S. A. T. U

7 2 0
                                    

Hampir 10 tahun bersama keanehan ini. Ia kembali merasa pusing.

Aku belum sarapan.
Oh ya tuhan,tampan sekali lelaki itu. Aku tidak pernah melihatnya
Oh, tugasku! Bu Nita...berbaik hatilah hari ini
Dan segala macam dengungan dikepala lelaki itu. Andai saja dia bisa berhenti.

"Kamu..baik-baik saja?"
Yang ditanya hanya mengerjap, lalu menyipit tajam. Kenapa tidak ada ilustrasi yang tertera di kepalanya?

"Namaku Adena. Kamu,murid baru?"

Benar benar tak ada ilustrasi? Gadis ini tak punya pikiran? Atau,gadis ini tak punya otak? Ah,kasar sekali. Ia menunduk,menyadari ada seuluran tangan yang menunggu

"Samurai,"

Adena menatapnya ragu, Samurai menambahkan
"Iya,gue anak baru,"

Adena malah memejamkan mata, Samurai bingung
"Kenapa?"

"Tangannya," keluh Adena. Tangan mereka masih berjabatan.

"Oke..Adena,bisa anterin gue kemana aja yg gue bisa dapat informasi?"

"Panggilnya Nana aja ya, Samurai,"pinta Adena

"Dan Lo. Panggil Rai aja,"

"Ke ruang guru?" Dena ragu. Samurai mengangguk,mengikuti langkah kecil Dena,masih berpikir. Ini bocah,gimana pikirannya nggak kebaca? Padahal,siapapun yg melintasinya,Rai yakin. Gema pikirannya ia bisa baca.

"Permisi,Bu. Ini Dena mau ..em..ada murid baru,"
Samurai mengangguk santun,Dena menatapnya sebentar

"Aku duluan,"

"Thanks,"

"Iya.."

Begitu keluar Dena berlari menuju perpustakaan. Menyelinap diantara rak buku,lalu menyesap permen susunya. Inget Dena,Lo nggak boleh jatuh cinta. Tapi,dia siapa? Kenapa tangannya tadi seperti akar?

---------------------------------
Adena bukan teman sekelasnya. Itu yang Samurai simpulkan. Ia bahkan sudah 2 Minggu ini berkeliling untuk mencari gadis itu. Nihil, Adena tak ditemukan. Bahkan radarnya tak dapat menemukannya. Kenapa Samurai frustasi? Samurai juga tak tahu

"Woi,Rai! Basket apa voli?"

"Ngikut," jawabnya sambil mengikat sepatu

"Lo jago yg mana?"

"Voli,"

"Oke. Kita maen basket,"

Samurai ingin menghantam Roni dengan sepatu paskibra nya. Roni memang menyebalkan,mana pikirannya mesum semua. Samurai benci dekat-dekat dengan Roni,nanti menunggu beberapa waktu kedepan,ia akan memblock ilustrasi pikiran teman itu.

"Maaf Roni,kelas kita udah disuruh basket. Kalian voli aja ya,"

Samu mengernyit,bertanya pada Andi,"siapa?"

"Ketua kelas anak unggulan. Si Ninja."

"Kita bareng Ninja olahraganya? Ya ampun,mimpi apa semalam,Luna cantik?"
Oke. Aku harus bikin ninja suka sama aku. Titik.
Samu bergidik sendiri membaca pikiran Luna.

"Apa bagusnya,Ninja?" Lirih Samu. Luna langsung meradang.

"Gue tau Lo cakep,Rai! Gue tau otak Lo encer banget! Tapi,hati nggak bisa dipaksa kan? Ninja itu berarti banget buat gue!"
Berarti banget buat kelancaran bisnis gue

"Emang,bisnis Lo apa?" Samu keceplosan menanggapi pikiran Luna.

Luna mendelik tajam
"Lo denger gue ngomong bisnis?! Otak Lo ya tuhan,Rai!" Luna seperti kehabisan kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gravitasi (Ketika Kita Butuh Keseimbangan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang