Tunggu Fajar (sesi 1)

53 0 0
                                    


-------Perkenalan dan Awal Mula-------

Halo, kawan. Selamat pagi! Aku Zoe. Mau nanya nih. Tau bagaimana rasanya menunggu selama bertahun tahun orang yang kamu sukai berharap untuk datang? Sedangkan saat jumpa dia hanya tau kita punya. Rasanya menyakitkan hatinya tapi aku ingin berkata "Kenapa kamu tidak datang saat aku jatuh?" paham?

Takdir mempertemukan dua antara kami. Di kota kecil daerah Nothel. Memang awal bertemu kita hanya sekedar teman berbagi cerita disuatu kegiatan yang mengharuskan kita bercengkrama lebih lama dengan repetisi kegiatan selanjutnya. Aku tau dia sejak bangku SMP kelas satu. Katanya famous. Yasudah hanya sekedar tau saja. Dan aku malah dicomblangkan teman dengan salah satu temannya yang lain. Tapi entah rasanya agak canggung. Tidak berlangsung lama.

Mulanya, saat aku duduk dibangku kelas 3 SMP aku didekati teman kelas samping. Sebut saja Al. Bertemu malu-malu. Tapi dia hanya senyum membuat aku tersipu. "Sudahlah Zoe, sepertinya dia baik." Gumamku. Tak lama, aku ditembak. Bukan "Dor!" tapi menyatakan cinta. Alhasil dia sukses membuatku benar-benar salah tingkah didepan teman-temanku. Dua tahun lebih berlalu hingga duduk bangku SMA, kami saling mengetahui kurang dan lebihnya. Jangan bahas. Cukup aku yang tahu. Tapi rasanya ada yang ku pendam dalam diam diri. Aku sulit mengatakan pada siapapun. Sulit memercayai orang. Hanya sahabat dekat SMA ku bernama Zul. Lalu sampai pada suatu titik Al dan aku memiliki masalah yang hingga pada akhirnya usai. Tapi tak selang lama, kami bisa saling mencerahkan pikiran kembali sehingga bisa bersatu. Namun, sayangnya aku menemukan foto perempuan lain di handphonenya. Aku menahan marah dan bertanya "Itu siapa kamu?" dan "Mengapa dia?" sebab aku mengenalinya juga. Dia menjawab dengan santai sambil menjelaskan. Namun rasanya masih mengganjal. Hingga dua waktu setelah perjanjian untuk tidak menghubunginya, dia melanggar. Bodohnya, aku ingin mempertahankan namun menahan sakit. Rasanya sulit. Kini aku tidak sepenuhnya seperti dulu. Rasanya ingin lepas belenggu, tapi tak bisa karena sayang. Rasanya ingin menghilang, tapi terlanjur lama. Yasudah, aku mencoba bertahan meski tak semantap dulu. Aku hanya berdoa semoga ini cara yang terbaik.

Aku mengikuti sebuah kegiatan disekolah. Sembari mengisi kekosongan. Akhirnya aku daftar diri untuk mengikuti seleksi pemilihan salah satu audisi. Singkat cerita, aku terpilih dengan beberapa temanku dan lolos tiga tahap seleksi. Tentunya senang dan bangga mengitari kami. Aku bersyukur mengikutinya. Memang salah satu impianku juga sejak bangku SMP. Sehingga dari lolosnya sekian orang dari seleksi tersebut terbentuklah tim berjumlah 80 orang. Kami saling berkenalan satu sama lain dibeberapa pertemuan awal sebagai pembekalan.

Saat itu sore pada suatu hari. Timku sedang berkumpul. Namun, diharuskan segera pulang. Tapi tugas tak kelar. Disuruhlah seseorang dan aku mengusaikan pekerjaan bersama. Ternyata itu adalah si dia. Yang aku tau sejak SMP yang famous itu. Tidak akrab, namun kenal. Tapi entah dia mengetahui aku atau tidak. Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Waktunya pulang, sudah hampir malam. Bingung kendaraan untuk pulang. Taunya, arah dan keadaan memihak. Aku dan seseorang itu bersama diperjalanan. Berkenalan, bertanya dan bercerita sedikit. Oh, ternyata dia bernama Dre. Dia seru ternyata. Walau agak kaku. Bercakap ria hingga ke rumahku. "Itu rumahku!" ujarku sambil menunjuk. Sampailah tujuan dengan sedikit tegur sapa kami berpisah dengan senyum. Rasanya ada yang aneh dengan cara senyumku tapi entah. Lupakan.

Singkatnya kami bertemu lagi lain waktu. Meski berbeda sekolah. Dalam event selanjutnya, dia bersikeras mengerjakan semua tugas kami dengan sendiri. Sangat effort ternyata. "Yasudah terimakasih!" ucapku. Setelah itu, waktu demi waktu kami sibuk bersama dalam event persiapan audisi meski jarang bertemu di hari-hari biasa. Namun, tidak tahu mengapa memang harus mengemban tugas bersama. Cerita berlalu. Aku rasa aku tertarik padanya. Ya.. aku sadar aku tidak akan berpaling dari pacarku yang disekolah sekarang. Dan belum pernah sama sekali. Aku tahu aku memiliki lelaki yang sudah lama berjalan. "Tidak mungkin aku melanjutkan dua perasaan dalam satu hati.", gumamku. "Ah, mungkin perasaan sementara. Biasa saja. " sambungku.

Cerita Lalu LalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang