그 ꜱᴛʀᴀɴɢᴇʀ

214 30 2
                                    




















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Perpustakaan...

Neraka bagi yang sukanya keributan.

Surga bagi orang yang suka ketenangan.

Yonghee misalnya.

Setengah harinya selalu dihabiskan di perpustakaan.

Sisanya dia habiskan di rumah dan kelas.

Kenapa dia begitu menyukai perpustakaan?

Alasan pertama, dia suka membaca.

Dan membaca di suasana hening dan tentram seperti ini lebih memudahkannya untuk fokus.

Alasan kedua, dia suka melihat Minhee belajar.

Hal itu semakin disukainya semenjak Minhee berada di tingkat akhir SMA yang artinya gadis itu harus lebih sering belajar dengan Yonghee sebagai tutornya.

Rasanya menyenangkan bisa menghabiskan waktu berdua dengan Minhee.

Meskipun yang mereka lakukan lebih banyak diam, tapi Yonghee suka.

Yonghee suka melihat wajah fokus Minhee diiringi suara jam berdetak.

Seperti saat ini.

Minhee duduk dihadapannya dengan buku berserakan di atas meja dan entah bagaimana caranya kini pensil tersangkut di telinganya.

Yonghee tersenyum dan berdiri. Kakinya melangkah mendekati Minhee dan berdiri di belakangnya.

Disisirnya rambut Minhee dengan tangan lalu diikat dengan ikat rambut yang memang biasa dia bawa.

Minhee yang diperlakukan seperti itu tiba-tiba jadi kaget sendiri.

Setelah selesai, Yonghee kembali duduk di depan Minhee.

"Kebiasaan. Pasti ga bawa iket rambut lagi?"

Minhee hanya terkekeh kecil dan menyisir poninya ke belakang telinga.

"Makasih."

"Eum... Lanjutin lagi."

Gadis itu mengangguk dan kembali fokus dengan bukunya.

Semuanya masih terlihat tenang dan menyenangkan di mata Yonghee.

Hingga tiba-tiba, pintu perpustakaan terbuka dengan tidak santainya dan makhluk yang sangat tidak ingin dia lihat muncul dengan senyum konyol khasnya.

"Selamat siang penghuni perpustakaan!" teriaknya ga tau malu.

"Woobin! Harus ya saya kasih surat peringatan lain? Ini perpustakaan, bukan tempat demo."

Woobin cuma cengengesan dan memberi tanda peace dengan jarinya kepada Ibu penjaga perpustakaan.

Lelaki itu lalu melangkah dengan semangat dan duduk di sebelah Minhee.

ғ•ʀ•ɪ•ᴇ•ɴ•ᴅ•sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang