01

142 25 7
                                    

Jihyo menghela nafas panjang saat acaranya sudah selesai, sungguh memakai high heels tinggi selama berjam-jam membuatnya pegal. Rasanya seperti tulangnya remuk semua. Katanya saat pernikahan pengantin itu menjadi raja dan ratu sehari semalam, tapi tidak menurut dirinya. Sungguh melelahkan terus berdiri menyambut para tamu.

"Ingin aku pijat?" Jihyo menggeleng cepat untuk menolaknya. Dia masih waras dan tahu bahwa Sehun sekarang sudah menjadi suaminya.

"Aku ingin mandi tapi aku rasa aku akan kesulitan membuka resletingnya."

Sehun tersenyum kecil lalu memeluk tubuh istrinya itu, jangan tanya bagaimana mana Jihyo mati-matian menahan umpatan untuk Sehun. Tangan pria itu bergerak menurunkan resleting gaun itu.

"Sudah selesai."

Jihyo mengangkat kepalanya untuk menatap wajah suaminya. "Lepaskan aku tuan Oh Sehun yang terhormat!"

Sehun terkekeh kecil lalu melepaskan pelukannya. Langkah Jihyo berjalan menuju kamar mandi. Dirinya bahkan mengabaikan perkataan Sehun yang sebenarnya dilontarkan untuk mengejeknya.

Jihyo menikmati mandi dengan air hangat. Butuh 20 menit untuk ia mandi, Jihyo mempertimbangkan untuk keluar kamar mandi. Jujur dia malu jika ada Sehun, jadi Jihyo membuka pintu kamar mandi lalu menyembulkan kepalanya.

"Sehun...eummm, bisakah kau keluar sebentar saja aku lupa membawa baju."

Sehun beranjak dari posisi nyamannya di kasur. "ingin aku ambilkan saja?" Tawar pria itu. Jihyo menggeleng kecil lalu memberikan tatapan memohon.

Tanpa pikir panjang Sehun keluar dari kamar mereka membiarkan Jihyo memakai pakaiannya. Saat sudah rapih Jihyo keluar mencari Sehun, dia tau pasti pria itu ingin mandi. Jihyo mendengus saat mendapati suaminya tidur di sofa.

"Apa kau tidur?"

"Tidak," jawab Sehun membuat Jihyo sedikit terkejut.

Sehun tersenyum kecil lalu bangkit untuk duduk. "Rasanya seperti mimpi menikahi model terkenal seperti mu," kekeh Sehun.

"Jika ini mimpi maka segeralah bangun, tuan Oh."

"Kenapa harus bangun? Aku suka mimpi seperti ini." Tangan Sehun menarik Jihyo untuk duduk di pangkuannya, menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher istrinya. Jujur Sehun suka aroma tubuh istrinya ini.

"Sehunnn geli."

"Kau benar-benar seperti marijuana."

Jihyo bangkit dari duduknya menatap Sehun dengan tatapan kesal yang dibuat-buat. "Aku bukan marijuana Dan cepet pergi mandi," ucap Jihyo berjalan kembali menuju kamar mereka.

Sehun tersenyum memerhatikan istrinya yang berjalan menuju kamar sebelum akhirnya menyusul kesayangannya itu.

"Beri aku sebuah kecupan manis."

"Mandilah dulu!"

Sehun merenggut kecil lalu membawa handuk dan bajunya masuk ke kamar mandi. Sehun tau dia bisa saja menang melawan Jihyo, tapi pria itu tau istrinya akan merajuk. Jadi apa salahnya mengalah untuk kebahagiaan istrinya itu.

×Our daily×

Jihyo hanya diam diatas kasur dengan takut sambil menunggu Sehun selesai mandi. Jihyo menghubungi Wendy untuk bertahan tentang malam pertama, karena jujur dia takut dan belum siap. Dirinya bahkan bertanya-tanya apa Sehun akan melakukannya sekarang.

"Ya Tuhan, aku takut sampai rasanya hampir mati."

"Siapa yang hampir mati?" Tanya Sehun yang baru saja keluar dari kamar mandi. Raut wajah Sehun yang sedikit khawatir membuat Jihyo tidak tahan untuk tidak tertawa. Kenapa Sehun harus menunjukkan raut wajah seperti itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our dailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang