengadahkan kepalanya puncak Nelson's Column, di sana berdiri dengan gagah patung Laksamana Horatio Nelson sang pahlawan dan pemimpin Angkatan Laut Inggris yang terbunuh dalam Pertempuran Trafalgar.

"Seseorang yang diabadikan menjadi bentuk patung hanyalah orang besar. Orang kecil tidak akan pernah dianggap," gumam Phantom pada diri sendiri.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Phanter yang memang tidak mendengar jelas karena gumamannya yang terlalu kecil.

"Tidak ada," jawab Phantom singkat. Phantom pun segera menjauh dari Nelson's Column.

***

Suara hentakan musik menggema memenuhi ruangan. Ratusan orang berdansa ria mengikuti irama musik tersebut. Seorang berpakaian tuxedo hitam merapat menuju meja bar. Matanya celingak celinguk mencari seseorang. Hingga seseorang keluar dari dalam ruangan yang tepat berada di belakang meja bar. Pria paruh baya ini segera bergabung di meja bar.

"Cocktail," ucap pria paruh baya tersebut kepada bartender. Pria paruh baya ini mengambil sisir dalam saku celana jeansnya dan merapikan rambutnnya. Uban yang tumbuh dirambutnya terlihat jelas saat lampu bar meneranginya.

"Ada keperluan apa, Travis?" tanya pria paruh baya tersebut kepada pria berpakaian tuxedo itu.

"Aku telah menemukan berkas masa lalu tersebut, ia berada di tangan pensiunan kepolisian, Bos."

"Terus? Kenapa hal ini harus diberitahukan kepadaku? Tinggal suruh saja tim kita buat mengambilnya."

"Tidak bisa, Bos. Dia berada di tempat yang memiliki keamanan tinggi. Jika kita mengandalkan tim kita, itu akan membahayakan kita," ucap pria yang bernama Travis tersebut.

"Apakah hal seperti ini juga harus aku yang memikirkan?" tanya orang yang disebut Bos tersebut.

"Tidak, aku ingin memanfaatkan jasa seorang profesional. Phantom." Mendengar sebutan Phantom, Bos menjadi terdiam. Bagi orang-orang yang bergerak di dunia bawah pasti mengenal Phantom, seseorang yang akan melakukan apa saja kecuali pembunuhan asalkan memiliki bayaran yang cukup. Phantom tidak pernah menanyakan identitas kliennya, tidak pula melakukan pertemuan dengan kliennya. Pekerjaannya sangat efisien.

"Jika memang itu yang diperlukan, lakukan. Kita akan membayarnya sangat tinggi. Supaya dia tidak membelot," tegas si Bos.

"Baik," jawab Travis singkat.Setelah menghabiskan secangkir cocktail iasegera melangkah pergi untuk melakukan pekerjaannya.

***

SEMOGA KALIAN SUKA. AKU SANGAT MENGAPRESIASI BUAT YANG MENGKRITIK KARYAKU SUPAYA LEBIH BAIK

TERIMAKASIH

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PhantomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang