02. 04.00 AM

86 10 1
                                    


21.00

"Belum mau tidur?"

Gabriel memandang kekasihnya dengan netra masih sangat jernih. Puppy eyes yang siap melelehkan Sankara seketika.

Mereka berbaring di ranjang. Bersebelahan. Siap dengan piama masing masing. Sankara tidur menyamping, memandang kekasihnya yang belum memprlihatkan tanda tanda mengantuk.

"Belum. Nggak ngantuk." Ujar yang lebih tua, kembali menatap ponsel.

Sankara menghela nafas. Tidak usah ditanya apa yang sedang dilakukan Gabriel. Pemuda 25 tahun itu menekuni hobinya. Menonton film. Membiarkan Sankara memeluk sebelah lengannya dan mencari kehangatan di sana.

22.00

"Gabriel. Ayo tidur?"

Sankara mengerjapkan matanya berat. Sangat berat, malah. Ia dapat tertidur seketika. Namun Gabriel masih setia mengacuhkannya.

"Kara ngantuk?"

Akhirnya. Atensi yang dibutuhkan pemuda 23 tahun itu didapatkan. Dengan lemah, Sankara mengangguk. Mengusap matanya pelan.

"Yaudah bobo dulu gih?" Gabriel membenarkan posisi yang awalnya bersandar pada kepala ranjang menjadi tidur menghadap Sankara.

"Enak banget ya cuma nyuruh bobo duluan." Sungut Sankara, mengantuk begitu masih sempatnya mengomel.

Gabriel tertawa kecil. Lantas meraih tubuh tegap Sankara ke dalam pelukannya. Tentu saja disambut yang lebih muda dengan pelukan erat di pinggang Gabriel. Makin membenamkan wajahnya pada dada bidang Gabriel diiringi gumaman mengantuknya.

"Ayo bobo. Jangan ngomong aja." Titah yang lebih tua. Menarikan jari jarinya di punggung lebar Sankara. Memberi pemuda itu kenyamanan berlayar di alam mimpi.

03.30

Sankara menguap lebar lebar. Kedua netranya perlahan memfokuskan pandangan. Kamarnya masih benderang. Ia tidak mengernyit. Menduga apa sudah siang.

Suara terkekeh di sebelahnya sedikit mengagetkan. Rupanya ia tidur memeluk pinggang Gabriel. Tapi lelaki tampan yang berusia dua tahun lebih tua itu malah setengah bersandar pada kepala ranjang, sibuk dengan ponselnya.

"iel..." Suara serak Sankara mengalihkan Gabriel dari apapun-yang-sedang-ia-tonton.

"Kok kamu bangun?"

Sankara berdecak. Gabrielnya belum tidur. Ia meraih ponsel sang kekasih, mematikannya seketika dan meletakkannya di bawah bantal.

"Tidur."

Final. Tidak dapat dibantah.

Namun bukan Gabriel namanya jika menurut. Ia malah merengut. Memandang Sankara sengit.

"Gabriel."

Yang disebut masih memajukan bibirnya tanda protes. Namun tetap mendekatkan tubuh pada Sankara yang sudah membuka kedua lengannya.

"Tapi peluk ya?"

Sankara terkekeh kecil. Tangannya mengusap lembut surai hingga punggung Gabriel. Berhenti sebentar di pinggul, memberi remasan kuat di sana.

"Iya dipeluk terus. Bobo yuk?" Bisiknya pelan, menciumi kening yang lebih tua.

Gabriel menggumamkan sesuatu yang tak bisa ditangkap maknanya. Gumaman mengantuk, mungkin? Semakin mengeratkan pelukan.

Dengan itu, Sankara menepuk pelan punggung Gabriel. Sebelum kemudian beralih ke pantat yang lebih tua. Tentu saja dihadiahi gumaman protes.

Sankara mengabaikan protes itu karena nyatanya Gabriel pun menikmati tepukannya. Seiring teraturnya hembusan nafas Gabriel, Sankara berbisik pelan, menyenandungkan lagu favoritnya.

"Wherever you are, I'll always make you smile. Wherever you are, I'm always by your side. Whatever you say, kimi wo omou kimochi. I promise you "forever" right now..."

"Good early morning my dear angel. Sleep tight..."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sankara Gabriel Universe.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang