Chapter 12: The Polar Bear Become The Husky For a Second

24.9K 3.9K 713
                                    

Babang Luan kambeeekkk....

gimana, gimana? masih seru, masih mau lanjut? wkwk

Selama berbulan-bulan di rumah ajah, rasanya bentar lagi mau berakar ya. wkwk

bener-bener nggak boleh ke mana-mana, nggak pergi piknik, refreshing, shopping atau apa kek gitu buat menyegarkan otak. boro-boro bepergian, ke alpa doang ajah kalo ketemu orang bawaannya was-was. haha

tapi alhamdulilah Jawa Barat udah kembali ke zona kuning dan pelonggaran PSBB, dan Bekasi bisa dibilang kembali ke zona kuning nyaris hijau. udah nggak ada kasus, dan PSBB nya udah dibuka kembali, cuma kalo mau keluar masuk harus punya SIKM sih. selama berbulan-bulan, bayangin ajah dari awal Maret aku bener-bener nggak pernah ninggalin cikarang sebentar pun. hahahaha

Rasanya nggak pergi ke mana pun berbulan-bulan jenuh juga ya, aku belanja makanan ajah kebanyakan online. Ke pasar ajah nggak pernah. di sini orangnya alhamdulilah taat aturan semua, semua pake masker, tempat cuci tangan disediakan di mana pun dan orang-orangnya banyak yg taat buat gak mudik. udah gitu, meski mall dan pasar dibuka, tetep sepi dan gak ada pengunjung karena orang-orangnya pada takut dan taat aturan. Alhamdulilah Bekasi udah nyaris zona hijau lagi.

semoga daerah kalian juga sama ya, semoga segera zona hijau lagi dan semuanya segera berlalu. semoga si C segera pamit dari bumi kita.

udah gitu ajah, aku cuma mau berbagi kabar gembira ya, jangan kabar buruk mulu tentang jumlah positif, ngeri. haha

semoga kalian suka chapter ini ya!



⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽





Setelah usai pertandingan, semua pemain dan staff makan malam di hotel tempat mereka tinggal sementara. Wajah semua orang dalam keadaan suka cita, terus berbincang tentang banyak hal seakan tak merasa lelah sama sekali. Ruangan itu besar dan terkesan mewah, dengan langit-langit tinggi dan lampu klasik yang menggantung. Ada lima meja panjang dan kursi yang banyak untuk semua orang.

Luan yang menjadi bintang paling bersinar malam ini dengan menyumbangkan dua gol, terlihat sangat tenang dan tetap diam. Di depannya Coach berbicara dengan beberapa pemain lainnya, termasuk Diaz. Meski ketika di meja makan mereka tidak membicarakan strategi di lapangan, mereka terlihat sangat baik dan menikmati makan malam.

Salah seorang pemain bek di meja belakang Luan berbalik dan bertanya, "Luan, kau akan ikut ke club malam ini?"

Luan menggeleng tanpa berbalik, dia tetap mengunyah daging panggang di hadapannya.

Diaz di sampingnya menepuk bahunya dan ikut menimpali, "Sesekali ikut kami. Kau selalu langsung tidur jika setelah pertandingan. Malam ini semua berkat dirimu, kita bisa menang."

Mendengar perkataan Diaz, dia pun menoleh dan memberikan tatapan dingin yang membekukan sekitar, membuat orang-orang di mejanya sibuk dengan urusan masing-masing.

"Come on, dude," ujar Diaz lagi.

"Ini semua berkat kerja keras kita, bukan aku," balasnya dengan penekanan di akhir kata. Nadanya datar, dan terkesan tak peduli. Semua orang dalam tim sudah sangat mengenal sifat Luan yang dingin dan tertutup. Jika tidak diajak berbicara lebih dulu, Luan akan tetap diam sampai semua orang bubar.

Meja pertama dan kedua sudah selesai dengan makan malam mereka, bersiap untuk ke club dan melakukan kegiatan lain. Sedangkan di meja ketiga yang ditempati Luan, masih ada yang belum beranjak. Di meja keempat di mana ditempati oleh para staff masih penuh, dan semua orang terlibat pembicaraan. Luan menoleh ke arah meja keempat tepat di depannya, di mana Lara sedang duduk membelakanginya sambil fokus dengan makanan. Sepanjang makan malam, tak ada yang mengajaknya berbicara––termasuk Lecia yang duduk tepat di depannya.

Damn! He's My Husband (Tersedia Di GOOGLE PLAY & KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang