1

10 0 0
                                    

Start.

.

.

.Perkenalkan, namaku Park Yoora. Aku berasal dari keluarga yang biasa saja. Aku memiliki seorang ibu tiri dan kakak tiri. Ayahku bekerja di suatu perusahaan ternama sebagai manajer, yang mengharuskannya sering dinas ke luar kota. Dalam sebulan, ayah hanya bisa pulang ke rumah dua kali. Aku tidak mengerti apa yang dia lakukan. Ibu kandungku sudah meninggalkanku sejak aku berumur 10 tahun karena terlibat dalam kebakaran apartemen. Satu-satunya peninggalan darinya adalah cincin yang ia genggam saat meninggal, dan aku menjadikannya kalung.

Saat ini, aku adalah seorang siswa yang sedang menuju jenjang mahasiswa. Aku bekerja paruh waktu karena sudah mulai libur setelah ujian nasional. Pesta kelulusanku akan diadakan bulan depan. Aku bekerja di berbagai bidang untuk mengumpulkan uang agar bisa masuk ke universitas ternama. Mulai dari barista di sebuah kafe, kasir di supermarket, pegawai bioskop, hingga mengajar les anak-anak. Semua ini aku lakukan untuk membiayai kuliah dan kehidupanku sehari-hari.

Pagi hari yang cerah, seperti biasa, aku selalu membuatkan sarapan untuk ibu tiri dan saudara tiriku sebelum berangkat bekerja.

Di tempat kerja:

"Selamat pagi, Mina sayang," sapaku pada sahabatku yang juga teman sekelasku, yang bekerja di sini.

"Pagi juga, Yoora sayang. Apakah kau sudah makan?" sahut Mina.

"Hehehe, belum tuh. Apa kau membawakanku makanan yang lezat?" ujarku sambil menggoda Mina yang tampak ingin memarahiku.

"Hahaha, aku hanya bercanda. Aku hanya makan roti pagi ini," lanjutku.

"Jangan tertawa, tidak ada yang lucu," sahut Mina.

"Heh, apakah ibu tirimu selalu memanjakan anaknya? Apakah kau merasa nyaman di sana? Bagaimana bisa kau tidur di balkon yang dingin tanpa pemanas ruangan? Aku masih tidak bisa terima perlakuan ibu tirimu. Bagaimanapun juga, mereka hidup dari uang ayahmu." Mina melontarkan banyak pertanyaan karena penasaran dengan kehidupanku yang sangat menyedihkan.

"Sudahlah, biarlah. Lagipula, aku masih memiliki sahabat sepertimu dan ayahku yang sangat kusayangi," ujarku.

Akhirnya selesai juga pekerjaan di kafe, dan saatnya aku menuju minimarket untuk pergantian shift dengan rekanku yang masuk shift pagi.

"Aku datang," ujarku.

"Cepatlah berganti pakaian, aku sedang ditunggu," sahut rekan kerjaku.

"Baiklah. Apa kau akan berkencan?" tanyaku.

"Hei, bisakah kau mengatakannya pelan-pelan? Itu membuatku sedikit gugup," sahutnya.

"Yakk, bagaimana bisa kau akan berkencan dalam kondisi gugup. Baiklah, ini ambillah. Aku yang traktir. Ini akan membuatmu tidak gugup saat berkencan. Semoga lancar," ujarku sambil memberikan minuman ion.

"Terima kasih, kau memang yang terbaik, Ra. Hehehe," sahutnya dengan semangat.

.

.

.

.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UPIK ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang