Kangen MIPA-5!!!

160 18 11
                                    

Senin.

"Upacara selesai, pengumuman, pengumuman."

Akhirnya.

Salah satu penderitaan di awal minggu selesai. Walaupun masih suka ada embel-embel beberapa pengumuman lain serta beberapa ocehan atau teguran karena beberapa peserta upacara yang nggak tertib. Setidaknya, topi abu-abu ini, eh bukan. Topi biru muda tepatnya. Bisa di lepas dari atas kepala. Kepala gue akhirnya bisa ikutan napas.

Sedihnya, kelas gue terletak di lantai tiga. Jadi masih ada kurang lebih dua puluh empat anak tangga yang harus dilewati. Gapapa, masih pagi.

Untungnya, setiba di kelas, udara dingin dari AC menyambut gue dan temen-temen gue yang kegerahan. Walaupun dinginnya AC di kelas gue membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Gapapa, yang penting dingin.

"Clar, bagi minum lo ya." Kata Mia dengan segala tingkah cacing kepanasannya. Setiap hari, Mia bawa botol air minum yang ukurannya kurang lebih sekitar 500ml. Sedangkan gue, tiap hari bawa botol air minum yang ukurannya 1L.

Kebiasaan kita akhir-akhir ini adalah membeli air mineral yang ukurannya besar di ibu kantin. Julukannya 'ibu duduk' soalnya duduk mulu, jarang berdiri. Hehehe.

Di ibu duduk, botol air minum yang ukurannya 1500ml itu harganya Rp4000,00. Ibu duduk pernah cerita ke gue, katanya harusnya harganya lima ribu, tapi udah terlanjur dikasih tau empat ribu. Jadi yaudah dijualnya segitu. Kepada ibu duduk, makasih bu. Semoga kita bisa cepet-cepet ketemu lagi.

Terus botol air minum itu bakal gue bagi dua sama Mia. Biasanya sih habis. Kadang gue beli dua, satunya buat diri sendiri.

Selasa.

Hari ini adalah hari tersantai di sekolah.

Empat jam pelajaran pertama itu lintas minat, guru ekonomi gue yang paling gue sayang, terlalu baik walaupun emang ngeselin. Kayaknya nggak ada satu minggu tanpa ngucapin, "Minggu depan ulangan ya!" padahal ujung-ujungnya, minggu depannya pasti ada aja halangan yang menghambat terjadinya ulangan. Ya gitu deh. Semoga kita cepet-cepet ketemu lagi ya, bu.

Jam setelah istirahat itu adalah pelajaran agama. Nah, yang kebetulan guru agama gue sangat asik nan kocak. Aduh jadi kangen. HAHAHA. Temen-temen gue: Raja, Handy , Michael. Kita berempat biasanya terdampar di ruang komite dengan guru agama kita itu. Nggak tau gimana, pokoknya selalu ada kasus 'membacot-mengacangi'. Yaudah kalian tebak sendiri, siapa yang membacot dan siapa yang mengacangi. Gue anak baik-baik kok. Raja dengan muka yang alisnya segala di naik-naikin sebelah, Handy dan Mike yang main game terus sampe mampus. :)

Sebenernya gue sendiri, belajar agama di ruang bimbingan konseling sama guru agama gue yang sebenarnya. Iya yang tadi nggak sebenarnya. Bingung nggak? Intinya, gue punya dua guru agama. Kalau misalkan guru agama gue yang sebenarnya yang biasanya ada di ruang BK itu nggak ada ( dan lebih sering nggak ada)  gue akan gabung ke guru agama gue yang kocak itu (tapi biasanya dia juga nggak ada). Yaudah, intinya dari segala inti, pelajaran agama gue suka  free class gitu.

Setelah itu ada pelajaran Basa Sunda yang gurunya dengan segala kecanggihan teknologi yang dia punya, yaudah intinya dia keren aja. Biasanya, Nadine dan Alika, salah satu temen kelas gue, suka banyak nanya gitu ke guru Basa Sunda. Walapun jam ngajarnya udah habis. Kenapa? Biar guru fisika gue jam-nya kepotong. Hehehe, kadang berhasil, kadang nggak sih.

Dan hari selasa di sekolah di akhiri dengan pelajaran fisika. Gurunya...baik kok. Kalau mood dia bagus, sekelas pasti aman. Kalau moodnya jelek, yaudah banyak doa aja. Nilai ulangannya? Aman. Kepala dua sampai tiga aja udah bangga. Lebih tepatnya, bisa jawab soal pake rumus dasar aja udah bersyukur. Tapi nilai di rapor aman banget kok. Hehehe.

Before QuarantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang