"Selene Laura?"
Merasa terpanggil, Gue menoleh kearah asal suara. Kening gue mengkerut, Gue gak kenal siapa orang yang baru aja manggil gue tapi Dia kenal sama gue. Apa mungkin Dia ini temen gue saat masih kecil, atau temen sekolah yang gue lupakan? Eh, emang gue punya Temen masa kecil, ya? Hahaha gak, Selene. Waktu kecil Lo gak punya temen. Karena gue mau tau, jadilah Gue bertanya siapa Dia.
"Maaf, siapa, ya?"
"Gue Lucas. Astaga Selene! Lo lupa sama gue, hah?!"
Lucas... Lucas... Lucas! Teman yang gue pulung waktu masih jadi Anak arsi dulu. Mungkin, kalau gak ada Lucas, gue gak akan punya temen satupun sampai sekarang. Gue ini tipe orang yang introvert, sedangkan Lucas itu Ekstrovert dan i think i must say big thanks to Lucas, thank you Lucas. Gue cuma berani bilang dalam hati, hehe, bukan apa-apa sih, tapi Lucas kalau sekalinya dipuji-puji suka terbang.
"Ooh.. Lucas." Gumam gue.
"Oh, what's your job now?" Tanya Lucas.
Gue menunjuk diri gue sendiri penuh tanya, Lucas mengangguk mantap.
"Gue? Gue Jadi Arsitek?" Gue menjawab pertanyaan Lucas ragu. Kalau ditanya gue kerja apa sama orang, gue suka bingung mau ngejawab apa. Karena gue dibilang Arsitek bukan, dibilang bukan Arsitek juga salah. Alias gue cuma boleh di perkerjaan di perusahaan tempat Papa kerja, tapi perusahaan itu agak aneh menurut gue.. Aduh, kebiasaan deh gue, negative thinking terus. Tapi gue Nethink juga ada alasannya, itu Karena di perusahaan papa kerja itu ada banyak Anak kecil dan wanita-wanita yang pakai baju minim.. Gimana gue gak berpikiran buruk, coba? Kadang-kadang nih, ya, gue suka disuruh menjaga Anak-anak kecil yang ada disana, atau disuruh ngobrol sama wanita-wanita berpakaian minim disana juga.
"Terus, Lo sendiri gimana, Luke?" Luke itu nama panggilannya Lucas dari orang-orang terdekatnya, kayak gue misalnya. Dekat sebagai Teman, ya.
"Gue dokter umum di RS harapan kamu."
Sebentar, ini, rumah sakit yang ada di jakarta itu'kan? Rumah sakit yang jadi pusat pengobatan buat orang-orang sakit di seluruh Indonesia berobat untuk sembuh? Gue denger sih, katanya kerja di Rumah sakit harapan kamu itu susah banget.. Dan Lucas diumur 27 udah bisa jadi dokter disana. Oh, gue lupa, Lucas kan otaknya encer banget dari dulu, gak heran sih Dia udah sukses di usia muda. Gue gak bisa berkata-kata.
"Wow, hebat banget sih Lo. Kan Gue jadi insecure." Gue meninju pelan perutnya Lucas, Lucas cuma ketawa-ketawa aja.
"Permisi, cappucino coffee atas nama mbak... Selene? Seline? Siap dinikmati.. Untuk pembayarannya mau Cash atau debit aja mba?" Suara seorang kasir Cafe Pria menyadarkan Gue bahwa disini bukan cuma ada Gue dan Lucas. "Selene bukan seline. Saya bayar pake uang Cash aja ya, mas." gue mengambil dompet dan mengeluarkan 2 lembar rupiah berwarna biru, tapi Tiba-tiba tangan Lucas menahan tangan gue yang akan memberikan uang. Gue sontak menatapnya penuh tanya.
"Gue aja yang bayar." Katanya sambil mengeluarkan Black card yang bikin gue terpukau seketika. Gue gak norak, tapi gue tahu, Yang punya Black card di seluruh dunia itu cuma beberapa orang aja, itupun dihitung dari tinggi penghasilannya pertahun. Gue kaget dong, ini Lucas sekaya apa sih.. Setahu gue Lucas bukan keturunan bangsawan.
"Gue gak miskin, ya."
"Siapa yang bilang Lo miskin? Gak ada, ini cuma inisiatif gue aja."
Akhirnya gue menarik kembali si biru rupiah kedalam handbag hitam gue dan terdiam melihat Lucas yang sedang membayar cappucino pesanan gue. Lucas itu orangnya Spontan dan Impulsif banget, sama kayak gue sebenarnya. Jadi gak heran kalau kita sering berdebat karena hal-hal kecil kayak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poor Selene
Random❝ Forgive yourself for what you didn't know, Selene. you deserve to put yourself first, period. Lo berhak untuk mengatakan perasaan Lo. ❞ Selene Laura, Wanita berusia 25 tahun yang merupakan seorang Arsitek mendadak beralih profesi menjadi seorang P...