Gadis itu masih belum beranjak dari tempat duduknya. Matanya masih menerawang menatap pucuk - pucuk pohon yang terlihat dari balkon kamarnya yg berada di lantai dua. Kegelisahan tampak jelas di gurat wajah manisnya. Berkali - kali terdengar helaan nafasnya.
"Nis...." terdengar panggilan dari seorang wanita setengah baya yang masih terlihat cantik meski gurat2 wajahnya mulai menampakkan kerutan - kerutan halus. Wanita itu memasuki kamar gadis yg di panggil "Nis" dan membawa langkahnya menuju balkon. Melihat putrinya tidak merespon panggilannya dan terlihat melamun, membuat sang ibu melangkah mendekati sang putri.
"Oh, ibu?" dengan terkejut gadis itu mendongak ketika bahunya di sentuh lembut. "Ada apa bu? Denis tidak mendengar ibu masuk"
"Itu karena kamu melamun sayang. Apa yang kamu lamunkan hmm?"
"Hhhh...Denis masih kepikiran dengan apa yang ayah katakan tadi. Kenapa ayah menerima lamaran Om Danu tanpa meminta pertimbangan Denis dulu?"
"Itu karena ayahmu dan Om Danu sudah berjanji akan menjodohkan anak - anak mereka sejak mereka masih kuliah. Dan kamu juga sudah kenal kan dengan Mas Dewa, putra dari Om Danu?" jelas ibunya.
"Denis memang tau Mas Dewa, tapi kan tidak kenal dekat bu. Ketemu aja belum tentu setahun sekali, itu juga kebetulan", sungut Denis.
"Oleh karena itu ayahmu dan Om Danu akan merencanakan pertemuan kalian untuk makan malam. Supaya kalian belajar mengenal satu sama lain" sahut ibunya.
"Ayah dan Om Danu bahkan sudah menentukan pernikahan 3 bulan lagi. Ibu kira cukup mengenali seseorang hanya dalam waktu 3 bulan?!", sanggahnya.
Denis menatap mata tua itu yang di liputi kesedihan dan permohonan. Kalah...Denis kalah. Meskipun keras kepala, Denis sangat menyayangi orang tuanya.
********
Hari ini adalah harinya. Denis memandang kaca di hadapannya. Seorang gadis cantik dengan rambut yang di jalin indah dengan beberapa untai bunga dan beberapa helai yg menjuntai. Wajahnya terpoles make up yang soft alami namun tampak sempurna. Gaun putih berpotongan terbuka pada bahunya dan ekor gaun yang melandai hingga 2 meter dari ujung kakinya. Di tangannya terdapat buket bunga putih yang cantik.
Namun tidak ada debaran atau gelisah dalam hatinya, seolah dia hanya pasrah menerima semuanya seperti robot yang di program untuk kelangsungan pernikahan ini dan kehidupan selanjutnya setelah acara ini selesai. Dia hanya berharap kalo semuanya akan baik - baik saja.
"Anak ibu cantik sekali!" pekik ibunya begitu membuka kamar hotel dimana Denis melakukan persiapan untuk pernikahannya. Perias yang sedang memberikan sentuhan akhir pada rambut Denis mengundurkan diri ketika sang ibu mendekati putrinya.
Denis hanya diam sambil memandang lekat - lekat wanita yang melahirkannya 25 tahun lalu. Kemudian dia memandang kosong ke arah jendela. Ibunya melihat tatapan dingin namun sarat dengan kepasrahan dalam mata yang cantik itu.
Ibunya hanya menghela nafas pelan melihat reaksi Denis. Putrinya memang anak yang keras, mandiri dan tidak banyak bicara. Namun sebagai orang yang melahirkannya, dia tahu kalau putrinya tidak menginginkan pernikahan ini. Namun Denis sangat menyayangi kedua orang tuanya dan tidak ingin mengecewakan mereka. Sebenarnya dia juga menentang ide suaminya untuk menjodohkan Denis dengan anak dari sahabat suaminya, karena dia juga tidak mengenal Dewa, anak Danu. Namun apa daya...suaminya juga keras pendiriannya dan pantang ingkar akan janji yang sudah di ucapkan bertahun - tahun lalu bersama sahabatnya. Dia berusaha mempercayai ucapan suaminya kalau Dewa akan membuat putrinya bahagia.
"Acara sudah akan di mulai Nis. Ayahmu sudah menunggu di luar, ayo.." ajak sang ibu sambil menggandeng lengan sang putri. Denis menghela nafas dan mulai melangkah setelah merasakan sentuhan ibu di lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Denis
General Fiction"Jadi begini rasanya menikah karena perjodohan?" ~Denis