Revisi part 4. Entah karena modem yang eror, sinyal yang labil, atau apa Chi nggak tahu, jadi eror watty- nya.Makanya, Chi bikin lagi part 4 ini, takutnya "eror" juga waktu dibaca teman- teman semua. Nggak ada yang beda kok. Jadi kalau yang satunya bisa dibaca secara tuntas tas taass, lewatin aja bagian yang ini. Tengkyuuu....
***
BUGH!
Satu pukulan lagi melayang ke wajah tampan seorang pemuda.
"Dasar bodoh! Sudah kubilang hati- hati! Jangan remehkan gadis bodyguard itu dan temannya!" bentak pria setengah baya yang memukuli pemuda itu.
"Maaf, Ayah...."
"Kau... kalau kau bukan anakku satu- satunya, aku pasti sudah menghabisimu!"
Satu tendangan, dua tendangan, diarahkan ke pemuda itu hingga dia muntah darah.
"Cukup, suamiku! Apa yang kau lakukan? Dia bisa mati!" seorang wanita cantik yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja pria setengah baya itu langsung buru- buru menarik tubuh besar itu mundur.
"Biar saja dia mati! Aku menyesal sudah membiarkannya hidup! Harusnya saudara kembarnya yang hidup! Anak itu jauh lebih bisa diandalkan daripada bocah tolol ini!"
"Cukup! Jangan pernah lagi berkata seperti itu pada putraku!" seru wanita itu penuh emosi. "Selama ini dia selalu melakukan apa yang kau suruh tanpa pernah mengeluh. Dia bahkan nyaris mati hanya untuk bisa masuk menjadi anggota geng gila itu! Semua itu dia lakukan demi kau!"
Pria setengah baya itu mengusap wajahnya, masih emosi. "Tapi, dia nyaris tertangkap oleh gadis itu! Kalau dia sampai tertangkap, semua orang pasti akan tahu siapa dalang utama di balik semua kejahatan ini, yaitu aku!"
"Lalu kenapa? Bukannya malah bagus? Bertahun- tahun hatimu dipenuhi keserakahan dan kebencian yang tidak ada artinya. Mereka orang baik dan mempercayaimu sepenuh hati. Tapi, kau malah ingin menghancurkan mereka, mengkhianati kepercayaan yang mereka berikan padamu!"
"Diam kau!" suara pria setengah baya itu menggelegar ke seluruh penjuru rumah, membuat semua penghuni rumah itu bergidik ngeri.
"Kau yang harusnya diam! Sudah cukup kau sakiti anakku. Sekali lagi kulihat dia terluka kau aniaya seperti ini, aku akan membawanya pergi sejauh mungkin darimu!"
"Kau berani melawanku?!"
"Aku tidak takut! Bahkan aku akan bunuh diri bersama anakku jika memang hal itu yang harus aku lakukan untuk terbebas darimu!" mata wanita itu menatap tajam dan penuh tekad. Sama sekali tak ada keraguan dalam suaranya.
Kemudian wanita itu membantu pemuda itu- putranya- berdiri dan pergi meninggalkan ruangan terkutuk itu.
"Siaaalll!!!" geram pria setengah baya itu.
***
Mocha mengusap keringat di wajahnya. Sudah hampir dua jam dia berlatih di halaman belakang bersama beberapa bodyguard dan agen Dirgaputra. Satu per satu, enam orang sudah berhasil dia kalahkan.
"Dia hebat. Apalagi dia perempuan," ujar Max.
Jhon menoleh dan tersenyum miring. "Kau tertarik padanya, Teman?"
"Mungkin. Dia berbeda dengan gadis- gadis di sekelilingku selama ini. Dia juga manis, sangat manis. Sama seperti yang Dad bilang padaku."
Jhon terkekeh. "Kau sudah mulai terperangkap dalam pesona Mocha rupanya."
Max menoleh dan menatap Jhon, tersenyum tipis. "Apa seperti ini ya yang dirasakan Freddy dan keponakan Ester itu?"
Jhon mengedikkan bahu dan memandang ke tempat Mocha yang mulai melawan seorang lagi. "Mungkin. Entah bagaimana gadis galak dan cenderung sadis itu bisa menarik perhatian pria- pria tampan seperti kalian. Awalnya Freddy memang hanya main- main, tapi beberapa lama setelah peristiwa "pematahan" itu dia sepertinya benar- benar menyukai Mocha. Tapi, dia tidak berani bilang dan pastinya gengsi. Biar bagaimanapun Mocha sudah menolaknya mentah- mentah, membuatnya patah tulang, dan usia mereka yang terpaut jauh. Freddy lebih cocok jadi om daripada kekasih untuk Mocha yang baru menginjak remaja."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mocha (KaryaKarsa)
AcciónMax, pemuda jenius pewaris tahta Dirgaputra yang nyawanya diincar beberapa orang yang tidak menginginkannya menjadi pewaris selanjutnya. James- sang ayah- memutuskan untuk mencarikan bodyguard terhebat setelah "kecelakaan" yang dialami Max. Melalui...