12. LARA

50 5 1
                                    

Lukaku hanya kamu yang bisa mengobati. Bukan orang lain.

***

Malika menatap jendela kelasnya, mengapa dia harus mengalami ini dalam hidupnya? Gadis itu percaya Tuhan memberi ujian untuk hambanya yang kuat. Dia juga percaya pasti ada jalan setiap ujian yang diberikan-Nya.

Berbeda dengan masalahnya kini, yang tak tau akan berujung sampai kapan. Rasanya Malika berada di dunia lain. Apakah hanya dia yang merasakan masalah serumit ini? Apakah jalan yang dia pilih benar? Semoga saja iya.

Dia harus menerima segala luka yang sewaktu akan terjadi. Mungkin sekarang dia pun sudah merasakannya.

"Nglamun aja lo!"

"Eh lo, gimana lomba kemarin?"

"Lancar, kemarin apa ada masalah di sini? Gue dengar lo pingsan."

"Ah itu, gue cuma nggak sengaja kena bola, karena mungkin terlalu kuat gue pingsan deh."

"Yakin, cuma itu?"

Dinar jangan sampai tau kejadian yang menimpa dirinya. "Iya masa lo nggak percaya sih, sama gue."

"Iya deh, gue selalu percaya lahir dan batin sama lo!"

Ucapan yang di lontarkan sahabatnya itu terkadang berlebihan. Malika berdiri hendak membuang sampah kertas yang ada di laci mejanya.
"Eh tunggu, lengan lo kenapa?"

Malika tersenyum kikuk. "Ini, gue kemarin dicakar kucing, lo tau kan kucing gue galak banget."

"Kok kaya cengkraman manusia sih?"

Pada dasarnya Malika memang tidak pandai berbohong. "Lo bohong sama gue ya," sindir Dinar.

"A ... pa ... an sih lo."

"Kalau jujur, kenapa gugup? Udahlah Malika ekspresi lo udah nentuin kalau lo sembunyiin sesuatu dari gue."

Malika terdiam. "Tuh kan, lo nggak bisa ngelak lagi, Lika. Apa ini perbuatan Lyora?"

Malika masih nyaman dengan diamnya, bingung akan mengatakan apa. Karena sekarang dia sedang di sudutkan. "Ini cuma di cakar kucing Dinar," ucap Malika tetap berbohong.

"Kalau lo nggak jujur juga, gue akan kasih tau Malik yang sebenarnya ka—"

"Oke gue akan jujur."

****

"Lo tuh emang nggak tau diri ya!"

"Dinar udahlah, nggak usah ribut lagi."

"Nggak Lika, cewek kurang didikan kaya dia tuh harus dijahatin, gue muak banget sama perbuatannya."

"Lo mau apa hah dari Lika? Seharusnya lo tuh minta maaf sama dia."

Lyora hanya diam dengan senyum menyeringai. "Buat apa minta maaf?"

"Lo tuh emang nggak punya hati ya! Setelah lakuin ini apa manfaatnya buat lo?"

"Lo pasti tau jawabannya."

Kini Dinar beralih menjambak rambut Lyora, "Sekali lagi lo lakuin ke sahabat gue, hidup lo dalam masalah."

Lyora membuang muka, dia melihat Malik yang berada tak jauh dari tempatnya, "Aduh Dinar gue minta maaf, bukan gue yang nyelakain Malika."

"Tadi ngelawan, sekarang mohon-mohon. Dasar nggak waras!"

"Siapa yang nggak waras?" Malik mendekati Lyora yang masih dengan sikap kedua tangan di satukan, memohon ampun.

"Lo nggak tau kejadian kemarin, yang teman lo itu lakuin ke Lyora. Rambutnya acak-acakan, lengannya memar, pipinya juga lebam. Gue nggak tau kalau gue nggak datang, bakal jadi apa Lyora."

Dalang semua kejadian di gudang memang perbuatan Lyora. Dia sudah menyiapkannya jauh-jauh hari. Kemarin Dinar tidak ada, jadi tidak ada yang melindungi Malika untuk menyakitinya.

"Lo tuh nggak tau yang sebenarnya Malik kalau Malika ini—"

"Cukup, gue nggak mau dengar omongan lo, ingetin sama teman lo itu. Jangan ganggu Lyora lagi."

Malika sedih, dia masih terpaku dengan ucapan Malik. Apakah ini benar Malik sahabat kecilnya dulu? Malika tau Malik memang ingin menegakkan kebenaran di sini. Hanya saja dia terjebak oleh sandiwara Lyora.

****

Waktu yang di tunggu telah tiba. Pertandingan basket yang bertempatan di SMA Nusa akan segera di mulai. Setiap sekolah sudah mempersiapkan murid terbaiknya untuk bertanding. Suara peluit menandakan pertandingan dimulai, diikuti dengan tepukan tangan penonton.

Pertandingan berlangsung ketat. Kedua sekolah menampilkan performance dengan luar biasa. Skor akhir dimenangkan oleh SMA Bangsa.

Tim basket SMA Nusa nampak kecewa, "Lo kenapa sih Malik, kaya nggak konsen gitu, pas latian aja lo ngeyakinin kita giliran main lo ngeblank." ucap Dodi kesal.

"Gue minta maaf, udah buat sekolah kita kalah."

"Gue disini kaptennya, gue udah ngeyakinin sekolah kalau sekolah kita pasti menang, tapi ini di luar ekspektasi kita. Apa ini ada kaitannya sama Malika?"

Malik memang sudah bercerita dengan Dodi tentang Malika yang mengungkapkan perasaan kepadanya.

"Heeh nggak usah bawa-bawa sahabat gue ya," ucap Dinar tiba-tiba, tidak sengaja mendengar percakapan mereka. "Emang kenyataannya, tim basket putri tuh lebih baik dari tim basket putra," lanjut Dinar.

"Nggak usah sombong deh lo, baru juara satu se kecamatan aja bangga," ucap Dodi tak mau kalah.

"Kalau kalian ngganggep ini salah gue, gue minta maaf." Malika ikut berucap.

"Ini bukan salah siapa-siapa, ini murni kesalahan gue!" ucap Malik beranjak.

****

Malika mencari keberadaan Malik. Ternyata, pemuda itu sedang duduk di belakang sekolah, tempat yang sama dia sukai. Dia mendekati duduk di samping Malik.

"Maaf, lo jadi disalahin sama teman teman lo."

Malik menoleh. "Lo nggak salah."

"Nggak Malik disini gue tetap salah, gue udah ganggu konsentrasi lo." ucapnya menunduk. "Asal lo tau gue nggak pernah jahatin Lyora, gue cuma adu mulut nggak berani nglakuin hal aneh."

"Lo terlalu percaya diri Malika, untuk saat ini gue nggak bisa maafin perbuatan lo yang itu," ucapnya ingin pergi tetapi di sanggah oleh Malika.

"Itu hak lo, gue nggak maksa," kini Malika yang pergi menjauh sembari berlari kecil.

Thank you♡.

Malik dan Malika (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang