Kenapa Mencintai Riko

13 0 0
                                    

Cowok keren datang dengan bunga dan didorong oleh teman-teman, itu adalah tiga alasan kenapa aku menerimanya. Apakah aku cinta dengannya? Pertanyaan itu bagai pisau bermata dua karena disatu sisi awalnya aku memang tidak mencintainya dan aku merasa bersalah, jika aku mencintainya itu hanya membuatku dalam posisi yang tidak aku sukai.

Kejadian itu adalah seperti ini, berawal dari aku kelas dua.

"Kenalan, boleh?" Riko datang memberi tangannya, Laeil berada disampingku

Aku tidak sadar, Laeil memukul tanganku.

"Hah iya, kenapa? Sorry," Kataku sambil pura-pura tidak dengar

"Kenalan?" Kata Riko sambil memicingkan matanya kearahku

"Oh iya boleh" Kataku

"Riko Kelas dua IPA 2" Kata Riko memberikan tangannya

"Reina Kelas dua IPA 1" Aku menjawabnya cepat

"Anak pinter nih ye," Katanya agak lama sebelum melepaskan tanganku

"Lebih pinter dari lo si yang pasti" Kataku

Laeil tertawa "Ahaha sorry ya kawan gua suka asal mulutnya, eh kita pindah kekantin aja capek nih lama-lama berdiri"

"Oh iya kalian gua traktir ya" Kata Riko

"Wah beneran Ko, laper nih gua juga" Kata Laeil, Laeil tidak gemuk juga tidak kurus tetapi badannya sedikit tinggi dan tegap, makannya selalu banyak.

Aku tidak peduli.

Laeil sudah punya pacar, kelas dua kami pernah berjanji untuk punya pacar bersama.

"Eh ini ada limitnya gak, soalnya gue laper banget, haha" Kata Laeil, kurasa Laeil-lah sekarang yang mulutnya asal. Soal makanan Laeil jangan ditawarin, bahanya.

Kami terus berjalan sampai dikantin dan memesan dua mie, satu es krim dan satu minuman untuk Laeil, satu cemilan untuk Riko sedangkan aku air putih gratis.

Aku sebenarnya tidak berpikir itu adalah sebuah 'penyogokan', sebagai orang yang berprestasi aku masih sedikit menghargai Riko tetapi aku teringat kata-kata ibuku. "Bisa aja laki-laki hanya suka karena seujung jari kelingkingmu, tetapi wanita harus banyak pertimbangan, ratusan bahkan ribuan, itu harus Reina," sambil mengelus ujung rambutku yang panjang.

Aku selalu terkesima oleh kata-kata ibuku, ceramahnya dan ocehannya setiap pagi, ya walaupun kadang telingaku sakit mendengarnya.

"Ambil aja sesuka lo Eil" dia mengerahkan pandangannya kejajanan sambil mengambil tempat duduk didekatku.

Perbincangan berlangsung basa-basi, aku memberinya nomor WhatsApp-ku, kami semakin dekat dan saat aku mulai menerimanya dia langsung mengambil kesempatan. Sebulan setelah itu.

"Mau gak lo jadi pacar gw," Kata Riko memberiku bunga dan coklat

Tidak tahu kenapa aku menerimannya dari sekian banyak hadiah yang tak pernah kuminta, sebenarnya aku menginginkan sesuatu yang puitis seperti ayahku dan ibuku. Ibuku puitis karena ayahku dan mereka masih saling bertukar puisi, menurutku itu sedikit aneh tapi romantis dari sekedar bunga atau coklat, baju couple, hand[hone, atau yang lain. Adakah sesuatu yang lebih kreatif dan efisien? Aku tahu hadiah itu bukanlah uang dia. Uang orang tuanya, pasti.

HAL YANG KUINGINKAN TERJADITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang