1. senyuman

87 7 0
                                    

Sambil membaca cerita ini aku rekomendasiin dengerin lagu diatas, semoga dalam seminggu atau 2 minggu cerita ini selesai. Mohon dukungannya.

Happy reading
Character : Uzumaki Naruto
Hyūga Hinata
Story : FFujoshi
Genre : Drama, Hurt Comfort, Tragedy
Rate : T - M
.
.
.
.
.
.
Bagaimana Aku Mencintaimu
1. Senyuman

Jika kamu mengatakan bahwa aku mencintainya tanpa syarat dan sepenuhnya maka itu hanya kesalah pahaman. Aku hanya mencintai sisi ini dan itu saja. Tiba tiba saja pikiran itu muncul saat sedang asik menatap raut wajahnya yang tersenyum lebar sepulang bekerja malam itu.

"Ah apalagi ini?" Ucapku seraya berjalan kearahnya untuk memeluknya.

"Aku pulang, heheh. Apa kau sudah makan malam?" Katanya membalas pelukan ku tak kalah erat sembari menciumi surai dan dahi ku gemas.

"Umm belum aku menunggumu. Ayo makan barsama malam ini." Senyumku menatap mata yang penuh damba itu.

"Tentu, biarkan aku membuka sepatuku dulu. Kau siapkan dulu saja. Hm?" Melepas pelukannya dan mulai membuka alas kakinya.

"Baik."

Pergi meninggalkannya dan menuju ruang makan.

Kalau aku mencintainya sepenuhnya maka itu adalah kesalah pahaman. Segala kesalah pahaman harus diluruskan bukan? Aku mencintainya dengan syarat bukankah itu wajar?

Jika ingin menghakimiku karena setengah hati bukankah tak ada hak akan itu? Aku mencintainya karena senyumnya yang hangat. Ia tak pernah tidak tersenyum dihadapanku, terhadapku. Itu adalah satu hal yang selalu ia berikan padaku tanpa pamrih. Aku menyukainya. Aku mencintai senyumnya.

LALU APABILA SENYUMAN ITU TAK LAGI TERUKIR PADAMU MAKA APA AKU TIDAK AKAN MENCINTAINYA LAGI?

Ahahaha bukankah jawabannya sudah pasti?

______

"Hinata-chan. Apa kau masih bersama Naruto?"

"Tentu." Jawabku.

"Benarkah? Tapi Hinata-chan aku baru saja melihat Naruto dengan wanita lain."
Seketika telingaku berdenging berisik sekali. Sampai sampai aku tak bisa dengan jelas berpikir apa maksud lawan bicara disebrang sana.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Naruto bersama wanita lain dan itu jelas sekali mereka sedang dalam hubungan. Naruto memeluknya mesra sekali."
Sekali lagi dengingan dalam kepala ku bertambah kencang. Tanganku tak lagi menggenggam ponselku.

Jantungku berdebar tak karuan memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Seketika suara pintu apartement terbuka dan memperlihatkan dia Naruto berdiri lurus menghadapku disebrang pintu sana sambil tersenyum.

Senyumannya yang amat kucintai.

"Hinata ada apa?"

"Ya." Balasku tanpa sadar melantur.

"Apa? Ya untuk apa? Hinata kau sakit?"
Naruto mendekat mencoba menyentuh dahiku tapi refleks tubuhku entah kenapa menghindarinya.

Kami saling menatap.

Tangan Naruto yang terangkat satu perlahan turun dan senyuman di wajahnya menghilang.
Kami terdiam bersama dalam 1 menit keheningan dalam ruangan itu.

Aku tak ingin membuka percakapan dengannya. Aku segera masuk kedalam kamar dan mengunci diri dari dalam.
Aku tak tahu jika ucapan di telepon tadi benar adanya atau hanya kesalah pahaman.

"Hime! Ada apa?" Naruto berteriak disisi ruangan yang lain. Khawatir.

"Aku tidak enak badan Naruto-kun, kau tidur diluar. Kalau tidak kau bisa tertular."
Bohong.

"Ah baik. Apa kau sudah ke dokter?"

"Tidak perlu. Ini biasa."
Lagi.

"Tapi Hime.."Lirihnya.

"Berisik Naruto aku lelah."
Hening.

Yang terakhir kali kudengar adalah derap langkah kakinya yang menjauh.
Dan gelap malam akhirnya ditelan terangnya pagi.

Keesokan harinya aku sudah bersiap untuk membuktikan kebenaran dibalik ucapan temanku bahwa ia Naruto-kun melakukannya.
.
.
.
.

Hari itu siang yang terik. Naruto-kun sudah pergi dari apartement sekitar pukul 8 dan sekarang aku sedang mengawasinya di sekitar kantornya saat istirahat siang ini.
Kedua tanganku mengepal dengan sendirinya saat memperhatikan pekerja berlalu lalang di jam makan siang itu.

Muncul.

Dia muncul. Matanya seolah mencari seseorang dalam keramaian. Dan seseorang wanita bersurai pirang berlari berhambur memeluk Naruto-kun yang sedari awal selalu mengumbar SENYUMNYA untuk menyambut wanita itu.

Senyuman itu bukan lagi hanya tertuju padaku. Dia bisa melakukan senyuman penuh kasih itu padanya tanpa pamrih.

Dengingan keras itu kembali muncul dan kali ini sangat keras sampai membuat pandanganku sedikit mengabur. Saat itu Jimin sudah tak lagi ada dalam pandanganku. Ia menghilang.

TBC.

Bagaimana Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang