BAB 1 [Mistakes]

1 1 0
                                    


Aku salah.

Salah besar buat mutusin sekolah di SMA yang berbasis militer gini.

Kalau kalian di sekolah bisa labrak kakak kelas balik, aku, jelas gabisa. Kalau kalian bisa melotot balik ke kakak kelas kalian, aku, jelas gabisa. Kalau kalian bisa jalan biasa didepan gerombolan kakak kelas, aku puter balik. Kalau kalian bisa nyerobot antrian makan, aku mundur. Atau parahnya, kalau kalian diklat terbayang hal yang menarik. Buat aku, itu mimpi terburuk yang pernah dirasain sewaktu buka mata. Segitunya memang. Senior punya surat tidak tertulis buat bener-bener dipatuhin.

Akhirnya, aku bener-bener harus menekan jiwa-jiwa frontalku.

"Nurse-" panggilku pada perawat pribadi sekolahku. "Berangkat sekarang?" tanyaku memastikan sambil menggenggam erat tas selempangku. Dengan tersenyum lebar seperti anak TK yang siap diajari apapun.

Pasalnya, keluar asrama benar-benar hal yang langka. Dan setiap aku keluar, berarti kesempatan aku beli jajan-jajan buat simpenan di kamar. Ini kesempatan paling berharga buat anak asrama. Keluar dari suasana itu-itu aja bener-bener relaxing time banget.

Bersyukurlah buat yang sekolah di SMA reguler.

"Ayok nduk naek," Nurse Putu -nurse yang akan mengantarku keluar- sudah menyalakan mesin motor dan membenarkan posisi duduknya. Aku yang sumringah segera duduk dan motor pun melaju perlahan.

Kira-kira sudah 4 bulan aku menjalani kehidupan sebagai anak asrama dengan tambahan latihan militer. Kulit pun gosong, sampe bingung rasanya gimana biar putih dan bersih kaya sebelumnya. Dan direntang waktu itu, aku benar-benar sudah mengalami banyak hal. Yang duka entah gimana lebih banyak datangnya. Di antara 4 bulan itu juga, aku ga berenti buat ngomel buat aturan tertulis yang ada, apalagi aturan tidak tertulis yang gak tertera saat aku mendaftar. Benar-benar berat.

Luckily, I'm still alive haha.

Di asramaku, kami bisa keluar dengan dalih kontrol gigi bagi kami yang memakai behel. Ini semacam privilege buat kami. Dan dengan ini juga, aku bisa keluar hari ini dan di waktu ini, aku bener-bener bahagia buat keluar. Yang pastinya aku gatau, kalo beberapa jam berikutnya, aku akan menentukan gimana kehidupan SMA-ku berjalan nantinya.

Tidak butuh waktu lama sampe akhirnya aku selesai. Aku tergolong masih baru pasang behel, baru 1-2 bulan yang lalu. Masih baru dan masih belum terbiasa. Rasanya benar-benar sakit buat sekedar ngomong. Percaya, kesentuh bibir sendiri aja nyeri.

Setelah memborong beberapa snack dari indomaret dan nyempilin ke tas -untung sudah prepare tas besar meskipun cuma isi dompet dan hp doang-. Aku dan nurse Putu kembali ke asrama saat menjelang maghrib. Berangkat siang dan pulang cukup petang. Bukan, bukan karena kontrol di dokter gigiku, tapi lama di nyemil dan beli jajannya seperti remaja asrama pada umumnya.

Sesampainya di asrama, aku mengucap banyak terimakasih pada nurse Putu lalu langsung menuju asramaku untuk bersih diri. Jadwal jam segini biasanya makan malam sedang dilaksanakan. Namun untung saja aku sudah cukup kenyang memakan mie ayam yang kumakan tadi.

Nggak ada hal yang aneh malam itu. Angin tetap menyapu lembut wajah, purnama juga sedang cantik-cantiknya. Apalagi bintang yang lagi cemerlang. Bener-bener tenang. Sekali lagi nggak ada yang aneh.

Seenggaknya itu di sudut pandangku.

Saat baru selesai mandi lalu ganti baju, salah satu senior kamarku memandangi dengan tatapan aneh dan engga terima entah karena apa. Aku berusaha nyuekin dan dengan normal menyisir rambut. Meskipun jantung udah berdegup gak karuan, aku berusaha biasa aja. Pikiranku udah berimajinasi, kalimat apa yng bakal senior lontarkan dan jawaban macam apa yang akan aku katakan. Dan bener aja baru sedetik kemudian dia berujar, "Ga turun, Ra?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARA AARAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang