Ilang terbangun dari tidur saat mendengar suara bantingan benda. Seperti bantingan panci yang terbuat dari alumunium. Terbayang bagaimana suaranya. Saat jatuh saja sudah sangat keras dan berisik apalagi jika dengan sengaja di jatuhkan--dibanting.
Itu adalah ulah Bunda Ilang. Ilang kerap kali mendengar suara seperti itu. Apalagi jika Ayahnya pulang dalam keadaan mabuk.
Kemarin malam, saat Ilang haus ia berjalan sendiri ke dapur. Ilang tidak merasa takut harus berjalan sendiri. Ia sudah terbiasa dengan hal itu. Ia justru takut jika membangunkan Bunda atau Ayahnya. Bisa-bisa Ilang akan dimarahi. Bisa juga berakhir di kunci di gudang.
Saat melewati ruang tamu. Ia melihat Ayahnya pulang dalam kondisi mabuk. Tampak dari ayahnya yang meracau dan sempoyongan saat berjalan. Ilang pun segera berjalan dengan cepat ke dapur. Ia takut di marahi oleh Ayahnya.
Dari dapur terdengar suara ayahnya berteriak memanggil nama Bundanya. Perasaan Ilang tidak enak. Ia jadi takut, menyesal pergi ke dapur. Segera minum dan meletakkan kembali gelas di meja. Meja itu pun cukup tinggi.
"Marti!" Ayahnya berteriak hingga mengagetkan Ilang. Karena hal itu Ilang tidak sengaja menyenggol gelas tadi hingga terjatuh.
Ayah Ilang yang mendengar suara itu memaki. "Kurang Ajar!" Umpatnya.
"Marti! Sini kau!"
Bunda Ilang yang berada di kamarnya tadi pun akhirnya keluar. Setelah menahan diri untuk tidak keluar tadinya. Namun, ia tak cukup sabar. Suaminya itu, Alex pasti akan semakin menjadi. Semua itu bertambah saat suara gelas terjatuh tadi. Pasti Alex mengira itu Marti.
"Sini kau Marti!" Teriaknya lagi saat melihat Bunda Ilang berjalan ke arahnya di ruang tamu.
Di sofa itu. Ayah Ilang tengah duduk sambil menunggu Bunda Ilang.
Ilang sendiri meringkuk di sudut dapur dekat tempat pencucian piring. Tubuh kecilnya bergetar ketakutan. Bibirnya pun demikian. Samar-samar dapat terlihat bibir itu pucat. Keringat mengalir deras hingga membasahi baju tidur bermotif power rangers merah itu.
Alex, ayah Ilang. Menampar bunda Ilang. Bunda Ilang memberontak. Ia merasa tidak salah apa-apa. Benda Ilang mendorong tubuh suaminya hingga terhuyung dan jatuh. Hal itu malah semakin membuat Alex emosi. Ia mengambil remot tv dan melemparkannya ke arah Marti yang mengenai kepala Marti.
Marti kesakitan. " Brengsek! Kau gila yah!" Sudah muak ia melihat suaminya itu.
Suaminya itu mendekat dan menjambak rambut Marti. Marti mendesis kesakitan. Kemudian mendorong tubuh Marti dan menendang nya yang mengenai punggung belakang. Hal itu terasa sangat sakit. Bunda Ilang merintih, namun ia tidak memohon ampun ataupun mengemis maaf. Lelaki yang menyakitinya ini akan semakin menjadi-jadi. Ia senang melihat istrinya itu memohon ampun.
Kesal melihat istrinya itu. Alex pun pergi dari sana. Berjalan sempoyongan menuju kamarnya. Meninggalkan Marti dengan rasa sakit di tubuh juga di hatinya. Bahkan lebih sakit luka yang ada di hatinya.
Ia tidak menangis. Tidak ada gunanya ia menangis. Ia harus melakukan sesuatu. Ia pun mencoba berdiri meski terjatuh lagi. Punggungnya sakit. Setelah beberapa saat, ia pun dapat berdiri lagi sambil berdesis.
Berjalan ke dapur. Ia pun mendengar suara gumaman dan tangisan. Mengambil sapu yang tergantung tak jauh dari sana. Berjalan semakin dekat. Lalu tampaklah olehnya pecahan gelas di lantai itu.
Ilang yang mendengar suara langkah itu semakin ketakutan. Semakin memeluk rapat lututnya.
Bundanya menemukannya. Ilang melihat Bundanya dengan takut-takut. "Maaf bunda maaf.." ucap Ilang sambil terisak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku
HorrorSebuah kasih sayang dan perhatian adalah dambaan setiap manusia. Begitupun dengan aku. Menginginkan hal itu bukanlah sebuah kesalahan. Sakit tak berdarah yang orang-orang katakan itu, kini sedang aku rasakan. Dikarenakan penderitaan dari penelantara...