prolog

13 0 0
                                    

"Pendidikan itu penting,, tapi sekolah tidak begitu penting. Mau sekolah ataupun tidak selama kita bisa mendapat ilmu itu sudah baik bahkan lebih baik karena kita langsung praktek, karena praktek dan materi jauh berbeda tingkatannya".

Kalian pernah berpikir begitu gak sih?? Itu anggapanku saat bimbang masuk sekolah menengah atas. Sejatinya dari lubuk hati paling dalam aku sudah 'agak' malas berpikir, namun kenyataannya nilaiku selalu bagus dan selalu dapat peringkat, meskipun bukan rangking 1 yang pasti nilaiku selalu diatas dan satu lagi, aku sering diikutkan lomba meskipun tidak pernah menang, hahahah.

Bukan hanya di sekolah aku memiliki prestasi, di pesantren pun aku berprestasi, kalian pasti tau lah ya prestasi paling tinggi dipesantren adalah di kenal oleh Abah yai dan Bu nyai.

Aku masuk kategori itu, meskipun melalui berbagai bidang spesialis, seperti ahli takziran, ahli bedal, ahli takziran ndalem, ahli dekorasi dan satu lagi meskipun 3 hari sekali aku termasuk santri yang ahli setor hafalan. Di antara teman-temanku aku yang paling sregep setor dan paling cepet hafalannya mencapai target, bukannya sombong tapi ini juga diluar kesadaranku.

Oh ya, perkenalkan namaku Tsuraiyya atau sering dipanggil Aya atau roiyya santri putri sebuah pondok pesantren Tahfidzul Qur'an dan seorang siswi atau lebih tepatnya alumni Madrasah Tsanawiyah Negeri didaerahku. Aku anak dari pak Imron dan Bu Romlah dari 2 bersaudara, adikku bernama said, sudahlah ya gak begitu penting.

Hari ini aku resmi menjadi alumni pondok pesantren Tahfidzul Qur'an yang lumayan dekat dengan desaku.
"Yang Semangat belajarnya ya nduk...semoga bisa menjadi orang yang sukses dunia akhirat" itulah pesan dari Bu nyai saat bapak sowan boyong tadi sore. Aku merasa bahagia karena sudah lulus Mts namun aku juga sedih karena aku sudah beranjak dewasa dan yang kutahu dewasa itu ada juga tidak enaknya.

Sudah sejak lulusan Mts satu bulan yang lalu, bapak dan ibuk memilih-milih sekolah untukku. Tentu saja mereka ingin aku sekolah sambil mondok, karena masih muda harus belajar semuanya baik dunia maupun akhirat, menurut bapak.

"Buk ...Kulo kok malah mpun mboten pengen sekolah toh... Pengen kursus-kursus ngoten oo..." Kataku pada ibu saat menonton tv bersama.

"Iseh nom sekolah kok males, sok mben nek wes tuo Kayo bapak ngeniki lak menyesal..."kata bapak saat mendengar ucapanku.

"Hemm...geh kan pengalaman dan pelajaran gak harus disekolah pak, nek kursus malah langsung praktek pak..." Jawabku santai sambil memakan kripik tempe ditoples.

"Iyo nduk, tapi sekolah kui y penting, ndek biyen bapak ae pengen sekolah gak ndwe biaya..." Kata bapak lagi. Sikeluargaku memang biasa berinteraksi santai dan tidak sungkan-sungkan untuk mengungkapkan sesuatu.

"Hmmm ... Geh mpun, Aya mondok mawon geh..." Kataku lagi.

"Ya kalau bisa sambil sekolah..." Kata bapak lagi. Akhirnya perbincangan pun berakhir ditutup dengan mulai nya rapat DPR di televisi.

*****

Hari ini bapak mengajakku ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah bisa dikatakan luar propinsi tapi masih perbatasan.

Aku melihat ke sekeliling, hanya ada 6 ruang kelas dan satu gedung yang masih proses pembangunan.
"Sekolahnya mana? Masa disini?" Batinku saat melihat gedung sekolah yang menurutku masih minim.

Setelah mendaftar sekolah aku diajak salah satu siswi untuk melihat-lihat pesantren yang letaknya cukup dekat dengan gedung sekolah. Cocoklah buat yang suka telat heheh...

Saat masuk gedung pesantren suasana berbeda lagi, aku merasa akan 'kurang' betah disini, menurutku masih lumayan pondokku yang dulu. Setelah berkeliling akhirnya aku pulang dengan bapak yang dipenuhi senyum bahagia. Beliau sangat ingin aku mondok di pesantren yang diasuh oleh kyai yang masyhur di daerahku ini. Ya sudahlah, dinikmati saja...

Meskipun begitu dalam lubuk hati yang paling dalam aku berpikir
Apakah aku betah mondok disini?
Ini jauh loh, ntar kalo mau mbedal gumana?
Apakah aku betah sekolah disini?
Jalan raya jauh lagi, kalau mau keluar gimana?
Ongkosnya pasti mahal kalau keluar buat pulang..dan lagi seragamnya kok gitu sih...hwaa...(jelek, menurutku)

Pokoknya dalam pikiranku hanya gimana caranya mbedal.
Ah, apalah...yang penting sekolah, dari pada dinikahin..ya kan...

Akhirnya Akupun menuruti kemauan bapakku tercinta sejagat raya.

Oh iya, aku memang mondok di pesantren Tahfidzul Qur'an tapi aku belum hafal 30 juz ya, masih juz 30 dan surat-surat pendek lainnya, seperti surat yasin, waqi'ah, Al Mulk dll. Soalnya sejak awal memang aku tidak ikut program tahfidz, ibuk gak tega katanya..banyak tuntutan hafalan.


*Oke man teman semuanya...
Kali ini author ingin kembali dengan cerita berbeda ya...
Ada sedih, bahagia, lucu, memalukan dan banyak lagi, yang pasti kisah ini akan mengingatkan teman-teman semua bahwa menjadi santri adalah anugrah...dan tentunya akan membuat kalian mengingat betapa hebatnya seorang santri...hehehe
Yuk ah, lanjut apa Ndak ini??😁

Tsurayya the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang