Santri Baru

5 2 0
                                    

Aula Al Jihad pondok pesantren an Nur yang terletak di lantai 3 menjadi tempat untuk santri baru tahun ini.

Saat pertama masuk aula aku langsung disambut riuh suara ratusan santri putri yang berdengung entah membicarakan apa, lebih tepatnya suasananya itu seperti hmmm...apa ya, seperti 'pengungsian' mungkin, semua barang berserakan, kardus, tas, kresek yang berisi pakaian, kotak sabun, cibuk, dll pokoknya serba berserakan.

Karena ini aula masih 'darurat' karena semua santri baru belum terdaftar di salah satu kamar jadi semua serba berserakan.

Aku berjalan pelan mencari tempat yang masih kosong untuk tempat tas dan kardusku. Dipojok dekat jemuran masih kosong, hanya ada 2 santri yang disana tapi tempatnya diluar aula, tapi gak apalah, toh ini juga sementara besok kalau sudah pembagian kamar pasti sudah terkondisikan, pikirku.

"Maaf mbak, saya boleh ikut disini?" Tanyaku pada mereka.

"Boleh mbak, silakan..." katanya ramah. Aku segera menaruh tas dan kardus yang kubawa dan kembali turun untuk berpamitan dengan ibu dan bapak.

"Ya sudah nduk, bapak dan ibuk tak pulang ya... Sudah malam... Yang krasan ya nduk..." Kata bapak saat berpamitan. Air mataku sudah menggenang di pelupuk mata, tapi aku sadar saat aku menangis ibuku juga pasti menangis, jadi kutahan air mata itu sampai mereka hilang di tikungan.
Hwaaa.....ibuk ikut pulang ...!!! Jeritku dalam hati.

Aku segera naik keatas ke tempatku meletakkan tas tadi. Semua heboh membuat aksesoris untuk MOPD atau sering disebut Masa Orientasi Peserta Didik, tau lah ya ribetnya siswi baru, buat rok dari tali rafia, membuat baju dari kresek merah besar, membuat gelang dari rafia dan tidak lupa membuat papan nama dengan ejaan terbalik. Hah, pokoknya ribet..!! Aku semakin malas sekolah..!!!!

Aku menyeka air mataku yang sedari tadi masih saja ingin mengalir. Aku gak betah disini. Dalam hati aku berkata-kata.

"Kenalan mbak, namaku Arin..dari Tuban..sampean?" Sapa gadis cantik yang bertempat di sebelahku.
Aku tersenyum.

"Aku Aya..."

"Kalo aku Shofi, salam kenal yah.." kata yang satu lagi dengan senyuman manisnya.

Akhirnya kamipun berbincang akrab sambil membuat aksesoris mos. Sedikit lebih tenang untuk melupakan rumah dan ibu bapak.

Pagi ini suasana terasa berbeda, berbeda banget pokoknya. Rusuh. Semua heboh antri mandi, pake aksesoris dll. Aku yang sudah bangun sejak pukul 01 malam tadi sudah mulai ngantuk lagi setelah ikut membaca wiridul Latif ba'da Subuh. Aku bangun jam 01 buat apa coba? Buat mandi lah...kalo gak cepetan bangun gabakal kebagian antri sama santri lama.

"Aya,, ayo siap-siap sekolah, ntar telat MOPD dihukum loh.." kata arin yang sudah ikutan heboh nyari perlengkapan MOS. Aku kembali menguap, entah yang keberapa kali sejak dari musholla.

"Ayo ya... Nanti ada pembagian kelompok loh..." Kata Shofi menambahi. Aku pun mengambil seragam dari dalam tas dan segera memakainya.

Arin dan Shofi adalah teman pertamaku sejak masuk pesantren atau lebih tepatnya kemarin sore. Itulah salah satu kelebihan santri, mudah bergaul. Baru kenal langsung akrab, jadi jangan BAPER dulu ya kalo kenalan sama santri kok dianya langsung care, bukan berarti dia respect sama kamu tapi itu sudah bawaan. Hahahha.

"Pengumuman-pengumuman, bagi seluruh santri baru harap segera masuk ke ruang yang sudah ditentukan.." suara dari toa itu menggema di seluruh pelosok pesantren. Aku, Shofi dan Arin segera berlari menuju ruang yang kemarin digunakan untuk pertemuan sebelum MOPD.

Satu jam mendengarkan penjelasan-penjelasan soal pesantren dan pengasuh sudah cukup membuatku ngantuk. Mataku meny
apu setiap sudut ruangan tanpa satupun tertinggal. Dan ternyata ada satu kejanggalan yang belum aku sadari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tsurayya the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang