Borders

43 6 1
                                    

Everything in creation has borders
which set apart one thing from another.

Seoul, 27 Desember.

Sejujurnya Kang Taehyun tidak mengerti mengapa semua orang—sebagian besar, Taehyun tidak ingat siapa saja tetapi memang sebagian besar—mencintai musim dingin dan salju sampai rela tiduran di atasnya untuk membuat snow angels. Atau membangun benteng dan mulai perang saling melemparkan bola salju, atau membuat Olaf di bawah pohon. Taehyun tidak pernah mengerti.

Musim dingin itu menyiksa. Setidaknya begitu bagi Taehyun. Ia tidak menyukai bagaimana suhu menjadi turun drastis hingga berada di bawah 0 derajat Celcius dan itu mengerikan. Membuatnya terpaksa memakai pakaian berlapis-lapis, kaus kaki tebal yang licin bahkan penutup telinga jika tidak ingin telinganya berdenging menyakitkan. Sekarang, kondisi telinganya sudah jauh lebih baik. Tidak sering berdenging seperti dulu.

Taehyun menyadari bahwa musim dingin adalah batas antara musim gugur dan musim semi. Semua hal diciptakan dengan batas, termasuk musim dingin yang tidak disukainya ini. Bagaimana cara manusia menyikapi batas yang ada, tergantung pada diri mereka sendiri. Entah mencoba melawan batas-batas itu, membiarkannya karena tidak cukup peduli, atau berdamai dengan mereka.

Untuk hal ini, Taehyun pernah memilih cara untuk berdamai dengan musim dingin.

Ada yang bilang kalau musim dingin adalah alasan untuk kembali ke rumah. Musim dingin adalah alasan yang tepat untuk mendapatkan kehangatan, bergumul dalam selimut dengan secangkir minuman panas, untuk sebuah genggaman tangan dan sebuah pembicaraan di antara aroma kopi dan sepotong kue yang lezat. Terdengar sempurna dan Taehyun pernah setuju untuk itu: bahwa musim dingin adalah saatnya untuk kembali ke rumah. Literally atau figuratively.

("Aku tidak pernah mengerti kenapa kau tidak suka musim dingin, Hyunnie. Bukankah salju itu menyenangkan? Lihatlah!"

"Gyu, serius? Kupikir kita sudah bukan waktunya untuk main perang salju?"

"Duh, siapa yang bilang? Semua orang boleh main perang salju!"

"Hahaha! Kena wajahmu! Seharusnya ada yang merekam ketika aku melemparkan bola salju ke wajahmu, Hyunnie!"

"Jangan kaku-kaku, dong! Ayo balas lemparanku! Jangan bilang kau tidak bisa membuat bola salju?"

"...Tidak juga. Aku hanya—"

"To appreciate the beauty of a snowflakes—"

"—it is necessary to stand out in the cold. Aristoteles. Ya, ya, ya."

"Kau mengingatnya?"

"Tentu saja. Kau sering mengatakannya padaku setiap aku tidak mau kauajak keluar untuk main salju. Sekarang, rasakan ini!"

"Kang Taehyun!")

Winter once had a good memories for Taehyun himself. Perang lempar bola salju, membangun snowman di taman, membuat malaikat salju di atas tumpukan kapas dingin itu, sampai merasakan salju yang jatuh ke lidahnya. Musim dingin pernah memiliki kenangan yang indah untuk Taehyun, setidaknya, dua tahun yang lalu.

Ah, lihatlah. Bahkan kenangan indah juga memiliki batasnya sendiri. Taehyun tidak lagi merasakan hal yang sama pada musim dingin setelah dua tahun yang lalu hingga hari ini. Hingga ia berdiri di belakang dua orang gadis SMA yang terkikik pelan sambil memandangi entah-apa di ponsel salah satunya. Hingga ia berada di antrian panjang Starbucks, menunggu untuk mendapatkan segelas kopi Americano yang menjadi kawan setianya setiap hari, seraya menyimpan kedua tangannya di dalam saku mantel dan bergumul dengan pikirannya sendiri. Nyaris tidak mendengar ketika barista yang melayani memanggil namanya kalau saja seorang pria kantoran di belakangnya tidak menepuk bahunya.

BordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang