(03) Requirements

217 44 23
                                    

Don't forget to leave vomments ya:)

--------------------------------------

Author's POV

"Jadi... Kau sudah bertemu dengan Pangeran Harry tapi kau justru mengira bahwa dia adalah penyusup?"

Laila mengangguk lesu menanggapi pertanyaan dari Nura.

Nura lantas menepuk dahinya sambil memejamkan mata. Tak habis pikir dengan kebodohan sahabatnya itu.

"Astaga... Bodoh sekali kau, Laila. Pasti setelah ini Pangeran Harry akan meminta Ayahnya untuk segera memasukkanmu kedalam penjara bawah tanah atau yang lebih parahnya lagi kau akan langsung diberi hukuman penggal." ujar Nura yang mana hal tersebut tentu saja membuat Laila langsung membelalakan matanya.

Ia jelas tak ingin mati konyol seperti itu. Namun, apakah benar hanya karena kecerobohannya menunduh Pangeran Harry adalah seorang penjahat akan membuatnya diberi hukuman yang berat seperti yang Nura katakan tadi?

Ah, tidak-tidak. Laila harus membuang pikiran semacam itu dari otaknya.

Tapi... Jika memang benar begitu, maka itu adalah mimpi paling buruk bagi Laila.

Bukan, bukan mimpi buruk. Melainkan kenyataan paling buruk.

"Nura, bisakah kau berhenti menakutiku? Kau seharusnya menenangkan aku dan bukannya malah menakut-nakuti aku seperti itu." balas Laila ketakutan.

"Aku tidak sedang menakut-nakutimu, Laila. Aku berkata jujur. Coba kau pikirkan, yang baru saja kau tuduh penyusup itu adalah seorang Pangeran. Bukannya orang dari kalangan biasa seperti kita ini. Bagaimana jika---"

"Ah, sudahlah. Tutup mulutmu itu. Kau semakin membuat perutku terasa tidak enak. Aku harus ke kamar kecil dulu." pamit Laila yang langsung berlari meninggalkan Nura di kamar para selir.

----------------------------------

Laila's POV

"Apa benar yang Nura katakan tadi kalau Pangeran Harry akan memenggal kepalaku karena kejadian tadi siang?"

Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku. Berusaha membuang jauh-jauh pikiran tentang kepalaku yang akan dipenggal oleh Pangeran Harry besok pagi.

"Astaga... Tidak, tidak. Laila bodoh, ayo hilangkan pikiran konyolmu itu dari sana. Itu sama sekali tidak lucu, kau baru saja bekerja disini selama satu hari dan keesokan harinya kepalamu akan dipisah dari tubuhmu. Yang benar saja!" gumamku tak terima.

"Itu mungkin saja."

Aku lantas menghentikan langkahku saat mendengar suara yang amat sangat familiar ditelingaku. Suara yang mampu membuat jantungku berhenti berdetak karena rasa ketakutan setengah mati.

Aduh, bagaimana ini?

"Apakah kau sudah siap jika besok kepalamu akan dipenggal?" tanya suara itu lagi.

Dengan mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang kupunya, perlahan aku membalikkan tubuhku. Menghadap kearah orang tadi.

Benar bukan yang aku pikirkan tadi? Pria ini lagi.

Aku merendahkan tubuhku sebagai tanda penghormatan untuknya. Tak lupa, kepalaku ikut menunduk karena tidak berani menatap manik hijau Pria itu.

"S-selamat malam, Yang Mulia P-pangeran." cekik saja aku.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." ujarnya tegas.

Aku semakin menunduk. Bagaimana ini?? Kepalaku akan dipenggal olehnya!

THE LAST OF US • Harry Styles & Barbara PalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang