“keretamu, tuan putri”
Lagi lagi renjun menatap jengah kearah pemuda didepannya, bosan menanggapi keturunan alpha pengendali itu, baru beberapa hari ia diteror oleh ungkapan cinta jung jeno, kini pemuda itu berulah lagi, dengan mencegatnya didepan kampus dengan motor kesayangannya
“pertama, itu motor, bukan kereta… kedua, aku punya kaki dan uang, aku bisa pulang sendiri”
Kakinya melangkah melalui jeno yang masih berada diatas motor sport hitam miliknya, namun tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh yang lebih muda
“jangan menolak begitu, aku hanya tidak mau harta berharga paman yuta terkena debu dan kelelahan”
Renjun menepis tangan jeno dari lengan kurusnya, matanya langsung menatap tajam kearah wajah pemuda yang masih menunjukkan senyum terbaiknya
“kenapa tidak bersama jaemin sih? Kalian kan serumah”
“jaemin sedang pergi menemani mark hyung mencari buku”
“Lalu apa hubungannya denganku? Kenapa malah mengantarku? Kau kan bisa mengantar yang lain… donghyuck misalnya”
“aku kan cintanya sama nakamoto renjun, bukannya dengan donghyuck”
“menggelikan, minggir”
Akhirnya merasa jengah, jeno turun dari motornya, lengan kekarnya langsung merayap pada kaki dan bahu yang lebih tua, mengangkat tubuh kecil renjun dengan mudahnya
“HEI! KAU GILA! YAH— TURUNKAN!”
“diam disitu ya sayang, oh jangan lupa pegangan yang erat”
Terkutuklah jeno dan motor tingginya, renjun jadi tidak bisa melompat untuk berlari dari sana, terlalu takut karena tingginya motor mahal keluaran terbaru itu
“jung jeno, kuperingatkan kau untuk—YAH! PELAN PELAN!”
Tanpa mendengarkan, jeno mengendarai kendaraan roda dua itu dengan kecepatan tinggi, tidak peduli orang orang yang menatapnya, atau teriakan sipemuda manis dibelakangnya
“kupikir kau bilang akan mengantarku pulang”
Celetuk renjun saat kakinya akhirnya menapak tanah dengan benar, namun sayangnya itu bukan tanah pekarangan rumahnya, ataupun jalan menuju rumahnya, melainkan ke sebuah kedai yang menjual daging panggang
“Kapan aku mengatakan akan mengantarmu pulang?”
Dalam hati renjun mengumpat, karena meski kaki mereka telah memasuki tempat makan itu, ia masih tidak mengingat perkataan bahwa jeno akan mengantarnya pulang
“Tenanglah renjun sayang, aku juga tidak akan berani menculikmu… aku masih sayang nyawaku, kudengar mode wolf ayahmu itu yang paling besar”
Perkataan barusan membuat kepala kecil renjun mulai berfikir untuk membawa ayahnya kemanapun ia pergi, mengingat betapa takutnya jeno pada ayahnya—yang sejujurnya sangat menyebalkan ketika berada dirumah
Hampir saja renjun kehilangan kewibawaannya saat bernampan nampan daging datang, pelayan kedai itu bahkan nyaris tertawa saat melihat reaksi renjun yang terlihat sangat menggemaskan, mata bulatnya semakin membesar melihat hidangan yang disajikan, bibirnya ia gigit setelah lidahnya menjulur untuk membasahi belah bibirnya, oh… kelemahan terbesar omega manis itu tentu saja— makanan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mate ●Book1 [Noren]
Fanfiction"We are bound" "We'll never be a mate" Book 1 of 'THE MATE' Cover art by AKIRA KUSAKA