PROLOG

19 1 0
                                    

"Tolong!"

Sekencang apapun Gadis berlari, maka ia akan tetap kalah dengan kecepatan ke tiga pria yang saat ini tengah mengejarnya. Ia takut, sangat takut sampai-sampai rasanya ia ingin mempunyai kekuatan menghilang agar kenangan buruk itu tak terulang untuk kedua kalinya pada keluarga Bellova.

"TOLONG!" Percuma saja rasanya berteriak hingga suara Gadis habis pun di lingkungan ini terkenal sepi dan jarang dilalui orang-orang.

Grap

Tangan Gadis tertahan, membuatnya berhenti mendadak dan hampir tersungkur ke jalanan,

"Lepasin gue,bajingan!"

"Brengsek biadab!"

"Jauhin tangan kotor lo dari kulit gue yang baru di skincare-in tadi sore!"

Gadis ingin berlanjut berteriak, menjerit, dan meronta untuk di lepaskan. Namun, yang didapatkan-nya adalah sebuah dekapan hangat dan tangan kekar yang menutup mulut-nya agar tak bersuara.

"Ssstt" Desis-nya.

Mata elang dengan manik berwarna abu-abu kelam membuat waktu Gadis sepeti terhenti, ternyata, di dunia nyata benar ada manik mata yang seindah dan seteduh ini. Manik tersebut membuat gadis tenggelam, tenggelam dalam kharisma-nya.

"Astaga.. ganteng banget lo betewe" Gumam Gadis dengan polosnya.

Pria dihadapan-nya memberikan tatapan tajam, "Makasih" Ketus-nya.

"Itu tutupan gak bisa di buka? Biar bisa menikmati Indah-nya pesona mu" Ujar Gadis asal. Pria dihadapan-nya berdecak, "Ini bukan waktu yang tepat buat lo muji gue" desis-nya. Gadis mengangguk, lupa situasi dan kondisi kalau sudah melihat yang tampan sedikit.

"Udah kabur boss, kita gak bisa nemuin"

Gadis langsung menegang kaku mendengarnya, astaga, pasti orang yang sama yang menyuruh preman-preman tersebut menculik-nya.

Lalu yang terdengar hanya langkah kaki menjauh, membuat Gadis kembali bernafas lega dan keluar dari persembunyian-nya.

"Terimakasih ya" Ucap Gadis. "Nama gue, Gadis bellova" lanjut-nya.



"Arkan Leonard" Balas-nya.



-o    o     o      o       o-

TBC

Jangan lupa Vote and Comment guys..

( ! ) ini adala cerita baru yang enar-benar datang dari pikiranku, murni tanpa menjiplak tempat lain.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang