Episode 3

21 1 2
                                    

Mereka telah menemukan buku yang mereka cari, kemudian mereka bergegas menuju kassa untuk mentransaksikan buku yang mereka pilih.

Haifa menyodorkan buku pilihannya dan buku pilihan Bagas ke atas meja kassa kemudian si kasir membungkus buku mereka dengan papper bag berlogo toko buku tersebut dan menyebut nominal yang harus mereka bayar.

" Totalnya jadi Rp 145.000 mba" jelas si kasir

"Oh ini mba uangnya" Haifa mengeluarkan uang dari dompetnya namun tiba-tiba bagas menahan tangan Haifa.

"Biar aku aja yang bayar" pungkas Bagas dengan senyum

"Ta tapi kan" Haifa dengan nada gugup

"Udah gak apa-apa Fa aku ada ko, lagian cuma sesekali" lagi-lagi Bagas memaksa.

"Gapapa mba pacarnya kan niat baik mau ngasih, ko mba nya malah gamau" tiba-tiba terdengar suara si kasir dengan sedikit tawa yang membuat mereka berdua saling menatap bingung satu sama lain.

"Yaudah mba ini uangnya"Kata bagas sambil memberikan uang Rp 100.000 sebanyak 2 lembar kepada si kasir kemudian si kasir memberikan uang kembaliannya pada Bagas.

Setelah mereka keluar dari toko Haifa langsung berpamitan kepada Bagas

"Gas aku duluan ya, udah mulai sore nanti angkotnya susah"

"Loh ko buru-buru, kamu gak mau kemana-mana lagi, makan dulu bareng aku gitu atau ke taman ngobrol-ngobrol dulu" pinta Bagas

"Hmmm gimana ya, udah sore si next time kali ya soalnya aku belum izin ke bunda takut dia khawatir"

"Kalo gitu boleh aku anterin kamu pulang? Kebetulan aku bawa motor sendiri"

"Eh gausah Gas ngerepotin nantinya, lagian rumahku juga udah deket ko naik angkutan umum 5 menit juga langsung nyampe"

"Yaudah deh kalo kamu gak mau aku gak akan maksa, tapi boleh kan kalo aku minta nomor hp kamu?"

"Oh boleh, sini hp nya biar aku yang simpen" pinta Haifa sambil mengulurkan tangannya ke Bagas untuk mengambil hp Bagas.

"Nih udah, udah aku misscall ke nomor aku biar aku juga punya nomor kamu" lanjut Haifa sambil tersenyum

"Makasih ya Fa, yaudah aku duluan ya, kamu hati-hati nanti kalau ada yang ganggu di jalan langsung aja telpon aku" Bagas tersenyum lalu bergegas pergi dengan motor gede miliknya

Haifa menatap punggung Bagas hingga hilang dari penglihatannya lalu ia menghentikan angkutan umum yang kebetulan lewat di hadapannya.

...

Ditempat lain seorang lelaki sedang menatap luasnya kota Jakarta diatas rooftop gedung sambil mengingat kejadian yang menimpanya kemarin-kemarin. Frustasi mungkin yang saat ini ia rasakan, perasaannya terpaksa harus di buat pupus oleh kedua orang tuanya.

Devan Santoso ia telah di jodohkan dengan anak dari sahabat ayahnya, karena hal pekerjaan. Roy ayahnya Devan mengalami kerugian besar di perusahaannya sehingga ia terpaksa harus bekerjasama dengan perusahaan milik sahabatnya Adam untuk menyelamatkan perusahaannya yang sedang terpuruk dengan syarat perjodohan antara kedua anak sematawayangnya.

Adam meminta Roy untuk menjodohkan Devan dengan anak gadis satu-satunya Gilsha Moela Wijaya, karena Adam tau betul jika anak gadisnya itu dari dulu memang sudah menyukai Devan putra sematawayang dari sahabatnya Roy.

Roy memang sudah mengetahui hubungan antara Devan dengan Haifa bahkan Roy sangat menyukai Haifa begitupun dengan Dina istrinya, karena ia tau betul Haifa adalah gadis yang baik dan sama sekali tidak membawa pengaruh buruk sedikitpun pada putranya, Roy merasa ini memang pilihan yang berat namun apa boleh buat ia tidak memiliki pilihan lain untuk menyelamatkan perusahaan miliknya.

Devan menatap layar ponsel yang ia genggam sambil memandang lekat foto di layar ponselnya itu, iya itu foto mereka berdua Devan dan Haifa foto yang diambil saat mereka sedang pergi berlibur ke Dunia Fantasi.

Disana terlihat pose Haifa yang sedang tersenyum manis dan Devan dengan pose mata yang melirik ke arah Haifa. Tak henti-hentinya Devan mengelus foto bagian pipi Haifa. Sangat berat rasanya harus meninggalkan gadis yang sangat ia cintai.

Kini Devan telah mengganti nomor hp miliknya atas perintah kedua orang tuanya karena alasan agar Haifa tidak bisa mengbunginya lagi dan sementara ia harus menghilang dari Haifa, ia tinggal di sebuah apartemen milik ayahnya yang tidak banyak orang tahu.

Senja telah pegi meninggalkan langit yang kini diganti dengan gelapnya malam, Devan masih menyendiri disana dengan posisi duduk dan kaki dibiarkan tergantung ke bawah,ya ia sedang duduk disisi rooftop sambil sesekali ia mengacak-acak rambut miliknya. Tiba-tiba Devan berteriak dengan kencang sambil menyebut nama Haifa.

"Haifaaaaaaaa....maafin gue gue emang lelaki pengecut euuughhh..." Teriak Devan dengan rasa penyesalan yang mendalam.

...

Malam ini Haifa duduk ditaman kursi depan rumahnya, kebetulan besok adalah hari libur jadi ia tak perlu repot-repot untuk belajar mata pelajaran kuliahnya, ia sedang membuka aplikasi social media di telepon genggamnya itu, tiba-tiba ada pesan WhatsApp masuk.

Bagas Ishwardana:
"Selamat malam Haifa :)"

Haifa sedikit terkejut dan tersenyum melihat pesan yang dikirim Bagas.

Haifa Kumala:
"Malam juga Gas :)"

Bagas Ishwardana:
"Kamu lagi apa? Kamu udah makan?"

Haifa Kumala:
"Ini lagi duduk di taman depan rumah Gas, aku belum makan soalnya belum laper hehe.."

Bagas Ishwardana:
"Gimana kalo malem ini aku jemput kamu buat makan diluar, bisa?"

Haifa terkejut melihat pesan ajakan yang dikirim oleh Bagas, pasalnya malam ini ia masih ingin sendiri karena ia masih sedih atas kejadian yang menimpanya itu, bayangan Devan masih saja selalu mengelilingi pikirannya walaupun Haifa selalu menutupi hal itu agar semua orang tak melihat bahwa sebenarnya dirinya sangat rapuh.

Haifa Kumala:
"Maaf ya Gas kayaknya aku gak bisa, malam ini aku lagi kurang enak badan"

Dengan berat hati Haifa menolak ajakan Bagas.

Bagas Ishwardana:
"Kamu sakit Fa? Ko gak bilang? Yaudah kalo gitu kamu cepetan masuk ke kamar terus istirahatin biar badannya enakan lagi, soal makan malam nanti bisa kita omongin lagi di lain waktu :)"

Haifa Kumala:
"Makasih ya Gas, yaudah kalo gitu aku istirahat duluan ya"

Bagas Ishwardana:
"Oke, Selamat beristirahat"

Lalu Haifa beranjak dari kursi taman tanpa membalas lagi pesan dari Bsgas.

Kini Haifa sudah berada di dalam kamar miliknya, kamar yang terlihat rapi dengan sedikit hiasan dinding dan terdapat gantungan foto-foto kenangan masa lalunya mulai dari dia masih bayi, tiba-tiba pandangannya berhenti di satu foto, itu adalah foto semasa dia sekolah SMA tepatnya dihari kelulusan dimana kebanyakan dari mereka merayakan dengan mencoret-coret baju seragam oleh cairan berwarna dan juga tanda tangan teman-teman dekatnya.

Satu persatu ia telaah orang-orang yang ada didalam foto itu, disisi paling kanan ada Nino sahabat dekat Devan lalu beralih kesebelah kiri ada Maira dilanjut Vera sahabat Haifa yang kini tinggal di Luar Negeri kemudian ada dirinya Bagas dan terakhir Devan orang yang selama ini membuat hidupnya menjadi berwarna, namun kini justru membuatnya kembali menjadi abu-abu. Tak terasa tiba-tiba cairan bening kembali mengalir dari kelopak matanya itu, lagi-lagi Haifa kembali merasakan sedih karena Devan kembali muncul dipikirannya.

...

Maaf ya kalo banyak typo, aku udah review sebelum aku publish tapi pas udah ke post tiba-tiba suka ada aja yang ilang hurufnya.

Gimana menurut kalian? Makin seru atau malah makin gaje?

Maaf juga partnya pendek-pendek aku belum bisa nulis banyak soalnya masih belajar

See you next part...

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang